Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Studi Ungkap Anak Sulung dan Anak Tunggal Lebih Rentan Alami Kecemasan
1 November 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, di balik sifat-sifat positif tersebut, ada kecenderungan anak sulung dan anak tunggal mengarah ke perfeksionisme dan beban harapan yang tinggi. Dampaknya, karakteristik tersebut membuat mereka lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Hal ini terungkap lewat penelitian terbaru yang diterbitkan Epic Research, baru-baru ini, seperti dikutip dari Motherly. Dalam penelitian tersebut ditemukan, anak pertama di usia 8 tahun yang punya saudara kandung memiliki kemungkinan 48 persen lebih besar mengalami kecemasan. Serta, 35 persen lebih besar untuk didiagnosis depresi dibandingkan anak yang lahir kedua, ketiga, dan seterusnya.
Dampak yang sama juga bisa dialami oleh anak tunggal, Moms. Yuk, pahami lebih dalam mengapa risiko kesehatan mental pada anak sulung dan anak tunggal bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
Sindrom Anak Perempuan Pertama
Sebelum itu, mari pahami dulu tentang eldest Daughter Syndrome atau sindrom anak perempuan pertama dirasakan begitu banyak perempuan. Istilah ini menggambarkan kecenderungan anak perempuan pertama yang kerap dihadapkan pada harapan orang tua, mencontohkan kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab yang kuat di tengah keluarganya.
Ya Moms, sejak usia muda, anak perempuan pertama kerap dilibatkan dalam peran pengasuhan, mengelola harapan porang tuanya, dan bahkan dianggap bisa 'menggantikan' peran orang tuanya kelak.
Meski terdengar bisa membiasakan anak sebagai panutan yang diandalkan, tetapi tidak sedikit yang akhirnya meningkatkan stres dan kecemasan pada si kecil. Tekanan untuk bertanggung jawab, berprestasi tinggi, dan menjadi contoh bagi adik-adiknya dapat memperparah stres pada anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini pun menyoroti bahwa rasa tanggung jawab ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan masalah kesehatan mental.
Memahami Masalah Kesehatan Mental yang Rentan Dialami Anak Sulung dan Anak Tunggal
Studi yang diterbitkan Epic Research pada 15 Oktober 2024 mengungkapkan, peneliti menganalisis data dari 182.477 kunjungan pemeriksaan kesehatan anak berusia 8 tahun. Mereka fokus pada bagaimana urutan kelahiran dapat berperan dalam kesehatan mental.
Para peneliti menemukan bahwa anak sulung yang memiliki saudara kandung dan anak tunggal menghadapi risiko kecemasan dan depresi yang jauh lebih tinggi. Studi ini juga sekaligus mengingatkan para orang tua bahwa anak tertua dan anak tunggal rentan menghadapi tantangan kesehatan mental, yang mungkin selama ini Anda tidak menyadarinya.
ADVERTISEMENT
Mengapa masalah ini bisa terjadi? Anak pertama rupanya sering kali mendapatkan pengasuhan 'coba-coba' oleh ayah ibu mereka yang baru pertama kali menjadi orang tua. Sementara anak tunggal mungkin menghadapi tekanan serupa, karena harapan orang tua hanya terpusat pada mereka sendiri.
Para peneliti juga mengumpulkan faktor-faktor risiko lainnya yang dapat memperkuat argumen urutan kelahiran dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Seperti misalnya, kesehatan mental orang tua, status sosial-ekonomi, dan variabel demografi.
Studi ini juga mendalami dinamika keluarga, pengalaman orang tua mengasuh anak pertama kali, dan tekanan lingkungan. Misalnya, masa kanak-kanak awal adalah fase di mana orang tua masih banyak belajar, sehingga kecemasan yang dialami orang tua dapat memengaruhi pengasuhan anak-anaknya.
Meski urutan kelahiran dapat membentuk karakteristik dan pengalaman anak, tetapi kenyataanya tidak akan menentukan bagaimana kehidupan mereka akan berjalan.
ADVERTISEMENT
Mendukung Anak Sulung dan Anak Tunggal
Tidak ingin anak-anak kita jadi rentan stres dan cemas karena status mereka sebagai anak sulung atau anak tunggal? Cobalah beberapa tips berikut ini:
1. Ekspektasi yang Realistis
Ingat Moms, kita tidak perlu memaksakan semua pengalaman anak harus berjalan positif. Beri tahu anak bahwa tidak masalah ketika ia membuat kesalahan, dan mintalah belajar dari situ.
2. Quality Time Bersama Anak
Bila Anda punya lebih dari satu anak, maka terapkan quality time yang sama pada masing-masing anak. Begitu juga selalu siap hadir bagi anak tunggal Anda yang tidak memiliki saudara kandung.
3. Bangun Jejaring Sosial
Dorong kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi dengan anak-anak lainnya. Misalnya, ikutkan ia ke klub sesuai minat dan bakatnya.
4. Dorong Membuka Perasaan
Dan terakhir, beri tahu anak bahwa ia perlu bercerita tentang perasaan yang dialaminya. Cara ini bisa membuat anak nyaman dan mempercayai kedua orang tuanya ketika sedang merasakan perasaan sulit.
ADVERTISEMENT