Studi: Ibu Hamil dengan Metode IVF 66 Persen Lebih Berisiko Alami Stroke

6 September 2023 9:44 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Perawatan kesuburan banyak dijalani oleh beberapa wanita yang kesulitan untuk hamil. Beberapa program kehamilan yang biasa dicoba adalah IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung, dan Intrauterine insemination (IUI) atau inseminasi buatan yang dengan sengaja menyuntikkan sperma secara langsung ke dalam rahim.
ADVERTISEMENT
Namun, ada hal yang perlu jadi perhatian, Moms. Sebuah penelitian yang dilakukan Rutgers University, New Jersey, Amerika Serikat, yang dikutip dari Daily Mail menemukan wanita yang melahirkan setelah menjalani perawatan kesuburan lebih mungkin menderita stroke.
Penelitian ini diungkap setelah mereka mengumpulkan data 30 juta kehamilan, termasuk 300 kehamilan dengan metode IVF dan IUI. Hasilnya, 66 persen wanita yang menjalani perawatan kesuburan lebih mungkin mengalami stroke dalam waktu satu tahun setelah melahirkan. Kelompok tersebut juga dua kali lebih mungkin menderita stroke hemoragik, atau pendarahan yang terjadi di otak. Dan 55 persen lebih mungkin menderita stroke iskemik akibat pembekuan darah yang menghalangi suplai darah ke sebagian otak.
Ilustrasi perempuan alami migrain atau sakit kepala. Foto: PBXStudio/Shutterstock
Meski penyebabnya masih diteliti lebih dalam, namun peneliti menduga risiko ini mungkin disebabkan perawatan hormon yang dilakukan oleh wanita yang menjalani prosedur tersebut. Serta, risikonya lebih tinggi jika plasenta tidak tertanam dengan baik.
ADVERTISEMENT
Jumlah wanita yang hamil dengan metode IVF atau IUI juga terus meningkat setiap tahunnya. Karena, semakin juga wanita yang menunda kehamilan hingga di atas usia 40 tahun.

Mengapa Peluang Stroke Lebih Tinggi pada Wanita yang Menjalani Perawatan Kesuburan?

Sebelum itu, perlu dipahami apa yang dimaksud dengan IVF dan IUI. IVF sendiri dikenal dengan bayi tabung. Proses IVF sendiri berjalan dengan mengeluarkan sel telur dari ovarium, lalu kemudian dibuahi dengan sperma di laboratorium. Embrio yang berhasil terbentuk kemudian ditanamkan ke dalam rahim wanita untuk tumbuh dan berkembang.
Sedangkan IUI adalah proses yang melibatkan penyuntikan sperma langsung ke dalam rahim.
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Shutter stock
Selama menjalani perawatan, pasien akan disuntik dengan hormon estrogen untuk merangsang pelepasan sel telur, serta untuk pertumbuhan dan pemeliharaan lapisan rahim. Bila hormon estrogen yang diberikan lebih tinggi atau jauh dari tingkat alami, maka dikhawatirkan dapat memicu kerusakan pada lapisan pembuluh darah. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga dapat meningkatkan jumlah faktor pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko stroke.
ADVERTISEMENT
Selain stroke, wanita yang menjalani program bayi tabung juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit iskemik plasenta. Ini adalah kondisi plasenta yang terlalu kecil atau tidak menempel dengan baik pada lapisan rahim. Para ilmuwan menilai hal ini dapat meningkatkan risiko stroke, dengan memicu tekanan darah tinggi saat tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak darah dan nutrisi ke rahim.
Beberapa ilmuwan juga berpendapat wanita yang menjalani perawatan kesuburan juga lebih mungkin mengalami risiko kesehatan, seperti obesitas.
Meski begitu, stroke tidak akan langsung muncul sesaat setelah melahirkan. Namun, kemungkinan terjadi bila ibu mengalami penurunan tekanan darah saat tubuh mulai kembali ke kondisi seperti sebelum hamil.
Meski begitu, bila Anda khawatir pada kemungkinan risiko tersebut, coba konsultasikan kepada dokter. Seperti risiko kesehatan apa saja yang bisa dialami bila menjalani perawatan kesuburan, dan tindakan intervensi apa yang bisa mencegah masalah kesehatan tersebut.
ADVERTISEMENT