Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ISIS mengeklaim, mereka menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam penembakan di konser Balai Kota Crocus, Rusia, pada Jumat (22/3). Akibat insiden itu, tercatat hingga Senin (25/3) 137 orang tewas dan 150 lainnya terluka.
ADVERTISEMENT
Menurut kantor berita Rusia Interfax, total 11 orang telah ditahan, termasuk empat orang yang diduga terlibat langsung dalam penembakan.
Cabang ISIS di Afghanistan atau Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), mengaku bertanggung jawab atas serangan malam itu. Para pejabat Amerika Serikat juga mengkonfirmasi klaim tersebut.
Di sisi lain, pemerintahan Rusia mempertanyakan pernyataan AS bahwa ISIS, yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, merupakan dalang penyerangan.
Lalu, siapakah ISIS-K dan apa motif mereka menyerang Rusia?
Merupakan Cabang ISIS di Afghanistan
Dikutip dari Al Jazeera, ISIS-K, kelompok yang merupakan salah satu afiliasi ISIS teraktif ini muncul dari Afghanistan Timur di akhir 2014. Mereka terdiri dari pejuang Taliban Pakistan yang memisahkan diri dan pejuang lokal yang loyal kepada mendiang pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
ADVERTISEMENT
Murat Aslan, seorang analis militer dan mantan kolonel tentara Turki, mengatakan afiliasi ISIS di Afghanistan dikenal karena metodologinya yang radikal dan keras.
“Saya pikir ideologi mereka menginspirasi mereka dalam memilih target. Pertama-tama, Rusia berada di Suriah dan berperang melawan Daesh (ISIS) seperti Amerika Serikat. Itu berarti mereka melihat negara-negara seperti itu sebagai negara yang bermusuhan,” kata Aslan kepada Al Jazeera.
“Mereka sekarang berada di Moskow. Sebelumnya mereka di Iran, dan kita akan melihat lebih banyak serangan, mungkin di ibu kota lain,” tambahnya.
Meski jumlah anggotanya di Afghanistan telah menurun sejak 2018, namun para pejuangnya masih menjadi salah satu ancaman terbesar otoritas Taliban di Afghanistan.
Serangan sebelumnya oleh ISIS-K
Sebelumnya, pejuang ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas serangan tahun 2021. Teror yang terjadi di luar bandara Kabul, Afghanistan, itu menewaskan sedikitnya 175 warga sipil dan 13 tentara AS, puluhan lainnya luka-luka.
ADVERTISEMENT
Afiliasi ISIS juga dianggap bersalah karena melakukan serangan berdarah di Kabul pada Mei 2020 yang menewaskan 24 orang, termasuk perempuan dan bayi. Pada bulan November di tahun yang sama, kelompok tersebut menyerang Universitas Kabul dan menewaskan sedikitnya 22 guru dan mahasiswa.
Tak hanya itu, pada September 2022, kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di kedutaan Rusia di Kabul.
Pada 2023, Iran menyalahkan ISIS-K atas dua serangan terpisah terhadap kuil besar di Shiraz selatan yang menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai lebih dari 40 orang.
AS mengeklaim bahwa mereka menyadap komunikasi ISKP saat sedang bersiap melakukan serangan bom bunuh diri di Iran. Serangan yang terjadi pada Januari itu menewaskan hampir 100 orang di kota Kerman, Iran Tenggara. ISKP mengaku bertanggung jawab atas serangan Kerman.
Mengapa ISIS menyerang Rusia?
ADVERTISEMENT
Analis pertahanan dan keamanan mengatakan, ISIS telah menargetkan propagandanya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu diduga imbas penindasan Rusia terhadap umat muslim.
Asisten Profesor di Clemson University di South Carolina, Amira Jadoon, menilai Moskow telah menjadi fokus perang propaganda ekstensif ISIS-K.
“Invasi Soviet ke Afghanistan, tindakan Rusia di Chechnya, hubungan dekat Moskow dengan pemerintah Suriah dan Iran, dan khususnya kampanye militer yang dilakukan Rusia terhadap pejuang ISIS di Suriah dan – melalui tentara bayaran Grup Wagner – di beberapa bagian Afrika,” ungkap Jadoon kepada Al Jazeera.
“Keterlibatan Rusia dalam perang global melawan ISIS dan afiliasinya, terutama melalui operasi militernya di Suriah dan upayanya menjalin hubungan dengan Taliban Afghanistan – saingan ISIS-K – menandai Rusia sebagai musuh utama ISIS/ISIS-K,” tambahnya.
ISIS-K diduga berambisi menunjukkan kemampuannya dengan cara melancarkan serangan di wilayah Rusia.
ADVERTISEMENT
Peneliti di Program Studi Strategis dari Observer Research Foundation, Kabir Taneja, mengatakan Rusia dipandang oleh ISIS dan afiliasinya sebagai kekuatan salib melawan muslim.
“Rusia telah menjadi target ISIS, bukan hanya ISKP, sejak awal,” kata Taneja, penulis buku The ISIS Peril.
“ISKP menyerang kedutaan Rusia di Kabul pada 2022, dan selama berbulan-bulan, badan keamanan Rusia telah meningkatkan upaya untuk menekan ekosistem pro-ISIS baik di Rusia maupun di sekitar perbatasannya, khususnya di Asia Tengah dan Kaukus,” tambahnya.
Pada awal Maret, Dinas Keamanan Federal Rusia, yang lebih dikenal sebagai FSB, mengatakan pihaknya telah menggagalkan rencana ISIS untuk menyerang Moskow.
“Motivasi paling kuat saat ini bagi ISIS-K untuk menyerang Rusia adalah faktor Taliban. Taliban adalah saingan berat ISIS, dan ISIS memandang Rusia sebagai teman Taliban,” kata Kugelman.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, hubungan dekat Moskow dengan Israel juga merupakan kutukan terhadap ideologi ISIS, menurut Taneja.
“Jadi gesekan ini bukanlah hal baru secara ideologis, namun secara taktis,” katanya kepada Al Jazeera.
Menurut Taneja, kini kelompok bersenjata yang sempat hilang dari perhatian dunia telah kembali bersatu, setelah mengalami kemunduran di Suriah dan Iran.
Bagaimana tanggapan ISIS?
Sementara di media sosial milik ISIS-K, mereka terlihat 'bahagia' setelah mengumumkan menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam serangan di Rusia.
Hal ini berdasarkan analisis dari Dekan Senior di S Rajaratnam School of International Studies Singapura, Abdul Basit. “Mereka merayakan serangan itu,” kata Basit kepada Al Jazeera.
Basit mengatakan, metode operasi ISIS adalah melibatkan kampanye propaganda sebelum serangan skala besar. Hal ini telah diamati dalam beberapa pesan anti-Rusia baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Ia memprediksi akan lebih banyak serangan yang terjadi di Rusia dan negara lain. Menurut Basit, hal tersebut dikarenakan ISIS-K telah kembali menguasai kawasan Asia Tengah dan rencana penyerangan mereka sudah mulai terwujud.