Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Begini Cara CIA Pantau Bos Al-Qaeda Sebelum Terbunuh Akibat Serangan Drone
2 Agustus 2022 18:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pejabat Amerika Serikat pada Selasa (2/8/2022) mengungkap kronologi terkait peluncuran operasi pembunuhan Pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri.
ADVERTISEMENT
Misi pembunuhan Zawahiri diketahui sudah direncanakan sejak bertahun-tahun oleh Gedung Putih. Terbunuhnya Zawahiri pun dianggap sebagai sebuah pencapaian bagi mereka.
“Zawahiri telah bersembunyi selama bertahun-tahun dan operasi untuk menemukan dan membunuhnya adalah hasil pekerjaan yang sabar dan gigih oleh komunitas kontra-terorisme dan intelijen,” kata seorang pejabat senior Gedung Putih kepada wartawan.
Dalam persembunyiannya, Zawahiri dikabarkan berpindah-pindah, ia sempat berada di wilayah yang ditempati suku Pakistan dan di dalam Afghanistan. Persembunyiannya terungkap, ia pun tewas dalam serangan drone tanpa awak milik Amerika Serikat di Afghanistan, pada Senin (1/8/2022).
Dilansir dari Reuters, rincian terkait misi pembunuhan Zawahiri yang diungkap oleh pejabat Badan Intelijen Pusat (CIA) dengan syarat anonim.
Selama beberapa tahun belakangan, pemerintah Amerika Serikat telah mengetahui jaringan yang dinilai mendukung Zawahiri. Selain itu, pihak berwenang telah mengamati indikasi kehadiran Al Qaeda di Afghanistan sejak Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan setahun yang lalu dan Taliban menduduki pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun ini pihak berwenang berhasil mengidentifikasi keberadaan Zawahiri beserta keluarganya, termasuk istri dan putrinya. Mereka diketahui menempati sebuah rumah persembunyiannya di ibu kota Kabul.
Seiring berjalannya waktu, beberapa bulan kemudian para pejabat intelijen semakin yakin akan kebenaran posisi rumah persembunyian Zawahiri dan keluarganya di Kabul.
Pada awal April, pejabat intelijen mulai memberikan pengarahan kepada pejabat senior di Gedung Putih. Arahan itu didengar oleh Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan, dan akhirnya ia menyampaikan arahan itu kepada Presiden Joe Biden.
“Kami mampu membangun pola kehidupan melalui berbagai sumber informasi independen untuk menginformasikan operasi tersebut,” kata pejabat intelijen itu.
Lebih lanjut, pejabat itu mengatakan, pihaknya terlebih dahulu menganalisa konstruksi dan kondisi rumah persembunyian Zawahiri guna memastikan bahwa Amerika Serikat dapat menjalankan operasi pembunuhan Zawahiri seraya meminimalisir risiko bagi keluarga dan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa pekan terakhir, Biden telah mengadakan pertemuan dengan penasihat kunci dan anggota kabinetnya untuk meneliti intelijen dan mengevaluasi strategi terbaik. Pada 1 Juli, Biden diberi pengarahan tentang operasi yang diusulkan di Ruang Situasi Gedung Putih oleh anggota kabinetnya termasuk Direktur CIA, William Burns.
“Biden mengajukan pertanyaan terperinci tentang apa yang kami ketahui dan bagaimana kami mengetahuinya. Ia juga memeriksa dengan teliti model rumah persembunyian yang dibangun dan dibawa oleh komunitas intelijen ke pertemuan tersebut. Dia bertanya tentang pencahayaan, cuaca, bahan bangunan, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi,” kata pejabat itu.
Sebuah kelompok tertutup yang beranggotakan pengacara antar-lembaga senior memeriksa pelaporan intelijen dan menegaskan Zawahiri adalah target yang sah berdasarkan kepemimpinannya yang berkelanjutan di Al Qaeda.
ADVERTISEMENT
“Pada 25 Juli, Biden mengumpulkan anggota kabinet dan penasihat utamanya untuk menerima pengarahan terakhir dan membahas bagaimana pembunuhan Zawahiri akan mempengaruhi hubungan Amerika dengan Taliban, di antara masalah-masalah lain,” kata pejabat itu.
Setelah meminta pandangan dari para pejabat yang hadir di ruangan itu, Biden mengizinkan serangan udara yang disesuaikan dengan tepat dengan syarat meminimalkan risiko korban sipil.
Serangan akhirnya dilakukan pada pukul 21:48 ET (zona waktu timur) pada 30 Juli oleh sebuah drone tak berawak. Tewasnya pemimpin pengganti Osama bin Laden itu dinilai menjadi pukulan telak bagi kelompok militan di Afghanistan.