Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
BMKG terus melakukan pemantauan kondisi pascagempa di Maluku Utara . Berdasarkan catatan BMKG, hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB, sudah terjadi 185 aktivitas gempa susulan di Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
"Gempa susulan terjadi dengan skala paling besar yakni 6,1 magnitudo dan terkecil 2,7 magnitudo. Gempa susulan dengan guncangan dirasakan terjadi sebanyak 10 kali," ujar Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam keterangannya, Sabtu (16/11).
Gempa laut yang terjadi di Maluku Utara tersebut memiliki karakteristik diawali gempa pendahuluan (foreshock), kemudian terjadi gempa utama (main shock) dan diikuti aktivitas gempa susulan.
"Sebelum terjadi gempa utama 7,1 magnitudo pada 14 November 2019 pukul 23.17 WIB, di sekitar lokasi episenter gempa utama telah terjadi 2 kali aktivitas gempa pada 12 November pukul 15.11 WIB dengan magnitudo 4,4 dan pada 13 November 2019 pukul 18.18 WIB dengan magnitudo 3,4. Aktivitas 2 gempa ini diyakini sebagai gempa pendahuluan dari Gempa Laut Maluku," tutur Rahmat.
Sementara itu, terkait perkembangan pascagempa di Bali bagian utara, hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB telah terjadi gempa susulan sebanyak 100 kali. Rahmat mengatakan, sama seperti Maluku Utara, gempa di Bali Utara , Kamis (14/11) berskala 5,0 magnitudo juga diawali gempa awal.
ADVERTISEMENT
"Seperti halnya Gempa Laut Maluku, Gempa Bali Utara ini juga didahului oleh gempa pendahuluan. Pada pukul 17.09 WIB dengan magnitudo M=4,4 dan pukul 17.10 WIB dengan magnitudo M=4,6," jelas Rahmat.
Untuk kondisi pascagempa di wilayah Ambon, Rahmat mengatakan hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB, ada 2.345 kali aktivitas gempa susulan sejak gempa utama pada 26 September lalu. Skala gempa terbesar yakni 5,6 magnitudo, sementara skala terkecil yakni 3,0 magnitudo.
"Ada pun gempa susulan yang guncangannya dirasakan terjadi sebanyak 269 kali," kata Rahmat.
Rahmat menyimpulkan, 3 gempa di Maluku Utara , Ambon dan Bali tersebut polanya sama-sama diawali dengan gempa pendahuluan. Meski pola gempa sama, namun penyebab guncangannya berbeda.
"Gempa Laut Maluku dipicu oleh adanya deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku. Gempa Bali dibangkitkan oleh sumber gempa Sesar Naik di Utara Bali, dan Gempa Ambon terjadi akibat aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya," kata Rahmat.
ADVERTISEMENT
"Gempa Laut Maluku memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrust fault), Gempa Utara Bali memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique thrust), dan Gempa Ambon memiliki mekanisme sesar geser (strike slip)," beber dia.