21 Warga Tewas di Merefa, Ukraina Peringatkan ‘Tembok’ Perang Dingin Baru

18 Maret 2022 3:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah tentara berdiri di atas Tembok Berlin pada 11 November 1989. Foto: AFP/GUNTHER KERN
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah tentara berdiri di atas Tembok Berlin pada 11 November 1989. Foto: AFP/GUNTHER KERN
ADVERTISEMENT
Ukraina pada Kamis (17/3/2022) menuduh Rusia tengah membangun tembok Perang Dingin baru di sepanjang Eropa untuk memisahkan kebebasan dengan perbudakan. Pernyataan itu muncul menyusul penembakan Kremlin yang menewaskan warga sipil.
ADVERTISEMENT
Menembus pekan ketiga invasi, Moskow menerjang sebuah sekolah dan pusat budaya di Kota Merefa. Jaksa wilayah mengungkap, Rusia menewaskan sedikitnya 21 warga sipil dalam serangan tersebut.
Penembakan pada Kamis (17/2/2022) itu turut mencederai 25 warga lain. Sekitar 10 orang yang mengalami luka kini berada dalam kondisi serius.
Otoritas setempat kemudian mengunggah gambar dari lokasi. Sebuah bangunan terlihat luluh lantak dengan jendela kaca tak bersisa. Para pekerja darurat pun tampak menyisiri reruntuhan.
Menyaksikan pembantaian itu, Kiev lantas naik pitam. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato di depan Parlemen Jerman di Kongres AS pada hari yang sama.
Dalam kesempatan itu, Zelensky menyinggung Tembok Berlin pada masa Perang Dingin. Mengutip pidato pada 1987 oleh presiden AS Ronald Reagan, Zelensky merujuk pada Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Sisi Jerman Timur di Tembok Berlin pada Juni 1968. Foto: AFP
"Tuan Scholz yang terhormat, hancurkan tembok ini," mohon Zelensky, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan Tembok Berlin - ini adalah tembok di Eropa tengah antara kebebasan dan perbudakan dan tembok ini tumbuh semakin besar dengan setiap bom," imbuhnya.
Teguran keras tersebut mencuat sebab Jerman enggan memutuskan hubungan bisnis dengan Rusia. Zelensky mengingatkan kembali perihal proyek pipa gas alam Jerman-Rusia di bawah Laut Baltik.
Sambungan pipa bawah laut Nord Stream 2 membentang dari pesisir Rusia di dekat St Petersburg hingga pesisir Lubmin di Jerman.
Pekerja mengakut pipa selama pembangunan pipa gas Eugal pada 26 Maret 2019 di dekat Damerow, Jerman. Pipa gas Eugal akan mengangkut gas alam yang datang dari Rusia melalui pipa Nord Stream 2 480km. Foto: Sean Gallup/Getty Images
Proyek senilai USD 10,6 miliar (setara dengan Rp 152 triliun) itu dinilai begitu penting sebab Eropa sangat bergantung pada pasokan impor gas alam.
Enggan putus hubungan dengan Kremlin, Scholz hanya membekukan proyek itu pada Selasa (22/2/2022) lalu. Ia berupaya menunda proses pemberian lisensi operasional atas pipa tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: Instagram/@zelenskiy_official
Zelensky menegaskan, ia telah memperingatkan mengenai dampak dan implikasi proyek energi raksasa itu. Bagi Zelensky, pipa tersebut merupakan bahan untuk membangun ‘tembok’ baru.
ADVERTISEMENT
"Kami berpaling padamu. Kami memberi tahu bahwa Nord Stream adalah semacam persiapan untuk perang," tutur Zelensky.
"Dan jawaban yang kami dapatkan adalah murni ekonomi - itu adalah ekonomi, ekonomi, ekonomi tapi itu adalah mortir untuk tembok baru," pungkasnya.
Kanselir Jerman yang ditunjuk Olaf Scholz menghadiri konferensi pers. Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS
Disadur dari Al Jazeera, Scholz menanggapi permintaan Zelensky dalam konferensi pers pada Kamis (17/3/2022).
Selama sambutan, Scholz memuji Zelensky atas pidatonya. Namun, Scholz kembali menegaskan, negara-negara NATO tak akan campur tangan secara militer dalam perang melawan Rusia.
"Satu hal juga harus diperjelas: NATO tidak akan campur tangan secara militer dalam perang ini," jelas Scholz.
Kendati demikian, Scholz melanjutkan, Jerman akan terus mendukung Ukraina. Sebelumnya, Berlin telah mengirimkan bantuan senjata ke Kiev. Pihaknya juga membuka tempat perlindungan bagi pengungsi dari Ukraina.
ADVERTISEMENT