Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari reuters jebolnya bendungan tersebut diakibatkan oleh hujan lebat yang turun di bendungan Arbaat, pada Minggu (25/8).
"Kawasan tersebut tak bisa dikenali lagi, listrik dan pipa air hancur," kata Omar Eissa Haroun, kepala otoritas air, kepada seorang staff nya.
Salah satu petugas pertolongan pertama yang dikirim juga menyebut, setidaknya 150 hingga 200 orang hilang akibat jebolnya bendungan tersebut.
Petugas itu menyebut, ia melihat tubuh-tubuh penambang emas dan peralatan berserak usai banjir besar tersebut. Ia juga menyamakan malapetaka ini sama seperti jebolnya bendungan di Derna, Libya, September tahun lalu.
Sementara PBB menyebut, 50.000 rumah penduduk di bagian barat bendungan terdampak akibat banjir besar ini. Sementara bagian timur bendungan masih belum dapat dijangkau.
ADVERTISEMENT
Bendungan Arbaat sendiri merupakan salah satu sumber air utama di Port of Sudan, ibu kota Sudan.
"Kota akan terancam kekeringan pada beberapa hari ke depan," kata seorang pegiat lingkungan Sudan.
Bendungan Sudah Rapuh
Pihak berwenang menyebut, beberapa titik di bendungan itu sudah mulai retak dan semakin parah ketika hujan deras turun lebih awal dari biasanya.
Di Sudan sendiri, banyak jembatan, jalan, dan bendungan yang mulai tak terawat sebelum perang saudara antara pemerintah Sudan dan paramiliter pecah pada April 2023.
Banyak korban banjir mengungsi ke kawasan pegunungan, dan mereka kini telantar.
Sementara itu, pada Senin (26/8), pemerintah Sudan menyebut 132 orang tewas akibat banjir di penjuru Sudan, sejak 68 pekan yang lalu. Setidaknya 118.000 orang juga mengungsi akibat musim hujan tahun ini.
ADVERTISEMENT