Risiko Jika Anak Terlambat Naik Tekstur MPASI

23 Desember 2022 15:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dalam proses naik tekstur MPASI. Foto: dok. SUN Bubur
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dalam proses naik tekstur MPASI. Foto: dok. SUN Bubur
Anak yang sudah memasuki usia 6 bulan perlu mendapatkan makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro, mengingat kebutuhannya sudah tidak dapat lagi dipenuhi hanya dari ASI. MPASI punya peranan penting pada tumbuh kembang si kecil.
Oleh karena itu, pemberian MPASI tidak boleh sembarangan, Moms. Pasalnya, selain perlu memperhatikan kandungan nutrisinya, pemberian MPASI juga harus memperhatikan jenis dan konsistensi yang dilakukan secara bertahap. Proses bertahap ini sering disebut sebagai naik tekstur MPASI.
Menaikkan tekstur MPASI secara tepat punya banyak manfaat yaitu membantu melatih fungsi oromotor anak—mencakup rongga mulut, lidah, dan rahang. Oleh sebab itu, moms perlu menyesuaikan jenis tekstur MPASI sesuai tahapan usia si kecil. Dengan berkembangnya kemampuan oromotor anak, diharapkan anak dapat mengonsumsi beragam makanan di usia mendatang dan mencegahnya dari gangguan berbicara.
Nah, Moms, jangan sampai termakan mitos seperti “anak hanya boleh naik tekstur saat sudah tumbuh gigi”, ya. Pasalnya pertumbuhan gigi masing-masing anak berbeda, sehingga peningkatan tekstur MPASI tidak bisa bergantung pada giginya.
Poin penting yang perlu diperhatikan justru terkait kesiapan serta usia si kecil. Hal penting lainnya yang perlu Moms ketahui adalah bayi tetap bisa mengunyah meski belum tumbuh gigi, yaitu menggunakan gusinya. Sehingga menunda naik tekstur di usia 8 bulan dengan alasan belum tumbuh gigi adalah hal yang kurang tepat ya Moms.
Naik tekstur MPASI sangatlah penting untuk menunjang proses tumbuh kembang si kecil sehingga jika terlambat dapat memicu beberapa risiko gangguan tumbuh kembang anak. Kok bisa ya Moms? Yuk, kita simak penjelasannya.

Risiko Terlambat Naik Tekstur MPASI

1. Gerakan tutup mulut

Perubahan yang bertahap adalah kunci dari naik tekstur MPASI. Artinya, ibu perlu memberikan MPASI secara bertahap sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Jika terlambat atau terlalu cepat, si kecil akan sering melakukan gerakan tutup mulut (GTM), lho Moms.
Ilustrasi anak yang GRM. Foto: Shutterstock
Jika si kecil merasa ada “makanan asing” dan tekstur berbeda yang sulit ditelan, ia akan berusaha untuk mengemut atau melepeh makanan.
Jika sudah masuk pada tahap ini, ibu perlu waspada. Pasalnya, si kecil bisa saja kekurangan nutrisi untuk tumbuh kembang karena porsi makannya jadi lebih sedikit. Maka dari itu, pengenalan MPASI secara bertahap dan konsisten sangat diperlukan agar anak dapat beradaptasi dengan makanan tekstur barunya.

2. Speech delay

Terlambat naik tekstur MPASI bisa berdampak buruk pada kemampuan makan anak di kemudian hari. Dilansir dari Romper, dikatakan bahwa keterlambatan ini dapat berpengaruh pada keterampilan sensorik dan motorik oral anak. Dua keterampilan ini terkait dengan kemampuan anak bicara.
Anak bisa saja mengalami gangguan perkembangan bahasa lisan seperti late talker/speech delay, problem artikulasi, bahkan kemampuan diskursif (terkait kemampuan nalar dan berpikir logis) yang lemah.
Tak hanya itu, terlambat naik tekstur MPASI juga bisa memengaruhi saluran cerna anak. Otot lambung anak jadi tidak terlatih saat diberi makanan padat di usia besarnya. Karenanya, si kecil akan merasa sakit perut dan muncul masalah pencernaan.

3. Sulit mengunyah

Proses naik tekstur memang tidak mudah. Rata-rata anak baru bisa mengenal rasa dan tekstur makanannya setelah melalui 10 hingga 15 kali percobaan makan. Karenanya, seorang ibu tidak boleh menyerah. Meski si kecil beberapa kali menolak kenaikan tekstur, tetap bersabar ya, Moms.
Ilustrasi anak yang sulit mengunyah makanan. Foto: Shutterstock
Kebiasaan mengemut makanan membuat anak tidak bisa merangsang koordinasi gerakan rahang dan kemampuan mengunyahnya dengan baik. Nantinya si kecil butuh waktu yang lebih lama atau bahkan tidak bisa menerima makanan yang bertekstur kasar.

Tantangan serta Solusi Naik Tekstur MPASI

Meski si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk naik tekstur MPASI, prosesnya belum tentu mulus. Di tahap pengenalan mungkin akan terjadi GTM, melepeh makanan, waktu makan jadi lebih lama atau tidak menghabiskan makanannya.
Karenanya, Moms pelu melakukan beberapa cara yang bisa membantu proses naik tekstur jadi lebih lancar. Pertama, lakukan metode food chaining yaitu mengenalkan tekstur MPASI baru tanpa langsung meninggalkan tekstur MPASI sebelumnya.
Anda bisa memberikan jadwal makan dengan pola makan pagi untuk tekstur baru, sementara makan siang dan malam masih menggunakan tekstur MPASI sebelumnya. Anda juga bisa mulai menaikkan konsistensi bubur sedikit demi sedikit, menjadi lebih kasar dari tekstur sebelumnya.
Kedua, cobalah untuk membuat variasi makanan dan mulai dengan porsi kecil. Untuk mendukung proses naik tekstur MPASI si kecil, ibu bisa memberikan SUN Bubur Lanjutan 8+ sebagai solusi naik tekstur MPASI.
SUN Bubur Lanjutan 8+ yang diperkaya ESENUTRI. Foto: dok. SUN Bubur
SUN Bubur Lanjutan 8+ mempunyai Inovasi Rice Ball yang menghadirkan tekstur bubur lebih padat dan kasar yang aman dan tepat untuk proses belajar mengunyah.
SUN Bubur Lanjutan 8+ juga diperkaya ESENUTRI yang mengandung nutrisi lengkap seperti tinggi protein, zat besi, zink, Omega 3 & 6 serta vitamin dan mineral lainnya. Selain dibuat dengan bahan alam yang dikeringkan, SUN tidak mengandung bahan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi setiap hari.
Dengan 3 varian rasa lezat seperti Ati Ayam & Jagung Manis; Ayam & Sayur; serta Tomat, Wortel, dan Ayam, SUN Bubur Lanjutan 8+ siap menemani momen makan si kecil.
Sudah siap mengajak si kecil untuk naik tekstur MPASI, Moms? Yuk, sedia selalu produk SUN Bubur Lanjutan 8+ di rumah! Moms bisa membelinya melalui minimarket atau supermarket terdekat, atau melalui SUN Official Store di e-commerce, ya!
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SUN.