Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Akademisi AS Akui Terdapat Bias pada Pemberitaan di Setiap Negara
14 Desember 2022 8:50 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Steele dalam diskusi yang digelar di pusat kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta, @america, pada Selasa (14/12). Dalam diskusi itu Steele menggarisbawahi masih banyaknya berita bias yang terkadang menyesatkan pembaca.
Steele mencontohkannya dengan pemilihan Presiden Amerika Serikat yang membuat polarisasi media. Itu terlihat pada biasnya pemberitaan mengenai satu kandidat dengan kandidat yang lainnya.
“Kita melihat ada media yang anti-Trump dan ada juga media yang mendukung Trump. Ini salah satu bias yang dapat terjadi di negara mana pun. Pemberitaan mereka menjadi tidak cover both side karena ada bias ini,” kata Steele.
Lebih lanjut, Steele menjelaskan kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda. Ia mengambil contoh pemberitaan amandemen Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP).
ADVERTISEMENT
Media Barat cenderung fokus pada aturan yang mengatur mengenai larangan untuk berhubungan seks tanpa adanya status pernikahan, padahal RKUHP menjadi ancaman yang lebih serius dari itu bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
Kendati demikian, Steele mengakui pemberitaan akan selalu memiliki bias. Mengingat identitas yang melekat di tiap individu akan berkontribusi terhadap risiko bias pemberitaan. Contohnya faktor agama, budaya, sosial, ekonomi, politik, bahkan hukum.
“Yang berbahaya adalah bias yang tidak disadari dan tidak memperhatikan elemen jurnalistik. Contohnya berpihak kepada masyarakat tanpa terkecuali atau tidak berpegangan dengan fakta yang ada,” jelas Steele.
Bias Terkadang Dibutuhkan
Steele juga menjelaskan bias dalam pemberitaan terkadang dibutuhkan. terutama ketika jurnalis memberitakan isu yang krusial tanpa mengesampingkan fakta dan senantiasa melakukan verifikasi atas pemberitaan yang ada.
ADVERTISEMENT
“Seperti kasus di Ukraina, semua orang memberitakannya. Tetapi kadang kita hanya fokus pada rakyat Ukraina asli dan tidak memberitakan warga asing yang tinggal di Ukraina. Hal inilah yang harus diantisipasi untuk meminimalisirkan bias yang tidak disadari. Senantiasa berpegangan terhadap fakta, lakukan verifikasi, dan lihat perspektif lain kita menulis berita,” jelas Steele.
Untuk mencapai iklim pemberitaan yang baik di Indonesia, Steele berpesan bagi jurnalis untuk senantiasa melakukan liputan terhadap isu-isu yang terdiversifikasi. Hal ini memungkinkan munculnya pandangan lain mengenai suatu permasalahan.
“Saya melihat pemberitaan di Indonesia masih bersifat Jawa-sentris. Suara-suara mereka yang tinggal di luar Jawa terkadang kerap kali diredam,” tutur Steele.
Selain itu, peningkatan literasi dan kemampuan menulis juga menjadi aspek yang penting untuk mendukung kerja-kerja jurnalistik di Indonesia. Menurut Steele, dengan literasi yang baik, jurnalis dapat menghasilkan investigasi yang komprehensif dan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai satu isu.
ADVERTISEMENT
Penulis & Reporter: Thalitha Yuristiana.