Apakah Gempa di Sukabumi Bisa Picu Gunung Salak Erupsi?

14 Desember 2023 11:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seismograf, alat ukur gempa bumi. Foto: Thinkstock/Petrovich9
zoom-in-whitePerbesar
Seismograf, alat ukur gempa bumi. Foto: Thinkstock/Petrovich9
ADVERTISEMENT
Gempa bumi berkekuatan 4,6 magnitudo yang berpusat di Sukabumi ternyata bagian dari gempa bumi swarm. Gempa ini memiliki karakteristi gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian sering.
ADVERTISEMENT
BMKG mencatat, sejak 6 Desember 2023 sampai 14 Desember 2023 pukul 07.57 WIB, tercatat ada sekitar 55 kali gempa. Tiga gempa yang paling terasa yakni dengan intensitas 3 magnitudo dua kali, 4 magnitudo sekali, dan terbaru 4,6 magnitudo sekali.
Gempa ini dirasakan juga di daerah Bogor hingga Jakarta. Termasuk juga di wilayah Gunung Salak.
Gempa juga sempat terjadi pada Jumat (8/12) lalu dengan kekuatan 4 magnitudo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sempat menyebut gempa ini berpotensi terjadinya erupsi freatik di Gunung Salak.
Lantas, apa dampak gempa 4,6 magnitudo hari ini terhadap aktivitas gunung salak?
"Bahwa apa yang terjadi di Bogor ini dari hasil penelitian tim kami tahun 2019 itu menegaskan bahwa ini akibat swarm. Swarm itu memiliki kaitan dengan aktvitas vulkanism," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono, dalam konferensi pers, Kamis (14/12).
ADVERTISEMENT
Daryono mengatakan, gempa swarm ini memiliki kaitan dengan gempa vulkanik. Namun demikian, belum tentu akan menimbulkan sesuatu yang luar biasa.
Dia mencontohkan terkait gempa swarm yang terjadi di Jailolo, Maluku Utara dan di Mamasa, Sulawesi Barat. Gempa swarm di sana lebih dahsyat dibandingkan yang terjadi di Sukabumi, tetapi tidak menyebabkan gunung erupsi.
"Kejadian 2019 pasca-gempa Palu itu, terjadi swarm di Mamasa, itu juga vulkanik. Bahkan lebih besar dari Jailolo, tapi tidak ada aktivitas erupsi gunung api," kata Daryono.
Dia mengatakan, aktivitas vulkanik yang terjadi karena adanya tekanan dari bawah menimbulkan stress dan kemudian menimbulkan deformasi kecil pada batuan, yang dideteksi sebagai aktivitas kegempaan.
"Kami akan dalami fenomena ini, dan yang berkaitan dengan Gunung Salak mohon konfirmasi ke PVMBG, tapi swarm memang terkait dengan aktivitas vulkanisme," kata Daryono.
ADVERTISEMENT