Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
17 Jam Perjalanan Dibayar Lunas oleh Sunset Kepulauan Selayar
10 September 2024 5:34 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sambutan itu berasa amat mahal. Mengingat menuju pulau Selayar bukan perjalanan yang singkat.
Sabtu (7/9) siang, dengan menumpang ojek online kumparan berangkat menuju terminal Bus Damri untuk menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Tepat pukul dua, bus berangkat.
Check in tiket pesawat online pun dilakukan di dalam bus. Mulanya, pesawat dijadwalkan berangkat pukul 17.00 WIB, tepat. Namun setelah check in, waktu keberangkatan ternyata mundur menjadi pukul 18.30 WIB.
Tiba sedari pukul 16.00 WIB, 2,5 jam harus menunggu.
Tapi tak apa, sehari sebelum berangkat dipergunakan untuk iseng mencari tahu seperti apa bentukan Pulau Selayar. Banyak review bertebaran, isinya menyimpulkan: indah. 2,5 jam tak ada harganya dibanding apa yang akan menyambut di sana.
Sekejap Maskapai menyampaikan pengumuman, penumpang sudah bisa masuk pesawat, setelah sempat mundur lagi 20 menit. Lumayan, dapat sepotong roti dan air mineral sebagai kompensasi.
ADVERTISEMENT
Dari Bandara Soetta, perjalanan langit ditempuh sekitar lebih dari dua jam menuju Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Pesawat mendarat pukul 22.44 WITA (perbedaan waktu satu jam lebih cepat).
Delay pesawat sempat membuat was-was. Bukan tanpa sebab, kumparan yang berangkat bersama rombongan Kementerian Sosial RI untuk membagikan Bansos dan operasi katarak gratis, sudah dipesankan tiket bus yang berangkat pukul 23.00 WITA menuju Selayar. Perjalanan terakhir bus pada hari itu menuju ke sana.
Kami tiba hanya selang 16 menit sebelum waktu berangkat.
Kami berjalan cepat dari pesawat menuju lokasi taksi. Berharap bus masih bisa terkejar. Mujurnya, pihak bus mau menunggu. Sialnya: menunggu sampai kapan? Bayangan penumpang lain yang marah-marah karena telat berangkat sebab harus menunggu, melintas dalam pikiran dan jadi perbincangan di sepanjang jalan.
Dari Bandara langsung naik taksi. Rombongan dipecah menjadi dua mobil. Kumparan di mobil yang berangkat pertama.
ADVERTISEMENT
Sopir taksi di sini mantap betul. Pakai mobil Wuling Confero, dia ngebut melibas jalanan tol dari bandara menuju pool bus. kumparan duduk persis di belakang sopir, sesekali lihat odometer yang kerap melewati angka 100 Km/Jam.
Sopir ini paruh baya, berbadan gempal, dan tampak sedang kurang enak badan. Dia beberapa kali batuk, buka kaca mobil, lalu meludah ke luar dengan kondisi mobil kecepatan tinggi.
Bukan cuma bikin dag dig dug, yang bikin khawatir, tapi ludah yang diterpa angin kencang hasil akselerasi mobilnya itu, takutnya tidak sempurna mendarat di aspal jalan. Jika sial, bisa terdorong ke belakang dan mengenai penumpang di belakang.
Beberapa kali percobaan buang ludah paman sopir ini berjalan mulus. Kekhawatiran itu tak terjadi. Tapi buat jaga-jaga, kalau dia buka jendela, penumpang langsung ambil jarak aman, sedikit menyamping, khawatir dia gagal melontarkan amunisinya itu ke aspal.
ADVERTISEMENT
Tapi sepertinya kekhawatiran itu berlebihan, dia ternyata sudah sangat mahir soal itu. Paman, yang tak sempat ditanya namanya, saran kamu cuma satu: minum obat batuk!
Karena kecepatan mobil yang tinggi, kami tiba pukul 23.24 WITA di pool bus. Beruntung bus belum berangkat. Kami bergegas naik.
Kekhawatiran akan dicaci-maki penumpang lain tak terjadi. Malahan, bus ternyata tak langsung jalan, sebab masih menunggu penumpang lain yang bernasib serupa seperti kami.
Beberapa menit berselang, mereka datang. Bus melaju pelan. Di perjalanan, bus menampung penumpang lainnya yang sudah memesan tiket tetapi menunggu di titik berbeda. Berbagai macam barang bawaan seperti belanjaan sayur, buah, hingga motor dimasukkan ke bagian bawah bus.
Baru pada pukul 00.48 WITA, bus benar-benar berangkat dengan memacu kecepatan menuju Pelabuhan Bira. Malam itu dipergunakan untuk tidur ala kadarnya.
ADVERTISEMENT
Bus sampai di Pelabuhan pukul 04.54 WITA, dan langsung parkir di dalam kapal Ferry. Di kapal kami beristirahat, hingga pukul 06.38 WITA kapal berangkat. Sangat beruntung langit sedang cerah pagi itu. Matahari perlahan muncul, tak malu-malu.
Perjalanan laut dengan kapal feri dilalui selama 2,5 jam. Angin sepoi-sepoi membuat perjalanan tak membosankan.
Sekitar pukul 11.30 WITA kami tiba di Kepulauan Selayar. Air laut biru menyambut sesaat tiba.
Kemudian menjelang malam, matahari begitu indah terbenam. Tak perlu diceritakan bagaimana indahnya, cukup nikmati dari lewat beberapa potret ini saja: