Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Yang Bisa Suami Lakukan untuk Bantu Jaga Kesehatan Mental Ibu Menyusui
3 September 2022 16:14 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, tantangan menyusui bisa datang dari berbagai faktor, mulai dari internal hingga eksternal. Dalam acara Mom's Meet Up: Perjalanan dan Perjuangan Menyusui yang digelar kumparanMOM, Sabtu (3/9) di Kembang Kencur, Jakarta Selatan, ibu berinisial O berbagi cerita soal tantangannya saat menyusui.
Ibu O mengaku tinggal bersama suami di Jakarta sebagai perantau sejak menikah. Bahkan, saat melahirkan pun orang tuanya tidak hadir karena lebih cepat dari hari perkiraan lahirnya.
Tak berhenti sampai di situ, Ibu O mengaku bahwa dirinya termasuk orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain. Akhirnya, hampir semua pekerjaan di rumah ia kerjakan sendiri. Bahkan, saat ingin sesuatu pun, ia akan mengusahakannya sendiri.
Hingga pada akhirnya, terjadi satu hal yang membuatnya emosi.
ADVERTISEMENT
“Puncaknya itu saat anak saya umur delapan bulan. Jadi waktu umur 8 bulan itu, saya pengin banget sate ayam. Jadi saya telepon suami di kantor, ‘nanti pulang kantor bawain sate ayam’,” cerita Ibu O.
Namun, suaminya ternyata tidak membawakan sate ayam dengan alasan lupa. Ibu O pun meluapkan emosi dengan memarahi bayinya.
“Tiba-tiba saya kayak, ‘aku gini gara-gara kamu (anaknya)’. Jadi saya salahin anak gitu. Kenapa kebebasan saya ini hilang? Yang biasanya saya bisa bersihkan rumah, saya bisa masak, itu saya jadi nggak bisa sama sekali. Jadi ngerasa, gara-gara kamu (anaknya), saya nggak bisa ngapa-ngapain. Terus puncaknya enggak dibeliin sate ayam sama suami,” ungkap O.
Tak hanya meluapkan emosi pada anak, ia juga tak kuasa menahan amarah pada suaminya. Karena tak bisa menahan emosi, Ibu O pun mengurung diri di kamar dan tidak mau menyusui anaknya. Bahkan, suaminya pun sampai meminta bantuan pada orang tuanya via telepon agar Ibu O mau kembali menyusui lagi. Suaminya pun turut memohon agar Ibu O mau memaafkannya.
ADVERTISEMENT
Setelah seharian mendiamkan suami dan anaknya, hati O pun luluh. Ia memeluk anaknya dan minta maaf karena telah mendiamkannya. Selain itu, O meminta suaminya berjanji untuk memperbaiki diri dan saling bekerja sama dalam mengasuh anak dan membantunya selama proses menyusui.
Nah Moms, apa yang bisa dilakukan suami untuk bisa membantu menjaga kesehatan mental ibu menyusui?
Kata Ahli Soal Pentingnya Komunikasi dengan Suami saat Menyusui
Menurut psikolog klinis Irma Afriyanti, wajar jika ibu menyusui berekspektasi bahwa suami dan lingkungan sekitarnya peka pada kondisinya yang sedang menyusui.
“Sebenarnya ada harapan-harapan terhadap lingkungan pada diri kita. Kita berharap lingkungan melakukan sesuatu nih, ‘kan aku habis melahirkan, kan aku capek’,” jelas Irma.
Ya Moms, kenyataan mungkin tidak selalu sejalan dengan ekspektasi yang kita harapkan. Itulah sebabnya, menurut Irma, penting bagi ibu untuk mengkomunikasikan apa yang diharapkan, terutama pada suami.
ADVERTISEMENT
“Jadi, sebenarnya ini ada di komunikasi saja, ketika kita berharap kita punya harapan, tapi kita maunya suami kita peka, kan susah ya,” tambah Irma.
Irma pun memberikan tips seperti apa komunikasi yang baik dengan suami.
“Tips untuk berkomunikasi dengan bapak-bapak itu adalah harus lihat matanya, beri sentuhan, cubit dikit,” kata Irma. Cubitan tersebut bukan maksud menyakiti, tapi cubitan gemas karena suami tidak mendengarkan maunya kita.
“Pastikan kalau dia dengar apa yang kita minta,” tambah Irma.
Lantas, bagaimana jika suami kita jauh?
“Kalau kita memesan sesuatu pada suami, chat dulu. Jadi kalau ada bukti tertulis dan suaminya protes, bisa ditunjukkan ‘ini buktinya’,” tutup Irma.