Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Bicara dengan Raja Yordania, Joe Biden Usul Pertempuran di Gaza Dijeda 6 Minggu
13 Februari 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden , melakukan pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah di Gedung Putih, Washington, pada Senin (12/2). Kedua pemimpin negara sekutu lama ini membicarakan soal upaya-upaya yang bisa dilakukan supaya membebaskan para sandera masih yang tersisa dan melindungi warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks itu, Biden mengusulkan untuk mengadakan suatu jeda pertempuran selama enam minggu antara Hamas dan Israel. Jeda ini, kata Biden, harapannya bisa menjadi batu loncatan menuju gencatan senjata yang lebih berkelanjutan.
"Seperti yang saya dan Raja Yordania diskusikan hari ini, Amerika Serikat sedang mengupayakan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas, yang akan membawa ketenangan yang segera dan berkelanjutan di Gaza setidaknya selama enam minggu, yang kemudian kita dapat mengambil waktu untuk membangun sesuatu yang lebih tahan lama," ungkap Biden dalam konferensi pers seusai pertemuan dengan Raja Yordania di Gedung Putih, sebagaimana dikutip dari situs web Gedung Putih.
Dalam pernyataannya, Biden menyiratkan kekesalannya terhadap Israel — terutama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, karena ia tidak mengindahkan nasihat Biden untuk melindungi warga sipil Palestina sebelum meluncurkan serangan.
ADVERTISEMENT
Namun, Israel tetap saja mengerahkan invasi daratnya — baru-baru ini ke bagian selatan Gaza, Rafah, yang telah menjadi pengungsian bagi sedikitnya setengah dari total populasi wilayah kantong tersebut.
Bahkan, gempuran Israel ke Rafah menewaskan ratusan orang dalam operasi penyelamatan dua sandera. "Operasi militer besar di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel untuk memastikan keamanan dan dukungan bagi lebih dari satu juta orang yang berlindung di sana," tegas Biden.
"Banyak orang di sana telah mengungsi beberapa kali, melarikan diri dari kekerasan di utara, dan sekarang mereka memadati Rafah — terpapar dan rentan. Mereka perlu dilindungi," tambahnya.
Berbicara setelah Biden, giliran Raja Yordania menegaskan kembali seruannya untuk mengadakan gencatan senjata segera di Gaza. Dia juga mengajak negara-negara Arab dan mitra-mitranya di kawasan untuk bersama-sama mendukung diakhirinya pertempuran.
ADVERTISEMENT
Raja Yordania juga menekankan bahwa solusi dua negara (two-state solution) merupakan jalan keluar dari krisis yang sedang terjadi. Meski upaya menuju ke arah itu sudah berlangsung sebelum 7 Oktober, tapi ini adalah saat terpenting untuk semakin menggencarkannya.
"Kita harus bersama-sama, bersama dengan mitra Arab dan komunitas internasional, meningkatkan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan menciptakan cakrawala politik yang mengarah pada perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara — sebuah negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan layak dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, namun hidup berdampingan dengan Israel dalam perdamaian dan keamanan," jelas Raja Yordania.
"Kita membutuhkan gencatan senjata yang bertahan lama sekarang. Perang ini harus diakhiri," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Adapun sebelum kedatangannya di Washington, Raja Yordania telah terlibat secara langsung dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui udara. Hal ini juga disinggung Biden dalam konferensi pers.
"Saya ingin memberikan penghargaan kepada Yordania dan Raja secara khusus untuk semua yang telah dilakukannya untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk beberapa hari yang lalu. Dia [Raja Yordania] secara pribadi naik pesawat dan membantu melakukan pengiriman pasokan medis yang sangat dibutuhkan ke Gaza," ungkap Biden.
Pertemuan antara Biden dan Raja Yordania berlangsung setelah Israel meluncurkan invasi darat ke Rafah. Operasi militer ini mengacu pada klaim bahwa terdapat markas-markas bawah tanah Hamas tersebar di fasilitas sipil di sana — termasuk di bawah markas badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina berbasis di Jalur Gaza, UNRWA.
ADVERTISEMENT