Peliknya Masalah Sampah Memicu Tingginya Angka Stunting di Lombok Barat

10 Februari 2023 14:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Sayangnya, hingga kini Indonesia masih dihantui oleh berbagai masalah gizi, salah satunya stunting pada anak. Stunting sering kali terjadi di daerah dengan tingkat ekonomi rendah dan sanitasi yang buruk.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka merayakan Hari Gizi Nasional, Danone Indonesia menggelar Aksi Generasi Maju untuk mendorong asupan gizi seimbang terutama protein hewani di wilayah Lombok Barat, NTB, yang masih memiliki kasus stunting tinggi.
Menurut Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, Indonesia memproduksi sampah lebih dari 65 juta ton setiap harinya. Khusus di Lombok Barat, dalam 4 tahun terakhir telah memproduksi sekitar 3,9 juta ton sampah. Sehingga, memang dibutuhkan kolaborasi antara pihak swasta dan pemerintah untuk menyelesaikannya.
"Salah satu pihak yang terlibat dalam mata rantai pengumpulan sampah itu pemulung. Pemulung dengan segala macam tantangan yang mereka hadapi saat mengumpulkan kemasan bekas, tentu ada potensi dampak pada kesehatan mereka dan keluarganya," ujar Karyanto dalam acara kunjungan ke TPA Kebon Kongok, Lombok Barat, pada Kamis (9/2).
Ilustrasi TPA. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Kepala TPA Kebon Kongok, Radyus Ramli Hindarman, menyampaikan ada sekitar 175 ibu yang menjadi pemulung di TPA tersebut. Bekerja di TPA membuat mereka rentan terpapar penyakit pernapasan, penyakit kulit, hingga kemungkinan penyakit saraf.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, mereka justru bisa membawa faktor risiko kesehatan termasuk stunting pada anaknya di rumah. Salah satunya adalah ibu Aminah yang anak balitanya dinyatakan stunting karena kekurangan asupan gizi dan sanitasi yang buruk di lingkungan rumahnya.
"Anak saya usia 3,5 tahun dan 8 tahun. Iya 3 bulan lalu ada catatan masuk anak saya stunting. Tanda awalnya itu berat badannya kurang naik, tingginya juga," tutur Bu Aminah.
Ya Moms, anak Bu Aminah hanya satu dari 75.503 anak balita yang mengalami stunting di Lombok Barat. Menurut Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalillah, Lombok Barat sedang gencar memerangi berbagai masalah termasuk stunting, kematian bayi, kematian ibu hamil, hingga pernikahan anak.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
Oleh karenanya, pemerintah berusaha untuk terus mengoptimalkan pelayanan untuk masyarakat salah satunya dengan menyediakan posyandu keluarga yang memberikan pelayanan bagi semua usia dari bayi, remaja, hingga lansia.
ADVERTISEMENT
"Karena kita tahu kalau bicara stunting tidak hanya bayi dan ibu hamil saja, tapi juga remaja. Bagaimana nanti remaja siap untuk menjadi ibu yang sehat bagi anaknya kelak," kata Sitti.

Cara Memenuhi Gizi Anak agar Terhindar dari Stunting

Makanan yang mengandung omega 3. Foto: Shutterstock
Stunting terjadi karena anak mengalami kekurangan gizi kronis atau dalam jangka waktu lama. Umumnya, anak punya perawakan lebih pendek dari teman sebayanya karena mengalami gangguan pertumbuhan.
Selain pada fisik, anak yang mengalami stunting juga berisiko terhambat perkembangan otak dan kognitifnya. Pada akhirnya ini akan mempengaruhi kualitas anak dalam belajar di masa depan. Oleh karenanya, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi si kecil bahkan sejak di dalam kandungan.
"Jadi nutrisi ibu hamil juga harus diatur. Pemeriksaan kandungannya perlu dilakukan secara berkala, bersalin di tempat yang layak, memberikan ASI eksklusif, dan lengkapi imunisasi untuk mendukung tumbuh kembangnya," jelas dokter spesialis anak, dr. Ananta Fittonia Benvenuto, M.Sc., SpA.
ADVERTISEMENT
Setelah anak lahir dan memasuki masa MPASI, ibu sebaiknya memberikan makanan sesuai usianya dan berpegang pada standar IDAI. Bayi usia 6 bulan diberikan makanan padat namun bertekstur cair, lalu di atas 9 bulan teksturnya mulai dipadatkan, dan setelah 12 diberikan makanan keluarga.
Kendati demikian, pemberian nutrisi ini tetap didampingi dengan ASI 30 persen hingga usianya 2 tahun. Selain itu penting juga memenuhi kebutuhan gizi seimbang seperti protein hewani, sedikit sayuran, dan mineral zat besi.