Autopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior Diberi ke Keluarga

5 Mei 2024 0:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Korban penganiayaan di STIP Marunda. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Korban penganiayaan di STIP Marunda. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
RS Polri Kramat Jati telah tuntas melakukan autopsi terhadap jenazah Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang dianiaya seniornya hingga tewas. Jenazah lalu diserahkan ke keluarga, Sabtu (4/5) malam.
ADVERTISEMENT
"Betul (jenazah sudah diserahkan ke keluarga). (Penyerahan) sekitar jam 7-an," kata kuasa hukum keluarga Putu, Tumbur Aritonang, saat dihubungi.
Tumbur menuturkan, Putu akan langsung diterbangkan ke Bali pada Minggu (5/5) pagi dari Bandara Soekarno Hatta.
"Keberangkatan jam 5 subuh dari Bandara Soetta," ungkap dia.
Autopsi dilaksanakan di RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 09.00-12.00 WIB. Hasilnya, ditemukan luka memar pada lengan atas, dada, dan luka lecet di bibir.
TRS (21), tersangka penganiayaan di STIP Jakarta Utara saat ditampakkan di Polres Jakut, Sabtu (4/5/2024). Foto: Hedi/kumparan
Dalam kasus ini, pelaku penganiayaan Putu adalah seniornya, Tegar Rafi Sanjaya. Tegar menghajar bagian ulu hati Putu sebanyak 5 kali.
Polisi telah menetapkan Tegar sebagai tersangka. Dia dijerat dengan Pasal 338 KUHP Juncto Pasal 351 Ayat 3 KUHP dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Tumbur Aritonang, kuasa hukum keluarga korban penganiayaan di STIP Jakarta, di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (4/5). Foto: Hedi/kumparan
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, mengungkapkan bahwa motif penganiayaan adalah senioritas. Ada arogansi dari Tegar sebagai taruna tingkat II terhadap Putu Satria dkk yang baru tingkat awal, taruna baru alias junior.
ADVERTISEMENT
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Foto: Jonathan Devin/kumparan
“Kalau ditanya motif, motifnya tadi, kehidupan senioritas. Kalau bisa disimpulkan mungkin ada arogansi senioritas,” kata Gidion kepada wartawan, Sabtu (04/5).
Penganiayaan terjadi saat Tegar dan empat rekannya melihat Putu Satria dan teman-temannya hendak berolahraga. Lalu Tegar, sebagai senior, menilai tindakan yang dilakukan Putu dkk ada yang salah.
“Karena merasa 'mana yang paling kuat', kan, ada kalimat-kalimat itu, itu juga nanti mungkin ini menjadi titik tolok untuk melakukan penyelidikan yang lebih,” tambah Gidion.