Ahli Kelautan Duga KRI Nanggala Tenggelam karena Masalah Teknis

19 Mei 2021 10:59 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 3 Juni 2021 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal selam KRI Nanggala-402. Foto: TNI AL
zoom-in-whitePerbesar
Kapal selam KRI Nanggala-402. Foto: TNI AL
ADVERTISEMENT
Penyebab pasti tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan utara Bali masih menjadi misteri. Sejak dinyatakan tenggelam pada 21 April, TNI AL belum mengungkapkan pemicu pasti tenggelamnya kapal selam buatan Jerman itu.
ADVERTISEMENT
Bangkai KRI Nanggala ini berada di kedalaman 839 meter perairan utara Bali. Posisi kapal terletak di 07 derajat, 48 menit 56,6 detik selatan dan 114 derajat, 51 menit 20,6 derajat timur.
Bagian haluangan, anjungan dan buritan telah tampak jelas. Jarak antara haluan dan anjungan KRI Nanggala kurang lebih 107 meter.
Sedangkan jarak antara haluan dengan datum di mana perkiraan mengalami kedaruratan kurang lebih sekitar 47 meter.
Lalu jarak stern section atau buritan dengan swirl section kurang lebih 36 meter.
Sementara bagian pressure hull atau badan tekan kapal masih belum ditemukan. Badan tekan kapal yang memiliki panjang 45 meter diduga tertimpun kawah dan lumpur.
Muncul berbagai pertanyaan, apakah hantaman arus bawah laut yang kuat menjadi salah satu faktor kapal tenggelam hingga menyebabkan bangkai kapal masuk ke bagian lumpur.
ADVERTISEMENT
Kelompok Ahli Kelautan dan Perikanan Pemprov Bali, I Ketut Sudiarta, menduga pemicu tenggelamnya kapal selam itu karena masalah teknis. Ia kemudian memaparkan dua analisanya.
Bagian kapal KRI Nanggala 402 di dasar laut hasil citra kapal salvage dari China ditunjukkan saat konferensi pers di Pangkalan TNI AL Denpasar, Bali, Selasa (18/5). Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
Pertama, arena perairan utara Bali telah bertahun-tahun menjadi lokasi latihan kapal selam TNI AL. TNI AL juga telah menetapkan kawasan tersebut sebagai area latihan.
"Saya enggak bisa memberi judgement seperti itu harus apa ya, tapi di daerah itu dan termasuk juga di selat Lombok sudah bertahun-tahun sebagai tempat lalu lalang kapal selam. Artinya daerah yang aman," kata Sudiarta saat dihubungi, Rabu (19/5).
Kedua, kondisi arus laut utara Bali relatif kuat dan memutar karena pengaruh arus global yang disebut Arlindo atau Arus Laut Kepulauan Indonesia. Meski begitu, Sudiarta menyebut kapal selam RI memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan arus laut.
ADVERTISEMENT
"Jadi misalnya terbentur dengan benda suatu dasar laut atau tekanan arus juga tidak karena kapal selam kan punya kemampuan untuk mengatasi hal itu," ucap dia.
"Jadi menurut saya, pengaruh arus atau kondisi air bagi saya itu lebih kecil dari gangguan teknis di dalam kapalnya sendiri. Ini perkiraan saya, tidak judgment," tutur dosen Universitas Warmadewa ini.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) didampingi KSAL Laksamana TNI Yudo Margono (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/5). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Sebelumnya, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono telah menegaskan tidak ada human error dalam kasus ini. Yudo menduga faktor alam yang berpengaruh dalam kecelakaan ini.
"Dari awal saya sampaikan kemarin bahwa kapal ini tidak human error. Bukan human error. Karena saat proses penyelaman itu sudah melalui prosedur yang betul," kata Yudo pada 25 April lalu.
Sementara Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto menjelaskan terkait masalah faktor alam itu.
ADVERTISEMENT
Iwan mengatakan, satelit milik Jepang menangkap adanya ketebalan berbeda di bawah air saat KRI Nanggala menyelam di perairan Bali pada 21 April. Perbedaan ini sangat terlihat di perairan selatan Lombok dan utara Bali.
"Ini palung antara gunung dengan gunung, lalu gelombang kecepatannya 2NM. Dan berapa untuk dayanya kurang lebih 2 juta sampai 4 juta liter untuk airnya. Jadi kalau misalnya kapal menyelam 13 meter dan terbawa otomatis turun tidak bisa diselamatkan," ucap Iwan.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: