Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Akar Banjir Bandang di Korea Selatan: Curah Hujan hingga Kondisi Geologis
10 Agustus 2022 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Korea Selatan sejak Senin (8/8) hingga merenggut nyawa dan memutus kehidupan penduduk. Akar banjir tersebut terbagi menjadi berbagai faktor.
ADVERTISEMENT
Banjir bandang menerjang Seoul, Incheon, Gyeonggi, dan Gangwon. Otoritas melaporkan setidaknya delapan korban jiwa dan sembilan korban cedera akibat. Tujuh warga lainnya turut dikabarkan hilang.
Air merendam jalanan utama dan kendaraan yang berserakan. Pihak berwenang akhirnya terdesak menangguhkan layanan transportasi. Pemadaman listrik kemudian menyusul di seluruh Seoul.
"Hujan deras yang memecahkan rekor di wilayah tengah sejak kemarin telah menyebabkan banyak kerusakan, termasuk korban yang tidak beruntung," tutur Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, dikutip dari AFP, Selasa (9/8).
Intensitas bencana tersebut tidak mengherankan mengingat curah hujan kali ini yang menjadi terberat di Korsel sejak 1942. Kondisi geologis dan celah dalam program pemerintah turut berkontribusi mendatangkan malapetaka.
Dataran Rendah
Daerah yang paling terdampak oleh bencana itu adalah Distrik Gangnam di Seoul. Ini bukan pertama kalinya lingkungan makmur tersebut menderita banjir bandang usai hujan lebat.
ADVERTISEMENT
Gangnam mengarungi bencana itu pula pada September 2010 dan Juli 2011. Distrik perumahan dan lingkungan sekitarnya kini kembali mendapati air setinggi lutut.
Sebelum Seoul menjadi kota metropolitan modern, Gangnam merupakan dataran berlumpur. Daerah itu adalah rumah bagi sejumlah desa yang terletak saling berjauhan. Akibat terletak rendah dekat sungai, daerah itu rawan banjir.
Meskipun telah berubah menjadi aspal dan beton, kondisi geologis distrik itu masih sama. Lebih dari 70 persen tanahnya memiliki ketinggian kurang dari 40 meter dan sudut kemiringan 5 persen.
Mayoritas lingkungan itu mungkin adalah tanah datar. Tetapi, sebagian daerah tetap terletak lebih rendah dari distrik-distrik terdekatnya, seperti Seocho dan Yeoksam.
Sejumlah bagian diperkirakan memiliki ketinggian 10 meter lebih rendah dari daerah sekitarnya. Alhasil, Gangnam lebih mudah menampung air hujan.
ADVERTISEMENT
Curah Hujan
Curah hujan turut menjadi faktor penting dalam menjelaskan bencana tersebut. Administrasi Meteorologi Korea (KMA) menjelaskan, hujan lebat melanda bagian selatan lebih parah daripada daerah lain di Seoul.
Disadur dari Yonhap, hujan 422 milimeter turun sejak pukul 6 pagi pada Senin (8/8) hingga pukul 8 pagi pada Selasa (9/8) waktu setempat di Distrik Dongjak.
KMA mencatat rata-rata curah hujan bulanan selama 30 tahun terakhir sampai 2020. Curah hujan umumnya mencapai 414,4 mm pada Juli.
Ketika dibandingkan, Dongjak lantas mengalami lebih banyak hujan daripada rata-rata bulanan hanya dalam sehari terakhir. Kondisi serupa tercatat pula di distrik-distrik lain di Seoul antara tengah malam pada Minggu (7/8) hingga dini hari pada Selasa (9/8).
ADVERTISEMENT
Curah hujan kumulatif selama periode itu menyentuh 396 mm di Seocho, 375,5 di Gangnam, 375 mm di Geumcheon, 350 mm di Gwanak, 347 mm di Songpa dan 317,5 mm di Guro.
KMA memperingatkan, curah hujan 300 ,, akan turun di wilayah tengah Korsel hingga Kamis (11/8). Hujan tambahan 100-200 mm diprediksi akan melanda sebagian wilayah pula sampai Rabu (10/8).
Artinya, distrik-distrik di ibu kota akan mengadang hampir setengah dari curah hujan tahunan hanya dalam kurun waktu beberapa hari. Pasalnya, Korsel mendapati curah hujan rata-rata tahunan sekitar 1.306,3 mm.
KMA menerangkan, Korsel tengah menikmati udara hangat. Saat massa udara dingin dari utara bergerak mendekat, presipitasi lantas terjadi di tengah, yakni wilayah selatan Seoul.
ADVERTISEMENT
"Sabuk awan bergerak menuju bagian selatan Seoul, membawa lebih banyak hujan ke daerah itu," jelas seorang pejabat KMA, dikutip dari The Korean Herald.
Upaya Anti-Banjir
Seoul menggencarkan pencegahan banjir sejak mengalami bencana itu pada 2012. Pemerintah meningkatkan infrastruktur dengan membangun terowongan pengendalian banjir bawah tanah.
Fasilitas itu terakhir dibangun di dekat Banpo pada Juni. Namun, infrastrukturnya belum siap membendung hujan yang melebihi 110 mm per jam pada Senin (8/8).
"Kami dapat menahan hingga 85 mm hujan per jam sekarang. Dulu, kami hanya siap menghadapi 45 mm," ungkap seorang pejabat senior di Pemerintah Metropolitan Seoul.
Pemerintah kota juga mengumumkan rencana untuk mengurangi masalah drainase di Gangnam dan sekitarnya pada 2015. Inisiatif itu melibatkan anggaran senilai KRW 1,4 triliun (Rp 15,9 triliun).
ADVERTISEMENT
Rencana itu seharusnya rampung pada 2016, tetapi kemudian mengalami penundaan. Kini, pemerintah setempat menargetkan penyelesaian proyek itu pada 2024.
Kendati demikian, sistem drainase dinilai tidak cukup oleh para ahli. Mereka meyakini, langkah tersebut tidak dapat menahan hujan ekstrem seperti baru-baru ini.