Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap orang tentu punya tantangan masing-masing dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu. Bagi yang punya anak berkebutahan khusus, seperti autisme , salah satunya adalah berjuang dalam mendampingi si kecil agar bisa berkembang optimal dan tumbuh mandiri.
ADVERTISEMENT
Hal ini pula yang dihadapi oleh penyanyi, Agatha Suci . Kepada kumparanMOM, Suci bercerita tentang kedua anaknya yang memiliki autisme.
Anak pertamanya Kahlia Adinda (9) didiagnosis oleh dokter mengalami autism spectrum disorder (ASD) di usia 2 tahun. ASD sendiri merupakan gangguan perkembangan yang membuat seorang anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Menurut Suci, ia sudah curiga Kahlia menunjukkan gejala-gejala ASD sejak berusia 1 tahun.
"Pertama kali engeh itu ya aku sama suamiku, dokter sih, waktu itu enggak ngomong apa-apa karena masih dini banget ya, kira-kira umur setahun-lah ya waktu itu. Mulai curiga karena kayaknya Kahlia in this spectrum nih, enggak punya eye contact dan lain-lain," jelasnya. Akhirnya kita bawa ke dokter tumbuh kembang anak, just to makesure, terus iya betul (autisme)," jelasnya kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Setelah anaknya didiagnosis mengalami autisme, ia pun mencari berbagai informasi seputar gangguan perkembangan itu. Ia juga langsung memberikan anaknya terapi untuk menunjang perkembangan Kahlia.
"Terapi basic, sensori integrasi, fisioterapi, karena ada beberapa part di badan Kahlia tuh, dia enggak mau menggunakan ototnya Misalnya dia enggak suka dorong karena enggak mau pakai otot perut. Sekarang kahlia juga sudah dibantu sama speech therapy dan ABA therapy," kata alumni Indonesian Idol season pertama ini.
Sementara itu anak keduanya Arsa Nuraga (8), menurut Suci, juga menunjukkan beberapa gejala berbeda dari anak normal. Akhirnya ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak.
"Arsa itu kebetulan juga saya bawa ke dokter tumbuh kembang anak, banyak sekali dan beda-beda diagnosisnya. Sama, yang namanya seorang ibu, kita kan setiap hari sama anak kita. Nah, kebetulan punya pengalaman dengan anak pertama yang ASD juga. Tapi Arsa ini agak beda (dari Kahlia), dia lebih extrovert lebih banyak berinteraksi, dia eye contact-nya. Beda ciri-cirinya sama Kahlia, tapi memang dia kesulitan untuk berbicara," kata Suci.
ADVERTISEMENT
Diagnosis yang berbeda-beda dari dokter sempat membuat Suci bingung. Ya Moms, ada dokter yang mendiagnosis Arsa mengalami ASD, ada pula yang mendiagnosisnya dengan speech delay. Akhirnya, ia mencoba mencari jalan keluar dengan memberikan Arsa terapi sesuai dengan kebutuhannya.
"Jadi terserah apa (diagnosisnya), yang jelas cari jalan keluarnya. Di mana dia enggak bisa, itu kita latih supaya catch up bikin ballance, apa yang semua orang normal bisa lakukan, nah dari situ baru kita pelan-pelan push dia di hal yang paling jago," kata ibu dua orang anak ini.
Mendidik anak berkebutuhan khusus: Jadi ibu tidak boleh capek dan menyerah
Meski kedua anaknya berkebutuhan khusus, Suci mengaku tetap tegas dalam mendidik mereka. Ia juga selalu mencontohkan hal-hal baik di depan Kahlia dan Arsa, agar mereka bisa menirunya.
ADVERTISEMENT
"Yang paling penting adalah konsisten. Jadi ketika kita nomong A ya A, ngomong B ya B. Kala rule-nya begini ya, begini. Emosi itu juga harus stabil, karena anak-anak itu mencontoh kan," ungkapnya.
Harus diakui, kebanyakan anak-anak berkebutuhan khusus memang sulit mengungkapkan kebutuhannya. Sehingga tak jarang, mereka memintanya dengan cara yang kurang dipahami orang tua, seperti merengek hingga tantrum. Menurut Suci, di saat itulah orang tua harus sabar, dan sebisa mungkin tetap memberikan pengertian ke anak untuk belajar meminta segala sesuatu dengan baik-baik.
"Mostly anak-anak berkebutuhan khusus itu kesulitan mengungkapkan kebutuhan mereka, dari segi verbal atau apalah kan bermasalah, jadi mereka cenderung lebih tempramen. Karena bingung, orang enggak ngerti, kesel dong," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Aku inget banget dulu Arsa ingin sesuatu, waktu itu usia 3 tahun, dia nangis banget, barang ditendang-tendangin, aku bilang i can not understand you. Tapi yaudahlah aku diemin saja. Its not dangerous, dia gak mukul dirinya sendiri atau apapun, jadi aku cuekin aja. Aku bikin kopi lah segala macam, tiba-tiba kok enggak kedengeran suaranya, pas aku lihat oh dia ketiduran di depan kamar mandi saking capeknya nangis. Jadi aku pikir, ya kita memang harus sabar. Setelah itu aku kasih pengertian ke Arsa," kata Suci saat menceritakan anak keduanya, Arsa.
Suci juga bercerita, di masa pandemi virus corona seperti ini, anak-anaknya juga diberikan tugas untuk terapi dan belajar dari rumah. Setelah beberapa hari hanya menjalankan aktivitas di rumah saja, Suci mengaku anak-anak tampaknya mulai bosan. Tapi, seperti prinsipnya, ia harus tetap tegas dalam mendidik Kahlia dan Arsa.
ADVERTISEMENT
"Jadi kan anak-anak sudah belajar dari rumah, semuanya home program. Kebayang enggak sih ini anak special need ngomongin home program," kata ibu berusia 34 tahun ini.
"Jadi banyak tuh, home program yang kita jalanin. Mungkin udah kelamaan libur di rumah, jadi liat work sheet itu anak-anak udah teriak-teriak. Kalau aku kan enggak peduli, aku bilang kerjain ya harus kerjain, kalau enggak, ya enggak main," ungkapnya.
Ya Moms, Suci percaya, ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi seorang ibu, tapi kita tidak boleh menyerah akan keadaan. "Jadi ibu itu tidak boleh capek. Kita enggak boleh capek, enggak boleh kalah, enggak boleh nyerah," tegasnya.
Santai menghadapi netizen yang suka berkomentar buruk
Sebagai seorang penyanyi yang punya banyak followers di Instagram, Suci bercerita bahwa ada saja netizen yang suka berkomentar buruk kepada anaknya. Tapi, Suci tak ambil pusing. Ia tetap santai dan fokus membesarkan Kahlia dan Arsa.
ADVERTISEMENT
"Memang aku orangnya santai sekali menanggapi pendapat orang lain. Kalau netizen ngomong apa, ya cuek saja. Kalau ada energi dibalesin dengan berusaha untuk mengedukasi, tapi kalau lagi enggak punya energi aku delete saja, supaya enggak menggiring opini berlebihan," jelasnya.
Menurutnya, ada juga netizen yang seringnya menyalahkan dirinya karena kedua anaknya berkebutuhan khusus. Tapi apapun komentar netizen, Suci yakin, ia diberikan dua anak yang spesial, karena Tuhan tahu ia mampu.
"Dulu itu, sering banget yang bilang, salah asuhan kali nih, kok bisa dua-duanya anaknya begini. Sebenanrnya I have enough blaming myself karena dua anak saya ASD kan. Awal-awal itu aku ngerasa gue tuh kenapa ya, gue tuh makan apa ya, gue ini tuh apa ya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Pada akhirnya aku bisa menerima, bahwa ya sudah, intinya ini anak sudah lahir, lucu-lucu, bagi aku sih cakep-cakep ya. Ya sudah, kita rawat dengan baik. Kalau aku dapat begini ya, artinya i capable to do this. Instead of menyalahkan diri sendiri, mengurut-ngurut gue salah apa ya dulunya, ya enggak akan ketemu," ungkapnya.
Bersyukur punya support system yang sangat baik
Buat Suci, dukungan yang diberikan keluarga dan orang-orang terdekat punya peranan penting dalam membesarkan anak dengan autisme. Ia sangat bersyukur punya keluarga yang sangat mendukung dirinya.
"I have a very good support system. My husband, terutama papaku mamaku dan adikku. Aku jarang banget berantem sama suami. Peran suami buatku itu saling melengkapi. Kita sama-sama cari uang, sama-sama jaga anak," jelas istri dari Jeffry Thung ini.
ADVERTISEMENT
Selain keluarga, Suci juga punya support system yang baik dari orang-orang yang bekerja dengannya. Meski tidak ada hubungan darah, mereka sudah dianggap seperti keluarga karena turut mengus dan menyayangi kedua anaknya.
"Soalnya aku kan kerja, kerjaanku harus ke luar rumah untuk dapat uang karena nyanyi. Orang-orang yang kerja di rumah aku notabene kan family ya, karena kan we are all in this together, mereka sayang anak-anak, mereka jaga anak-anak, merawat dan jaga rumah aku, memang Tuhan itu tidak akan memerikan tantangan kalau kita tidak mampu. Jadinya it’s not that hard for me. Aku juga bisa fokus untuk cari uang, karena kan biaya untuk anak-anak enggak kecil ya," jelasnya.
All of us, as a mother, we are struggling......
Suci yakin, setiap orang tua punya kondisi yang berbeda. Memang, membesarkan anak berkebutuhan khusus punya banyak tantangan. Tapi, bukan berarti orang tua yang punya anak normal tidak punya tantangan dalam membesarkan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
"All of us as a mother we are struggling, karena ketika kita punya anak 90 persen hidup kita itu untuk anak, 10 persennya untuk diri sendiri. Jadi, kalau aku, to all mothers, jangan pernah membandingkan kehidupan kita dengan orang tua lain. Yang perlu kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan sekitar dan kita menjalankan hidup kita dengan versi kita yang sebaik-baiknya," pesan Suci untuk seluruh ibu.
Nah Moms, seperti kata Suci, apapun kondisinya, jangan pernah menyerah dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu. Selama kita mau terus mencari informasi dan berusaha memperbaiki diri, yakin saja, ibu pasti bisa .