4 Anggota Pasukan Keamanan Iran Tewas dalam Serangan Teroris

19 Desember 2022 20:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota angkatan bersenjata Iran berbaris selama parade Hari Tentara Nasional di Teheran, Iran pada Senin (18/4/2022). Foto: Iranian Army/WANA/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota angkatan bersenjata Iran berbaris selama parade Hari Tentara Nasional di Teheran, Iran pada Senin (18/4/2022). Foto: Iranian Army/WANA/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Serangan 'teroris' menewaskan empat anggota pasukan keamanan Pengawal Revolusi Iran (IRGC) di area Saravan di Provinsi Sistan-Baluchestan pada Senin (19/12).
ADVERTISEMENT
IRGC mengatakan, tiga personel di antaranya adalah anggota Basij. Cabang relawan paramiliter dari IRGC tersebut dikerahkan selama tindakan keras terhadap pengunjuk rasa Iran.
Kepala Penjaga Perbatasan Saravan, Hosseinali Farahi, melaporkan bentrokan antara pasukannya dengan penyerang bersenjata yang diyakini merupakan anggota kelompok teroris pada Minggu (18/12).
Wilayah tempat bentrokan ini terjadi berdekatan dengan perbatasan Pakistan. Hosseinali mengatakan, para penyerang berusaha masuk dari Pakistan untuk melakukan operasi sabotase di Iran.
"Kehadiran pasukan keamanan yang kuat mendorong elemen kelompok itu melarikan diri ke Pakistan," tulis media pemerintah Iran, IRNA, dikutip dari AFP, Senin (19/12).
Sebuah sepeda motor polisi terbakar saat protes kematian Mahsa Amini, di Teheran, Iran, Senin (19/9/2022). Foto: WANA via REUTERS
Disadur dari Reuters, Sistan-Baluchestan yang merupakan salah satu wilayah termiskin di negara itu menaungi etnis Baluchi yang menganut Sunni.
ADVERTISEMENT
Kelompok minoritas ini telah lama mengeluhkan diskriminasi oleh otoritas. Daerah Saravan pun sering menyaksikan bentrokan antara pasukan keamanan dengan penyelundup narkoba. Wilayah tenggara itu marak dengan kerusuhan ekstremis dan tindak kriminal.
Saravan turut mengarungi beberapa kerusuhan paling mematikan selama protes nasional Iran setelah kematian Mahsa Zhina Amini.
Perempuan etnis Kurdi berusia 22 tahun itu meninggal dunia dalam keadaan koma pada 16 September. Beberapa hari sebelumnya, dia ditangkap polisi moral Iran. Amini dituduh melanggar aturan berpakaian ketat dengan memperlihatkan sedikit rambut.
Para pengunjuk rasa meneriakkan peringatan untuk Mahsa Amini, wanita yang meninggal dalam tahanan polisi bulan lalu, di aula masuk Universitas Teknologi Khajeh Nasir Toosi di Teheran, Iran, Rabu (26/10/2022). Foto: Reuters
Kerusuhan mematikan turut melanda ibu kota Sistan-Baluchestan, Zahedan. Menurut Amnesty International, otoritas menewaskan sedikitnya 66 orang dalam tindakan keras di sana pada 30 September.
Delegasi dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengungkapkan kesedihan saat berkunjung ke Zahedan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Iran melanjutkan eksekusi mati terhadap orang-orang yang terlibat dalam protes Amini. Pemerintah telah mengeksekusi dua pria dengan tuduhan kekerasan terhadap anggota pasukan keamanan sehubungan dengan demonstrasi tersebut.
Warga berusia 23 tahun, Majidreza Rahnavard, digantung di hadapan umum usai dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Kota Mashhad.
Empat hari sebelumnya, Iran mengeksekusi seorang warga yang juga berusia 23 tahun, Mohsen Shekari.
Kasusnya adalah hukuman mati pertama terhadap seorang pengunjuk rasa yang diumumkan pemerintah Iran.