Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Padahal, api itu merupakan sumber obor peristiwa besar. Misalnya, misalnya pesta olahraga internasional Ganefo I tanggal 1 November 1963.
Api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai PON X tahun 1981. Api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk obor upacara hari raya Waisak.
Terbaru, api Mrapen itu digunakan sebagai api obor Asian Games 2018.
Kepala Seksi Energi Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan, Sinung Sugeng Arianto, mengatakan padamnya api abadi itu karena berkurangnya pasokan gas methane atau metana di dalam perut bumi sekitar api itu.
Diduga karena banyaknya aktivitas pengeboran air tanah oleh warga sekitar. Bahkan terbaru, ada sebuah minimarket di kawasan itu mengebor air tanah untuk keperluan toko. Tanah yang dibor itu menimbulkan semburan gas. Diduga api Mrapen habis karena bocoran gas itu.
ADVERTISEMENT
Asal Usul Api Abadi Mrapen
Banyak yang bertanya-tanya dari mana asal usul Api Abadi Mrapen itu? Bagaimana bisa api itu menyala selain karena ada gas yang terkandung di dalam perut bumi?
Dilansir dari bpad.jogjaprov.go.id, pada zaman dahulu berdirilah Kesultanan Demak yang didirikan Raden Patah dibantu oleh para wali dan guru agama pada tahun 1503.
Tahun 1509 Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak dengan Gelarnya Sultan Jimbun Ngalam Akbar atau Panembahan Jimbun.
Dia memerintah sampai tahun 1518 dan digantikan oleh Adipati Umus (1518 – 1521). Raden Patah berupaya menaklukkan Kerajaan Majapahit.
Usaha penaklukan Kerajaan Majapahit baru terlaksana pada tahun 1525, yaitu pada masa kekuasaan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 ).
ADVERTISEMENT
Dengan keruntuhan Majapahit tahun 1525, maka kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam di Jawa menjadi penguasa tunggal. Sedang sisa – sisa penguasa Majapahit yang tidak mau tunduk ke Demak memindahkan pusat kerajaannya ke Sengguruh.
Ada pula yang menyingkir ke Ponorogo dan lereng Gunung Lawu. Setelah Raden Patah menjadi raja dia mulai menata wilayah kerajaan.
Kota Demak dijadikan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam ke seluruh Jawa.
Sebagai lambang negara Islam dibangunlah sebuah masjid Agung yang merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.
Adalah Sunan Kalijaga seorang tokoh walisongo yang membuat Islam di Demak menjadi berkembang pesat.
Sunan Kalijaga bahkan memimpin ekspedisi pemboyongan.
Ekspedisi pemboyongan dipimpin oleh Sunan Kalijaga tampak berjalan lancar. Ekspedisi pemboyongan ini maksudnya adalah memindahkan pendopo Kerajaan Majapahit untuk dijadikan serambi Masjid Agung Demak dari Trowulan.
ADVERTISEMENT
Karena menempuh perjalanan yang sangat jauh, pasukan Sunan Kalijaga kelelahan. Setelah sampai di Mrapen mereka merasa sangat lelah. Kemudian rombongan itu beristirahat.
Karena tidak ada air untuk minum, maka Sunan Kalijago bersemedi memohon kepada Tuhan diberi air untuk minum para pengikutnya.
"Tongkat wasiatnya ditancapkannya ke tanah, kemudian dicabutnya. Tetapi yang keluar bukan air namun api yang tidak dapat padam (Api Abadi)," demikian dilansir dari situs resmi Pemkab Grobogan.
"Sejak itulah tempat itu disebut Mrapen. Kemudian di tempat lain dilakukan hal yang sama dan keluarlah pancuran air yang jernih, yang dapat diminum. Demikian rombongan itu minum dan setelah hilang lelahnya mereka melanjutkan perjalanannya ke Demak," tulis keterangan situs Pemkab Grobogan.
ADVERTISEMENT
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )