Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Yang Perlu Dipahami Soal Terapi dan Makanan untuk Anak dengan Autisme
7 April 2022 8:58 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, autisme merupakan gangguan perkembangan yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, berkomunikasi atau beberapa perilaku lain yang signifikan. Anak dengan autisme umumnya menunjukkan beberapa gejala yang khas, seperti menghindari kontak mata, punya perilaku berulang, memiliki masalah perkembangan bahasa, punya minat yang terbatas dan suka mengulang kata atau frasa.
Bila anak didiagnosis mengalami autisme, tak perlu berkecil hati. Sebab, dengan penanganan yang tepat, bukan tidak mungkin, anak dengan autisme bisa berkembang dengan optimal dan berprestasi di bidang yang diminati.
Yuk, pahami beberapa hal soal terapi dan makanan untuk anak dengan autisme berikut ini.
Terapi untuk Anak dengan Autisme
Ada beberapa jenis terapi yang biasanya dibutuhkan oleh anak dengan autisme. Misalnya saja, terapi wicara, terapi sensori integrasi, atau terapi okupasi, sesuai dengan yang dibutuhkan anak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Rudy Sutadi SpA, MARS, SPdl, ada satu jenis terapi yang umum diberikan untuk anak dengan autisme yaitu Applied Behaviour Analysis (ABA).
"Jadi ABA itu untuk mengajarkan berbagai kemampuan. Pertama kemampuan bicara, bahasa, kemampuan akademik, kemampuan sosial, kemampuan mandiri, dan berbagai kemampuan lain," kata dr. Rudy yang juga pendiri dari Klinik KID ABA untuk terapi anak dengan autisme.
Mengutip Applied Behaviour Analysis Edu ABA adalah disiplin ilmu yang melibatkan penilaian perilaku, interpretasi analitik dari hasil, dan penerapan terapi modifikasi perilaku. Meskipun terkenal sebagai terapi perilaku terkemuka untuk gangguan spektrum autisme, ABA didukung oleh bukti empiris selama puluhan tahun dari ratusan penelitian yang membuktikan bisa digunakan untuk gangguan lain yang terkait dengan cedera otak traumatis hingga perilaku kompulsif dan adiktif.
ADVERTISEMENT
Lalu juga ada terapi Biomedical Intervension Therapy (BIT) yang menurut dr. Rudy dapat dikombinasikan dengan terapi ABA.
"Kalau BIT itu dari diet, obat, dan suplemen. Jadi kalau seperti komputer, ada software ada hardware. BIT untuk meng-upgrade hardware-nya, kemudian kita install software canggihnya dengan ABA. Jadi harus dua-duanya dijalankan bersama," jelasnya.
Makanan untuk Anak dengan Autisme
Beberapa ahli meyakini bahwa autisme berkaitan dengan masalah metabolisme yang mengganggu perkembangan. Sehingga, diet makanan tertentu dibutuhkan untuk menunjang perkembangannya. Namun ada juga ahli yang berpandangan berbeda.
Bila mengacu pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), diet tersebut didasarkan pada gagasan bahwa alergi makanan bisa menyebabkan munculnya gejala ASD. Beberapa orang tua merasa bahwa perubahan pola makan bisa membuat perbedaan sikap pada anaknya. Yang jelas, menerapkan diet untuk anak autis harus atas rekomendasi dokter alias tidak bisa sembarangan, Moms!
ADVERTISEMENT
Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari, yaitu makanan yang mengandung kasein, tepung, dan gula.
"Susu semua macam susu, susu sapi, susu kuda liar, susu kerbau, itu enggak boleh dan produk olahannya. Kemudian terigu atau gandum, mi, roti, biskuit, dll," jelas dr. Rudy.
"Kalau gula, segala macam gula ya diet. Mulai dari gula pasir, gula jawa, gula batu, pokoknya gula kelapa. Bahkan penggantinya, sari kurma, madu, gula buatan itu enggak boleh," tambahnya.
Menurut dr. Rudy, program diet ini memang sangat ketat. Sehingga, orang tua diminta untuk konsisten menerapakan program dietnya pada anak.
"Gluten dan kasein akan berubah jadi zat morfin pada tubuh anak autisme. Ini membentuk rantai ribuan morfin, yang berubah menjadi rantai asam amino. Dari rantai itu muncul beta morfin peptida (zat mirip morfin)," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi inilah yang menimbulkan gejala seperti morfinis sehingga kemampuan berinteraksi dan komunikasi anak dengan autisme akan terkendala.
Meski tidak bisa mengonsumsi gluten dan kasein, masih banyak makanan lain yang bisa dikonsumsi anak dengan autisme. Jadi, jangan cemas, anak bakal kekurangan gizi.
Diet pada anak autisme juga tidak dilakukan seumur hidup, Moms. dr. Rudy menjelaskan bila anak remaja kognitifnya sudah baik, tahu hubungan sebab dan akibat, maka diet bisa dihentikan. Tapi, sebelum menghentikan diet, Anda harus tetap berkonsultasi dengan dokter.