Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin membuka Musyawarah Nasional (Munas) X MUI di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu (25/11) malam. Acara munas ini digelar secara luring dan daring.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Ma'ruf Amin --kini ketua umum nonaktif- mengatakan sebenarnya masa kepengurusan MUI periode 2015-2020 telah berakhir pada Agustus lalu. Selama lima tahun, Ma'ruf menyebut sudah banyak program yang dilaksanakan MUI.
"Selama kurun waktu lima tahun terakhir, banyak sekali program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh MUI baik yang melalui komisi-komisi, lembaga/badan, ataupun dilaksanakan oleh dewan pimpinan," kata Ma'ruf.
Ma'ruf mengaku bersyukur MUI masih mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah.
"Hal itu tidak lain karena keistiqamahan pengurus MUI dalam menegakkan prinsip mabda’ dan garis organisasi khittah yang telah dibangun oleh para pengurus MUI dari masa ke masa," ucap Ma'ruf.
Mantan Rais Aam PBNU itu juga mengibaratkan MUI sebagai rangkaian kereta api. Sebab MUI selama ini mempunyai tujuan yang jelas dalam menjalankan roda organisasi.
ADVERTISEMENT
"Di berbagai kesempatan saya mengkinayahkan, mempersamakan MUI itu seperti kereta api, ada rel untuk jalannya, ada pakemnya, ada rute dan tujuan yang jelas, ada stasiunnya dan banyak gerbong yang mencerminkan beragam ormas dan kelembagaan Islam di dalamnya dan juga banyak penumpangnya," tutur Ma'ruf.
"Setiap orang yang berada di dalamnya harus ikut dengan masinis bersama-sama menuju tujuan yang sudah ditetapkan. Orang yang tidak sesuai dengan tujuan dan jalan yang harus dilalui sebaiknya menggunakan kendaraan lain saja yang lebih sesuai dengan selera dan keinginannya," tambah dia.
Ma'ruf menegaskan jika seseorang sudah masuk ke dalam MUI, maka mereka harus mengikuti setiap prinsip dan aturan yang ada di dalamnya. Jika mereka tidak bisa mengikuti hal itu, Ma'ruf meminta sebaiknya orang itu keluar dari MUI.
ADVERTISEMENT
"Menjadi pengurus MUI juga harus melakukan penyesuaian diri sesuai dengan karakter dan jati diri kelembagaan MUI. Label keulamaan yang kental melekat pada MUI menuntut setiap pengurusnya bisa mengejawantahkan jati diri keulamaan dalam setiap perkataan (qawlan), perbuatan (`amalan), ataupun kebijakannya (harakatan)," tutur Ma'ruf.