Studi: Long COVID Sangat Jarang Terjadi pada Anak, tapi Vaksinasi Tetap Wajib

25 September 2023 14:38 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dan ibu pakai masker cegah corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dan ibu pakai masker cegah corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Moms, kasus COVID-19 di Indonesia memang sudah jauh menurun pada tahun 2023 ini. Meski begitu, para ahli memprediksi hampir satu dari lima orang yang terjangkit COVID-19 masih mengalami gejalanya tiga bulan atau lebih setelah pulih. Ini dikenal juga sebagai long COVID.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, long COVID bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Si kecil tetap bisa merasakan gejala COVID-19, meski yang dialami sebelumnya ringan atau sedang.
Kabar baiknya, dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics, tingkat long COVID pada anak-anak terbilang sangat rendah.
"Tingkat long COVID pada anak-anak sangat rendah, angkanya kurang dari satu persen," tulis para peneliti, seperti dikutip dari JAMA Pediatrics.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kebanyakan anak-anak mengalami resolusi gejala dalam waktu dua minggu setelah terinfeksi.
Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 1.000 anak dengan usia rata-rata di Kanada, mulai dari Agustus 2020 hingga Maret 2021. Anak-anak yang dianggap mengidap COVID jangka panjang akan memiliki tanda-tanda:
ADVERTISEMENT
Pada anak-anak, peneliti menemukan bahwa gejalanya akan membaik dalam waktu 10 minggu setelah dinyatakan positif COVID. Gejala umum yang terjadi antara lain sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk, dan demam.

Vaksinasi COVID-19 pada Anak Diharapkan Tetap Wajib

Meski begitu, William Schaffner, MD, seorang profesor kedokteran di Vanderbilt University School of Medicine, menegaskan orang tua tidak boleh abai untuk memvaksinasi anak-anak mereka.
"Kita tahu bahwa vaksinasi tidak hanya mencegah COVID yang parah, tetapi juga berkontribusi terhadap berkurangnya gejala long COVID yang berkepanjangan. Penelitian ini bukan untuk mematahkan semangat Anda untuk membaksinasi anak-anak," ungkap Schaffner.
ADVERTISEMENT