Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Asa Belajar Bertani Sayur hingga Ternak Kambing di Salam Kawasi Pulau Obi
9 Juli 2024 12:24 WIB
·
waktu baca 4 menitPanas terik pada siang hari tampak membuat tanah di Desa Kawasi makin terlihat kering. Namun dekat permukiman, di atas bukit desa yang terletak di Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara itu, ada lahan pertanian yang ditanami buah dan sayur mayur yang subur.
Tulisan Salam Kawasi–Bersama Belajar pada Alam Kawasi–tampak mentereng berwarna cerah. Papan tersebut merupakan penanda lahan yang dijadikan demonstrasi pertanian sebagai wadah edukasi dalam program Salam Kawasi. Terdapat balai dan ruangan terbuka untuk belajar.
Salam Kawasi menjadi lokasi pembelajaran berkelanjutan terpadu dari perusahaan tambang dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan, Harita Nickel .
Lahan seluas sekitar 4 hektar awalnya dibiarkan kemudian disulap menjadi tempat yang subur untuk bertumbuhnya aneka pohon buah, hingga cabai.
Pada lahan yang menurun seperti lereng, terdapat tanaman padi yang sudah menguning tanda siap panen.
“Apa yang ada di Salam Kawasi ini adalah pojok pertanian terbaik, jadi ada beberapa lahan yang kita kasih nama. Misalkan di sana itu (ada) lahan area ketahanan pangan, lahan budidaya hortikultura,” jelas SME Supervisor dari Harita Nickel, Albertus Darukumara, kepada kumparan, Rabu (27/3/2024).
Salah satu tantangan terbesar, kata Albertus, adalah kondisi lahan yang kritis alias kurang subur, sehingga butuh waktu agar kawasan tersebut subur dan bisa ditanami sayur mayur.
Terdapat pula kolam-kolam yang selain jadi tempat berkembang biak ikan, juga menjadi tempat penampungan air untuk mencegah kekeringan.
Supervisor Agriculture Harita Nickel, Lukmanul Hakim, menjelaskan ada juga lahan peternakan kambing serta rumah pengolahan kompos di kawasan yang sama. Kotoran kambing digunakan sebagai bahan pupuk organik yang dicampur dengan sampah organik dari warga di kawasan Salam Kawasi.
“Jadi semua itu ada satu lingkaran yang menjadi terpadu. Dan di tanah Salam Kawasi di sini juga sebagai tempat riset, penelitian anak sekolah, (dan) masyarakat yang ingin belajar,” kata Lukman.
Lokasi ini juga menjadi pusat pendampingan Harita Nickel untuk para petani yang tergabung dalam kelompok tani di kawasan lain Pulau Obi. Nah, saat mengalami kendala, mereka bisa datang ke Salam Kawasi untuk diberikan pelatihan.
Salam Kawasi juga menjadi pusat edukasi bagi masyarakat yang berminat untuk belajar lebih lanjut soal budidaya ikan air tawar.
“Bagi mereka ini hal baru karena selama ini mereka kan taunya ikan air laut. Di sini kita kembangkan untuk budidaya air tawar, terutama nila,” kata Albertus.
Untuk mendukung pelatihan perikanan, Salam Kawasi mempunyai beberapa kolam buatan berisi ikan nila dan ikan lele. Lukman menyebut, budidaya ikan tawar masih belum banyak dilirik, sebab sebagian besar penduduk merupakan nelayan ikan laut dan awam soal ikan tawar.
Padahal, budidaya ikan tawar dinilai bisa menjadi peluang bisnis baru yang menjanjikan di masa depan.
“Kalau potensi lahan kan banyak, cuma pemahaman mereka untuk budidaya air tawar itu belum,” lanjut Albertus.
Harita Nickel mengembangkan kawasan Salam Kawasi sejak 2021 dan membantu banyak lapisan masyarakat yang ingin belajar soal pertanian, budidaya, maupun peternakan.
Selain itu, program tersebut menjawab kebutuhan masyarakat soal pupuk organik, sebab tinggal di remote area seperti di Obi membuat akses ke pupuk subsidi, obat tanaman, dan keperluan lain lebih susah dan mahal.
Menurut Lukman, hadirnya Salam Kawasi turut mengubah pola pikir masyarakat Pulau Obi dalam bercocok tanam.
Masyarakat yang selama ini bercocok tanam secara nomaden atau berpindah-pindah tempat kini melalui teknik pengelolaan lahan yang baik dan benar menjadi bercocok tanam di satu tempat secara berkelanjutan.
“Salah satu tugas kita untuk mengedukasi masyarakat sini, supaya mereka istilahnya survive di lahan pertanian mereka. Karena budaya orang sini, kan, cuma tebang, bakar, pindah tempat. Jadi supaya mereka punya pemahaman bahwa tanah itu kalau diolah kesuburannya semakin meningkat,” ujar dia.
Lukman mengatakan, Salam Kawasi berperan penting menjadi wahana edukasi seluruh masyarakat Obi dalam bercocok tanam dan beternak, yang kemudian ilmunya bisa diadopsi dan dipraktikkan di lahan masing-masing. Sehingga, potensi lahan masyarakat bisa dimaksimalkan.
“Kalau sementara yang kita dampingi ini kan masih di (Desa) Laiwui, tapi nanti ketika satu Obi ini ada pendampingan, harapannya kita semua itu bisa berkumpul, belajar bareng di sini. Nah, praktiknya nanti di tempat masing-masing,” pungkasnya.