Tips Ala Keyboard Agar Keuangan Keluarga Tetap Aman Meski Rupiah Anjlok

19 April 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai pengelola keuangan keluarga, ibu adalah salah satu pihak yang paling panik saat biaya hidup meningkat. Apalagi saat ini nilai tukar rupiah sedang anjlok imbas perang Iran versus Israel.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, sebagai ibu, kita tetap perlu peduli dengan perkembangan global karena bagaimana pun akan berdampak pada keuangan keluarga. Jika tahu lebih dini, jadi bisa mempersiapkan diri atas situasi buruk yang mungkin terjadi.
Nah, terkait merosotnya nilai rupiah ini, apa ya yang harus dilakukan agar keuangan keluarga tetap terjaga meski harga barang naik dan penghasilan tidak bertambah?

Tips Kelola Keuangan Keluarga saat Biaya Hidup Meningkat

com-Ilustrasi pasangan suami istri sedang berdiskusi tentang finansial rumah tangga. Foto: Shutterstock
Konsultan keuangan Ila Abdulrahman punya tips tersendiri untuk menghadapi masalah ini. Yakni dengan menggunakan tips ala keyboard Ctrl-Alt-Del-Insrt.
Apa itu?
1. Ctrl (Control)
Mengontrol pengeluaran, dengan membuat budgeting dan mungkin dengan membuat pencatatan rinci setiap pengeluaran. Hal ini dapat membantu mengontrol pengeluaran harian, bulanan dan per pos.
ADVERTISEMENT
"Misalnya budget konsumsi sebulan Rp 3 juta, artinya rata-rata Rp 100 ribu/hari, kontrol dan catat pengeluaran per hari maksimal di Rp 100 ribu. Jika lebih, pengeluaran besoknya dikurangi. Jika sisa disimpan barangkali besok butuh pengeluaran lebih," tutur founder lembaga konsultasi keuangan Shila Financial ini.
2. Alt (Alternatif)
Mencari alternatif barang pengganti sejenis yang lebih terjangkau sesuai budget. Misalnya butuh protein hewani, alternatifnya: daging sapi, ayam, ikan, atau telur. Silakan dipilih yang sesuai dengan keuangan keluarga Anda.
Alternatif juga dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensinya. Misal, biasanya ngopi seharga Rp 50 ribu per ngopi dengan frekuensi seminggu 3 kali. Coba dikurangi jadi ngopi harga Rp 25 ribu seminggu 3 kali, atau tetap ngopi seharga Rp 50 ribu per ngopi tapi hanya 1-2 kali saja dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
3. Del (delete)
Menghapus pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Misalnya arisan, nongkrong, dan lain-lain. Kumpul arisan atau nongkrongnya bisa tetap ikut, tapi arisannya perlu disetop.
"Rata-rata klien memiliki 3 tempat arisan: arisan RT, arisan alumni sekolah 2 anaknya," kata Ila.
Jika keadaan belum memungkinkan, Ila menyarankan tidak hanya berhenti arisan di alumni tetapi juga berhenti nongkrong dan ngumpul dulu. Cukup arisan RT saja, sampai keadaan membaik, Moms.
4. Insrt (Insert)
Mencari "sisipan" sumber penghasilan baru. Misalnya jika memiliki dana yang relatif "besar" dapat menempatkannya di produk obligasi/sukuk negara atau korporasi dengan rating A ke atas, sebagai sumber income pasif. Atau memanfaatkan skill yang dimiliki, misalnya dengan open PO makanan, jastip, reseller, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
"Tidak disarankan menambah income dengan membuat bisnis baru yang membutuhkan modal. Untuk hidup saja mesti di Ctrl-Alt-Del, kok malah digunakan untuk bisnis?" tutur Ila.
Terakhir tetap tenang, tak perlu panik. "Dengan kekuatan kreativitas sebagai kelebihan masyarakat Indonesia, kita akan baik-baik saja. Bukankah setiap awal tahun, selalu ada badai dan isu keuangan global?" tutupnya.