Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
#2019GantiPresiden, Gerakan Malu-malu Dukung Prabowo
3 September 2018 14:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Meskipun peserta Pemilu Presiden 2019 hanya ada dua pasang, tapi kelompok anti-Jokowi ini masih enggan memberikan dukungannya kepada Prabowo. Hingga hari ini mereka masih bersikukuh mengusung tagar #2019GantiPresiden .
ADVERTISEMENT
“Kita sudah ada jauh sebelum ada nama Prabowo-Sandi. Kita sudah berada di masyarakat duluan. Jadi jangan dipersangkakan partai lah, paslon lah,” ujar Neno Warisman, salah satu pentolan gerakan #2019GantiPresiden.
Hal serupa ditegaskan oleh Ahmad Dhani Prasetyo. Mantan personil Dewa 19 yang kini menjadi calon anggota legislatif dari Gerindra mengatakan bahwa gerakan Ganti Presiden berbeda dengan pemenangan Prabowo-Sandi.
“Saya gak kepengin berafiliasi, saya pengin bergerak sendiri. Tidak dalam tim pemenangan Prabowo-Sandi, tapi saya fokus ke #2019GantiPresiden,” ujarnya kepada awak media di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (27/8).
Meskipun banyak diisi oleh kader dari partai oposisi seperti PKS , Gerindra, dan PAN, gerakan ini belum resmi mendukung Prabowo-Sandi. Bagi Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera selaku inisiator, mengibaratkan gerakan Ganti Presiden sebagai sebuah kolam besar.
ADVERTISEMENT
“Pendukung Pak Prabowo ada di sini, pendukung Ustaz Abdul Somad ada di sini, pendukung Habib Rizieq ada di sini, kadang-kadang pendukung Pak Gatot juga ada di sini,” ujarnya Mardani di DPR. Ia menambahkan bahwa hingga saat ini gerakan #2019GantiPresiden belum mencapai konsensus dalam mendukung Prabowo.
Kondisi yang menurut Eggi Sudjana, caleg dari PAN yang juga pendukung #2019GantiPresiden, sebagai sesuatu yang aneh.
“Saya usulkan gerakan ini selesai. Sekarang udah ketemu presidennya, namanya Prabowo. Kenapa kita nggak mau, kan lucu? Lalu mau ganti presiden sama siapa? Masa harus jadi golput?” tutur Eggi kepada kumparan di kantornya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (28/8).
Untuk memahami motif politik gerakan #2019GantiPresiden, kumparan berbincang dengan politikus PAN Eggi Sudjana serta politikus Gerindra Ahmad Dhani di dua kesempatan berbeda. Berikut kutipan obrolan kami.
ADVERTISEMENT
Siapa yang mengawali gerakan #2019GantiPresiden ini?
Eggi Sudjana: Sepanjang yang saya tahu itu murni gagasan Mardani Ali Sera sebagai satu gagasan yang menurut saya cemerlang, bagus, dan inovatif. Buktinya kan sekarang besar.
Kalau nggak diminati pasti nggak laku istilahnya. Sekarang malah membuat presiden ketakutan, panik, dengan bukti-bukti banyaknya persekusi.
Ada teori yang disebut snowball effect. Teori bola salju, itu dimulai dari awalnya dulu kan kecil. Nah yang kecil ini apa? bangunan persepsi. Persepsinya apa yang mau dibangun? Ganti presiden.
Terus orang melihat fakta-fakta, presidennya bener nggak? Ganti presiden, gerakannya pasti kecil, pasti tidak punya nilai, kalau presidennya bener. Itu logika persepsi.
Saya senang ada kasus (penolakan terhadap Neno Warisman dan Ahmad Dhani) ini. Bukan senang karena ada kerusuhannya, tapi dari segi snowball-nya.
ADVERTISEMENT
Kalau misalnya tidak ada persekusi, atau deklarasi di Riau biasa-biasa aja, maka paling suksesnya di tingkat Riau aja. Nggak membahana, nggak ada cerita pertemuan hari ini.
#2019GantiPresiden tidak secara eksplisit menyatakan dukungan ke Prabowo. Apa yang sebenarnya disuarakan?
Ahmad Dhani: Menyampaikan kalau kita mau ganti presiden kan nggak harus Prabowo. Orang yang mau ganti presiden kan dia belum tentu (milih) Prabowo.
Tidak semuanya itu yang ganti presiden itu yang Prabowo. Tapi karena kondisinya harus milih Prabowo untuk ganti presiden ya mereka terpaksa pilih Prabowo.
Saya kader Gerindra. Kalau kader Gerindra, kader PKS, kader PAN ya pasti pilih Prabowo. Tapi kan nggak semuanya yang ikut demo ,yang ikut deklarasi itu partai. Seperti FPI, kan sampe sekarang belum menentukan sikap.
Dan nggak semua orang juga seperti FPI, nggak semua orang. Mereka mungkin ada yang apolitis, tapi nggak ngerti politik. Pengen ganti presiden aja ya karena ngerasa hidup makin berat, lowongan kerjaan nggak ada, telor naik, BBM naik, cabe naik.
ADVERTISEMENT
Mereka cuma partisan baru yang merasa hidup ini semakin susah. Ya pilihannya cuma dua, mereka mau nggak mau milih Prabowo untuk ganti presiden.
Nggak mungkin kalo golput. Kalau golput kan berarti nggak pengin ganti presiden.
Eggi Sudjana: Praktisnya begini: gerakan Ganti Presiden sudah toplah. Sudah berhasil lah. Top. Kalau gerakan Ganti Presidennya selesai, kita masuk pada penggantinya siapa?
Untuk itulah saya usulkan, ya sudah gerakan ini sudah selesai. Sekarang udah ketemu presidennya, namanya Prabowo. Kenapa kita nggak mau, kan lucu? Lalu mau ganti presiden sama siape? Masa harus jadi golput?
Saya nggak suka kepura-puraan begini. Neno boleh nggak suka sama saya, tapi saya juga boleh nggak suka sama Neno dong kalau cara berpikirnya begini. Ngapain bikin ganti-ganti presiden coba, orang sekarang pilihan cuma dua?
Apakah benar jika Gerakan #2019GantiPresiden disusupi agenda upaya makar?
ADVERTISEMENT
Eggi Sudjana: Makar itu spesifik. Menurut KUHP, mulai dari pasal 107 sampai sekian, makar itu mesti ada pemimpinnya. Kedua ada pasukan yang terstruktur. Ketiga didukung tiga perempat provinsi, kemudian logistiknya. Itu harus terstruktur bener dan masif. Baru makar.
Kalau ini mah menyatakan pendapat kok makar. Sama halnya kesetaraannya begini. Lanjutkan, lawan, libas. Itu lebih garang mereka itu. Lanjutkan, kalau ada yang macem-macem lawan, kalau tetep ngelawan libas. Demokrasinya di mana coba? Ini dari pihak mereka loh. Tapi kok nggak kena hukum? Kita nggak ngapa-ngapain.
Satu hal lagi yang penting ya. Dalam tagline Ganti Presiden tuh nggak nyebut-nyebut Prabowo. Nggak ada, kita cuma menyadarkan saja 2019 itu ada ganti presiden dan kita ingin presidennya betul-betul diganti. Siapanya ya kita nggak tahu.
ADVERTISEMENT
Kalau sekarang cuma 1 pilihannya ya nggak boleh disalahin dong. Ini kan hak. Pemilu tuh hak, bukan kewajiban. Hak saya mau saya gunakan atau tidak saya gunakan. Ini kenapa jadi persoalan? Kok jadi makar gitu loh.
Ahmad Dhani: Berarti dia nggak ngerti hukum. Berarti dia belum baca KUHP tentang makar. Dia harus baca dulu KUHP tentang makar.
Bagaimana dengan dugaan kampanye terselubung dan termasuk dukungan HTI?
Eggi Sudjana: Omongan itu kan terbantahkan dengan statement KPU dan Bawaslu dong. Masa nggak percaya sama Bawaslu. Ya udah ngak usah Pemilu lah.
Ahmad Dhani: Sebenarnya yang tidak memberikan izin, itu yang salah. Orang mau menyatakan pendapat kok tidak dikasih izin, salah itu, tidak prosedural itu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dampak insiden pelarangan kemarin terhadap capaian gerakan ini?
Eggi Sudjana: Malah dipersekusi, malah hikmahnya tajam lho. Kalau misalnya deklarasi jalannya baik-baik, mungkin lingkupnya cuma Riau aja. Riau pun cuma terbatas di kota Pekanbaru, nggak ada orang banyak tahu.
Tapi dengan dia persekusi, dunia jadi tahu. Medsos melebar ke mana-mana. Sementara kalau nggak ada persekusi, beritanya mana ada.
Ahmad Dhani: Iya. Justru dengan adanya persekusi ini malah meneguhkan saya. Ya jadi tokohnya kan gara-gara persekusi itu. Kalau nggak dipersekusi nggak jadi tokoh dia, ya kan? Habib Rizieq kalau nggak dikriminalisasi nggak jadi besar.
Kenapa Gerakan #2019GantiPresiden tidak disinergikan dengan tim kampanye Prabowo?
Ahmad Dhani: Mungkin belum tahu visi misinya kan. Kan belum kampanye Prabowo. Kalau saya tidak akan ganti hashtag.
ADVERTISEMENT
Jadi kan saya termasuk jurkamnas nanti, kampanye saya ya ganti presiden. Kenapa ganti presiden, kenapa perlu ganti presiden.
Saya nggak menyampaikan visi misinya Prabowo-Sandi, itu mungkin jurkam yang lain. Jadi hashtag itu saya pake terus sampe 2019 bulan April, sampe pencoblosan.
Saya tetap menggunakan hashtag ganti presiden. Yang saya perjuangkan itu. Saya tidak memperjuangkan visi dan misi Prabowo, itu biar yang lain. Saya punya segmen sendiri. Dan menurut saya, segmen saya kuat.
Menurut saya segmen yang ini segmen yang kuat, sampe ada penolakan itu kan berarti sangat kuat sekali. Kalo nggak kuat, mereka nggak ketakutan.
Eggi Sudjana: Kalau saya mah langsung (dukung Prabowo). Bahkan secara ilmu hukum, kita lebih aman. Kenapa lebih aman? Karena sudah masuk masa kampanye dari tanggal 23 September.
ADVERTISEMENT
Udah nggak boleh orang ngelarang-ngelarang gitu. Emang kita dukung dia (Prabowo) kok. Trus ngapain, kan aneh nanti udah masuk kampanye ya, terus masih ‘ganti presiden-ganti presiden '. Siapa presidennya? Oh, saya enggak (afiliasi), saya ini itu. Ya ngapain dia orang begini.
Logika yang sehat saja, kita ingin dia (Jokowi) diganti. Penggantinya tinggal satu, terus kita nggak mau sebut, kan anomali gitu lho. Anomali. Jadi gerakan apa ini. Coba, gerakan apa? Social movement?
Social movement-nya udah selesai. Sekarang udah masuk pilpres yang sesungguhnya, era kampanye. Ya tentu dong saya ngomong Prabowo saja, masa yang lain, yang enggak-enggak aja.
Ada dukungan khusus dari partai pengusung koalisi Prabowo-Sandi?
Ahmad Dhani: Nggak ada. Gerindra ini kan partai oposisi, dapat duit dari mana? Dari mana Gerindra dapet duit itu. Pokoknya nggak ada. Menteri nggak punya.
ADVERTISEMENT
Eggi Sudjana: Kalau itu ditanyakan ke saya, seperak pun Prabowo-Sandiaga nggak pernah ngasih. Nggak ada. Walaupun, jujur saya katakan, dalam konteks gerakan ini kalau dia nggak ngasih ya keterlaluan malah. Anomali juga.
------------------------
Simak selengkapnya Di Balik #2019GantiPresiden di Liputan Khusus kumparan.