Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Upaya pengangkatan KRI Nanggala -402 yang tenggelam di Perairan Bali, resmi berakhir pada 2 Juni 2021. Hal ini ditandai dengan berakhirnya operasi salvage yang dilakukan TNI AL bersama Angkatan Laut China (PLA Navy), yang berlangsung sejak sebulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
KRI Nanggala-402 tenggelam pada 21 April 2021 lalu di perairan utara Bali, saat sedang berlatih menembakkan torpedo. Kapal ini merupakan kapal selam buatan Jerman pada 1979 dan dioperasikan TNI AL pada 1981.
Dengan spesifikasi yang dimilikinya, kapal selam ini diklaim mampu menyelam hingga kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut. KRI Nanggala-402 juga dilengkapi persenjataan 14 buah torpedo 21 inci dalam delapan tabung dengan jarak tembaknya hingga 2 mil.
Semula kapal selam tersebut dinyatakan hilang kontak pada 21 April sekitar pukul 03.00 WIB saat menggelar latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali . Namun setelah upaya pencarian yang dilakukan oleh tim SAR gabungan, kapal itu akhirnya ditemukan tenggelam di kedalaman 838 meter oleh kapal pencari Swift Rescue milik Singapura.
ADVERTISEMENT
Seluruh ABK KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 orang yang terdiri atas 49 anak buah kapal (ABK), satu komandan satuan, dan tiga personel arsenal, gugur dalam peristiwa ini.
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, berdasarkan temuan dan data awal, dia meyakini tidak ada kesalahan prajurit atau pelanggaran prosedur dalam pelayaran terakhir KRI Nanggala. Semua berjalan sesuai dengan SOP.
"Dari awal saya sampaikan kemarin bahwa kapal ini tidak human error. Bukan human error. Karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul," kata Yudo dalam konferensi pers di Lanud Ngurah Rai, Bali, Minggu (25/4).
Proses Pengangkatan KRI Nanggala-402
MV Swift Rescue, kapal milik Angkatan Laut Singapura, ikut mencari kapal selam KRI Nanggala di kedalaman Laut Bali. Kapal penyelamat kapal selam seharga nyaris Rp 6 triliun ini berjasa dalam mengambil citra serpihan KRI Nanggala yang berada di kedalaman 835 meter.
ADVERTISEMENT
Semula, posisi serpihan besar KRI Nanggala ditangkap oleh sonar KRI Rigel milik TNI AL. Karena robot Remotely Operated Vehicle (ROV) KRI Rigel tidak bisa menjangkau lebih 800 meter, maka dikirimlah ROV milik Swift Rescue yang memiliki jangkauan lebih dalam untuk mengambil gambar.
Dari rekaman ROV Swift Rescue , dipastikan benda besar yang terdeteksi sonar KRI Rigel itu merupakan KRI Nanggala. Kapal terbelah menjadi tiga bagian. Ditemukan juga berbagai serpihan lainnya seperti kemudi dan baju keselamatan (suit rescue).
Berdasar data inilah Panglima TNI pada 25 April 2021 menyatakan bahwa KRI Nanggala tenggelam dan 53 awaknya gugur.
Tak hanya Swift Rescue, kapal penyelamat kapal selam milik AL Malaysia, MV Mega Bakti, juga ikut membantu melakukan pencarian dan pengangkatan KRI Nanggala-402. MV Mega Bakti menyelesaikan misinya pada Selasa, 4 Mei 2021.
ADVERTISEMENT
“Tim Operasi Mencari & Menyelamat Kapal Selam TLDM bersama MV MEGA BAKTI selamat tiba di Tambatan Pangkalan Kota Kinabalu selesai Operasi SAR KRI NANGGALA 402,” tulis akun Twitter Korps Kapal Selam AL Malaysia.
Kepulangan kapal Singapura dan Malaysia beriringan dengan kedatangan kapal salvage dari Angkatan Laut (PLA Navy) China. Dua kapal China, yaitu PRC Navy Ship Ocean Tug Nantuo-195 dan PRC Navy Ocean Salvage dan Rescue Yong Xing Dao-863 tiba di perairan Bali pada Minggu (2/5).
Kapal China juga memiliki teknologi kapal selam mini yang dapat menyelam hingga kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II Laksda TNI Iwan Isnurwanto mengatakan, operasi pengangkatan atau salvage ini terbuka untuk umum. Siapa saja yang memiliki kemampuan dipersilakan membantu mengangkat KRI Nanggala 402.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
China menerjunkan tiga kapal, YongxinDao-863, Nantuo-195, dan Kapal Scientific Salvage Tan Soe Er Hao untuk operasi salvage. Tim investigasi juga dibentuk.
"Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan operasi salvage kedaruratan di bawah (laut)," kata Iwan di Pangkalan TNI AL Denpasar, Selasa (18/5).
Tim Tan Soe Er Hao melakukan survei dasar laut dengan kedalaman 839 meter, lebar 2,5 kilometer dan panjang 3,7 meter untuk mengetahui kondisi kapal dan dasar laut. Dalam survei ini ada lima operasi yang dilakukan Tan Soe Er Hao;
Pertama, Dive Operation I melaksanakan investigasi keberadaan kapal. Tim Tan Soe Er Hao berhasil mendeteksi haluan, anjungan, dan buritan.
Pada haluan tampak ruang torpedo, tangki udara, tangki sampah, dan lain sebagainya. Pada bagian anjungan terlihat geladak, dan bagian buritan terlihat propeler, kemudi vertikal, dan lain sebagainya. Tim juga menemukan sebuah kawah berdiameter 38 meter dengan kedalaman 10-15 meter.
ADVERTISEMENT
Kedua, Dive Operation II dengan melaksanakan pengukuran dan pemetaan posisi bagian tubuh kapal. "Operasi kedua, ini pelaksanaannya tidak langsung. Jadi sehari pelaksanaan ini, tunda lagi pelaksanaan ini, karena enggak bisa langsung dikebut untuk bisa mendapatkan data," ujar Iwan.
Ketiga, Dive operation III mencari posisi titik pengangkatan. Pada tahap ini, Tim akan menambatkan sling atau alat penarik yang dicantolkan pada tubuh kapal. Kapal Tan Sou mencoba mengangkat bagian anjungan seberat 18 ton namun gagal karena sling putus.
Tan Suo berhasil mengangkat sebuah life raft, benda yang berfungsi sebagai penyelamat. Alat ini memiliki berat 700 kg dan telah disimpan di KRI Teluk Banten.
Keempat, Dive Operation IV dengan fokus penelusuran pada kawah yang ditemukan sebelumnya. Tim kesulitan mendeteksi apa yang ada di dalam kawah karena situasinya yang tertutup lumpur dan posisinya gelap.
ADVERTISEMENT
Kelima, Dive Operation V tim akan memperluas arena pencarian karena badan tekan kapal atau pressure hole dengan ukuran 40 meter belum ditemukan. Iwan menduga badan tekan kapal beserta 35 awak kru berada di kawah tersebut dan sebagian badan tertimbun.
"Lokasi badan tekan atau pressure hole belum dapat ditemukan secara pasti kami hanya memperkirakan, mungkin posisi di creater atau kawah berdiameter 38 meter kedalaman 10-15 meter. Itu pun masih belum bisa masuk ke dalam, situasinya sulit untuk sampai ke sana. Kita belum tahu apa yang ada di bawah kawah tersebut," kata dia.
Operasi Pengangkatan KRI Nanggala-402 Dihentikan
TNI AL dan Angkatan Laut China (PLA Navy) menggelar rapat koordinasi pengakhiran operasi salvage kapal selam KRI Nanggala-402 di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Rabu (2/6). Rapat ini sekaligus menandai berakhirnya keterlibatan China dalam operasi pengangkatan KRI Nanggala.
ADVERTISEMENT
Selama pelaksanaan operasi salvage ini telah dilaksanakan penyelaman sebanyak 20 kali dan berhasil mengangkat material-material penting yang merupakan wujud kesuksesan luar biasa dari kinerja tim salvage.
Atase Pertahanan (Athan) China untuk RI Senior Kolonel Chen Yongjing yang mewakili pemerintah China mengatakan, selama lebih kurang satu bulan Angkatan Laut China dan TNI AL telah bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik, berupaya mengumpulkan sebanyak-banyaknya dokumentasi berupa foto dan video dan juga mengangkat sebagian bagian dari KRI Nanggala yang semua sudah diserahterimakan kepada pihak Indonesia.
“Ini merupakan salah satu bukti nyata kegiatan penyelamatan humanitarian yang dilakukan bersama dengan TNI AL. Kegiatan ini memiliki makna yang sangat besar pada perkembangan hubungan kemitraan strategis komprehensif TNI AL dan tradisi kedua negara yaitu berat dipikul berat sama dijinjing serta juga bermakna besar dalam kerja sama maupun saling percaya antara kedua militer," kata dia.
ADVERTISEMENT
Komando Armada II Laksamana Pertama TNI I Gung Putu Alit Jaya mewakili KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, mengucapkan terima kasih atas bantuan China dalam operasi pengangkatan KRI Nanggala-402 selama satu bulan terakhir.
“Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kapal-kapal yang telah bersusah payah melakukan pengangkatan di dasar laut serta permohonan maaf apabila ada ketidaknyamanan yang dirasakan selama melaksanakan operasi ini,” kata Putu Ali Jaya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/6).