Tips Ayudia Bing Slamet Hadapi Anak yang Suka Protes saat Orang Tua Sibuk Kerja

20 Oktober 2022 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 16 Desember 2022 1:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ayudia Bing Slamet dan Skala. Foto: Munady Widjaja
zoom-in-whitePerbesar
Ayudia Bing Slamet dan Skala. Foto: Munady Widjaja
ADVERTISEMENT
Tingkah anak pasangan influencer Ayudia Bing Slamet dan Muhammad Pradana Budiarto alias Ditto Percussion, Dia Sekala Bumi, selalu menjadi perhatian warganet. Selain mempunyai model rambut yang menggemaskan, kini anak berusia enam tahun itu sudah bisa mulai protes saat sang ayah sibuk bekerja.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, Ditto bercerita lewat salah satu unggahan Instagram-nya bahwa ia merasa waktu yang diberikan untuk anak semata wayangnya itu masih banyak tersita oleh pekerjaan. Bahkan, Sekala mulai menunjukkan rasa kesepiannya karena menurutnya sang ayah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.
“Meeting mulu yang jadi problem anak sd, maaf ya nak. Aslik padahal udah nempel mulu bawaannya ternyata masih kurang juga buat dia,” tulis Ditto, beberapa pekan lalu.
Dalam video tersebut, Sekala terlihat melampiaskan perasaan sedihnya kepada Ayudia yang berada persis di sebelah kiri Ditto. Bukan hanya sedih, Sekala mengatakan bahwa dirinya ‘marah’ karena sang ayah lebih sibuk bekerja.
“Lagian dia (Ditto) bikin aku marah, karena meeting,” kata Sekala.
Lantas, bagaimana cara Ayudia mengatasinya?
ADVERTISEMENT

Cara Ayudia Hadapi Perasaan Anak yang Sudah Mulai Protes

Dia Sekala Bumi. Foto: Instagram/@dittopercussion
Sama seperti orang tua pada umumnya, hal pertama yang dilakukan Ayu saat menghadapi situasi tersebut adalah memvalidasi perasaan sang anak. Ya Moms, dalam video tersebut, Ayu tampak beberapa kali bertanya alasan Sekala tidak suka jika sang ayah sering rapatpekerjaan.
Namun, tampaknya Sekala masih kesulitan untuk mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. Sebab, berdasarkan jawaban yang dilontarkan, ia hanya berkata jika dirinya ‘tidak suka’ dengan hal tersebut. Menanggapi jawaban sang anak, Ayu pun mengatakan bahwa meeting atau rapat adalah bagian dari pekerjaan.
“Loh, kenapa enggak boleh? Meeting itu kerja lho, Sekala,” ungkap Ayu.
Ditto, Sekala, dan Ayudia. Foto: Munady Widjaja
Meski ibunya sudah menjelaskan, dengan tegas Sekala tetap mengatakan bahwa dirinya tidak suka tentang aktivitas tersebut. Bahkan, ia pun tampak membendung air matanya saat mengatakan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, terkadang orang tua pun masih cukup sulit untuk mengerti perasaan anak-anak, apalagi bila masih berusia kanak-kanak. Pasalnya, si kecil terkadang masih sulit untuk menggambarkan atau mengungkapkan perasaan sedih, takut, ataupun kecewa yang dihadapinya. Oleh karenanya, tak jarang mereka mengekspresikan dirinya dalam bentuk amarah, emosi, atau tangisan.
Ilustrasi anak dan ibu. Foto: Shutter Stock
Makanya, orang tua penting mengenalkan dan mengajari anak-anak untuk mengelola emosi secara dini. Anda juga bisa menjelaskan arti dari beberapa kata yang dapat digunakan sebagai simbol untuk mengungkapkan perasaannya, seperti marah, sedih, dan takut. Jika usia anak sudah lebih besar, Anda bisa menjelaskan kata-kata perasaan yang lebih kompleks, seperti kecewa, frustasi, dan gugup.
Anda juga bisa mengajak si kecil untuk nonton film kartun bersama misalnya. Tanyakan dan diskusikan bersama anak tentang perasaan yang dialami saat menonton tayangan tersebut. Misalnya, “Menurut kamu, bagaimana perasaan dia saat ini?,” atau “Kalau kamu yang jadi dia, perasaan kamu akan seperti apa?”
ADVERTISEMENT
Ya Moms, dengan bertanya seperti itu, anak-anak akan berpikir dengan sendirinya, atau bahkan mencari tahu perasaan yang dialaminya. Tak hanya itu, dikutip dari Very Well Family, mengajari anak tentang regulasi emosi bisa membantu mereka agar kuat secara mental. Anak-anak yang memahami perasaan atau emosinya dinilai akan memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi. Semoga informasinya membantu!