153 Migran Ditemukan Telantar dalam Truk di Meksiko

23 September 2022 3:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para migran duduk dalam truk, yang diyakini telah melintasi perbatasan dari Meksiko ke Amerika Serikat, saat dicegat oleh petugas penegak hukum di Texas, AS, Selasa (13/9/2022). Foto: Departemen Kehakiman AS/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Para migran duduk dalam truk, yang diyakini telah melintasi perbatasan dari Meksiko ke Amerika Serikat, saat dicegat oleh petugas penegak hukum di Texas, AS, Selasa (13/9/2022). Foto: Departemen Kehakiman AS/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pihak berwenang menemukan 153 migran asal Amerika Tengah ditelantarkan dalam sebuah truk penuh sesak di jalan raya di Negara Bagian Chiapas, Meksiko, pada Kamis (22/9).
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, para migran tersebut terdiri dari 144 orang Guatemala, enam orang Nikaragua, dan tiga orang El Salvador. Pejabat setempat menerangkan, mereka sudah menerima perawatan medis dan makanan. Para migran kemudian diserahkan kepada otoritas imigrasi.
Perjalanan menumpangi truk semacam itu adalah metode paling berbahaya yang digunakan oleh penyelundup manusia di Meksiko. Pemerintah Chiapas lantas meningkatkan upaya untuk menemukan migran yang bepergian dengan truk menuju Amerika Serikat (AS).
Bagian dalam truk tangki air yang digunakan untuk mengangkut migran, yang diyakini telah melintasi perbatasan dari Meksiko ke Amerika Serikat, dicegat oleh petugas penegak hukum di Texas, AS, Selasa (13/9/2022). Foto: Departemen Kehakiman AS/Handout via REUTERS
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mencatat, sekitar 6.430 migran telah tewas atau hilang dalam perjalanan ke AS sejak 2014. Hingga 850 di antaranya mengalami kecelakaan kendaraan atau insiden lainnya yang berkaitan dengan moda transportasi berbahaya.
Disadur dari The New York Times, penyelundupan migran telah berkembang dalam sepuluh tahun terakhir. Awalnya, penyelundup bekerja sendiri untuk mengirim migran melintasi perbatasan AS.
ADVERTISEMENT
Namun, tindak kriminal tersebut telah menjadi bisnis internasional senilai miliaran dolar yang dikendalikan oleh organisasi-organisasi kriminal, termasuk kartel narkoba paling kejam di Meksiko.
Perjalanan para migran ke negara tujuan diperburuk oleh kebijakan selama pandemi COVID-19 dan pembatasan perbatasan AS. Para migran akhirnya terdesak untuk beralih kepada tawaran penyelundup.
Seorang pencari suaka dari Honduras, berdiri tanpa alas kaki setelah menyeberangi sungai Rio Grande ke Amerika Serikat dari Meksiko di atas rakit di La Joya, Texas, AS, Minggu (14/3). Foto: Adrees Latif/REUTERS
Sebelumnya, para migran mengarungi sungai sendirian untuk memasuki Texas. Kini, mereka tak bisa menyeberang tanpa membayar biaya kepada penyelundup terkait kartel Cartel del Noreste.
Sebagian lainnya meminta pertolongan langsung dari kartel semacam itu. Para migran dibawa dengan pesawat, bus, dan kendaraan pribadi.
Pada Juli, 53 migran ditemukan tewas usai ditelantarkan dalam truk tanpa AC di San Antonio, Negara Bagian Texas. Kematian para migran itu menjadi insiden penyelundupan paling mematikan di AS. Salah satu kerabat korban dalam peristiwa tersebut adalah Teófilo Valencia.
ADVERTISEMENT
Valencia mengatakan, dia mengambil pinjaman untuk membayar biaya transportasi yang mencapai USD 20.000 (Rp 300 juta). Namun, dia justru kehilangan dua putranya yang berusia 17 dan 19 tahun.
Seorang migran yang mencari perlindungan di AS mengarungi dengan menggendong putranya melalui sungai Rio Grande dari Ciudad Acuna, Meksiko menuju Del Rio, Texas, AS Foto: DANIEL BECERRIL/REUTERS
Penyelundup biasanya meminta biaya yang berkisar dari USD 4.000 (Rp 60 juta) untuk migran asal Amerika Latin hingga USD 20.000 (Rp 300 juta) untuk migran asal Afrika, Eropa Timur, dan Asia.
Jaringan penyelundupan migran memiliki tim khusus untuk logistik, transportasi, pengawasan, tempat persembunyian, dan akuntansi. Pendapatan mereka melonjak hingga sekitar USD 13 miliar (Rp 195 triliun) pada 2022 dari USD 500 juta (Rp 7,5 triliun) pada 2018.
Penyelundup kerap merekrut anak remaja untuk mengangkut para migran menuju tempat persembunyian. Setelah puluhan orang terkumpul, barulah mereka melanjutkan perjalanan dengan truk.
ADVERTISEMENT
"Mereka mengatur 'barang dagangan' dengan cara yang tidak pernah Anda bayangkan lima atau sepuluh tahun lalu," ujar pakar penyelundupan di Universitas George Mason, Guadalupe Correa-Cabrera.