Apa Alasan di Balik Gempuran Israel ke Suriah?

11 Desember 2024 17:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Israel beroperasi di sebuah lokasi yang disebut sebagai Suriah Selatan, dalam cuplikan video yang diperoleh Reuters pada Senin (9/12/2024). Foto: Israel Defense Forces/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Israel beroperasi di sebuah lokasi yang disebut sebagai Suriah Selatan, dalam cuplikan video yang diperoleh Reuters pada Senin (9/12/2024). Foto: Israel Defense Forces/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Israel telah melancarkan lebih dari 480 serangan udara di Suriah selama 48 jam terakhir, menargetkan fasilitas militer strategis di kota-kota seperti Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra.
ADVERTISEMENT
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), serangan ini untuk menghancurkan depot senjata, fasilitas produksi militer, dan peluncur roket yang diduga digunakan kelompok bersenjata di kawasan tersebut.
Namun, gempuran memunculkan pertanyaan besar tentang alasan sebenarnya di balik langkah agresif Israel terhadap negara tetangganya, yang kini tengah menghadapi masa transisi politik pasca-tumbangnya rezim Bashar al-Assad.
Kendati bertetangga, Israel-Suriah adalah musuh bebuyutan sejak negara Yahudi itu berdiri pada era 1940-an.
Israel telah mencap Suriah sebagai negara musuh. Mereka melarang warganya bepergian ke Suriah. Timbal baliknya, Suriah tidak mengakui paspor Israel.

Apa yang Israel Targetkan?

Pemimpin kelompok Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa, berpidato di Masjid Umayyah, Suriah, Minggu (8/12/2024). Foto: ABDULAZIZ KETAZ/AFP
IDF mengeklaim serangan udara terhadap Suriah diarahkan untuk mencegah senjata canggih jatuh ke tangan “kelompok ekstremis,” seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menjadi kekuatan utama oposisi di Suriah.
ADVERTISEMENT
Target utama meliputi gudang senjata, depot amunisi, bandara, pangkalan angkatan laut, dan pusat penelitian strategis.
Selain serangan udara, Israel juga mengerahkan pasukan ke zona penyangga di Dataran Tinggi Golan. Sebelumnya kawasan ini ditetapkan sebagai zona demiliterisasi berdasarkan perjanjian gencatan senjata PBB tahun 1974, yang memisahkan wilayah Israel dan Suriah.
Namun, laporan menunjukkan tank-tank Israel bergerak hingga ke wilayah Qatana, hanya 10 km dari ibu kota Damaskus, meskipun klaim ini dibantah oleh sumber militer Israel.

Alasan di Balik Serangan

Tentara Israel berada di atas kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) dan Namer sedang salat di sepanjang sisi Dataran Tinggi Golan di garis gencatan senjata antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, Selasa (10/12/2024). Foto: Miro Maman/REUTERS
Pemerintah Israel mengeklaim langkah ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan diri.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Dataran Tinggi Golan, sebagian besarnya diduduki oleh Israel sejak 1967, akan tetap menjadi bagian dari wilayah Israel “selamanya”.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar juga menyebut tujuan serangan ini untuk mencegah senjata strategis seperti senjata kimia atau rudal jarak jauh jatuh ke tangan kelompok bersenjata.
“Ini adalah tindakan pencegahan untuk melindungi keamanan Israel,” kata Sa’ar, seperti diberitakan Al Jazeera.

Dampak bagi Suriah

Ilustrasi warga Suriah pulang ke negaranya. Foto: Bulent Kilic/AFP
Serangan udara Israel dianggap merusak proses transisi politik di Suriah. Seorang analis Al Jazeera yang berbasis di Damaskus, Resul Serdar Atas, berpendapat gempuran ini melemahkan upaya pemerintah baru untuk membangun stabilitas di tengah situasi yang sudah kacau.
“Israel menghancurkan infrastruktur militer strategis Suriah. Dengan melakukan ini, mereka memastikan bahwa pemerintahan baru tak memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya sendiri,” ujar Atas.
Menurutnya langkah ini berpotensi membuat Suriah terfragmentasi, serupa dengan situasi di Gaza atau Lebanon.
ADVERTISEMENT

Iran Salahkan AS dan Israel

Pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kanan, berbicara dengan Presiden Suriah Bashar Assad dalam sebuah pertemuan di Teheran, Iran, Kamis, 30 Mei 2024. Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP, File
Sementara itu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh AS dan Israel sebagai dalang utama di balik jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Ia menyebut konspirasi ini dirancang untuk menggoyahkan stabilitas kawasan Timur Tengah.
“Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di Suriah adalah hasil dari rencana bersama Amerika dan Zionis,” kata Khamenei dalam pernyataan yang dilaporkan kantor berita Iran, Tasnim.
Ia juga menuding beberapa negara tetangga, termasuk Turki, turut berperan dalam konflik ini.

Apa yang Ingin Dicapai Israel?

Seorang pria memegang bendera oposisi Suriah saat merayakan bahwa pemerintahan otoriter Presiden Bashar al-Assad yang telah berlangsung selama 24 tahun telah berakhir, di Aleppo, Suriah, Aleppo, Suriah, 8 Desember 2024. Foto: Karam al-Masri/Reuters
Hingga saat ini, motif utama Israel di Suriah masih menjadi tanda tanya. Dirangkum dari Al Jazeera, beberapa tokoh politik Israel melihat situasi ini sebagai peluang geopolitik.
ADVERTISEMENT
Pemimpin partai oposisi, Benny Gantz, menyebut Israel bisa memanfaatkan hubungan dengan kelompok minoritas seperti Druze dan Kurdi untuk memperkuat posisinya di kawasan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, mantan Kolonel Anan Wahabi mengusulkan agar Suriah dipecah menjadi beberapa wilayah otonom yang bisa bekerja sama dengan aktor eksternal, termasuk Israel.
“Negara-bangsa modern di Timur Tengah telah gagal,” ujarnya kepada The Times of Israel.
Langkah agresif Israel ini memicu kritik internasional, termasuk dari PBB, yang menilai serangan ini sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah.
Namun, Israel tetap bersikukuh bahwa tindakannya sah demi melindungi kepentingan negaranya.