BNPB: 16.593 Warga Kepulauan Selayar Masih Mengungsi Imbas Gempa 7,4 M di NTT

18 Desember 2021 17:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah rumah rusak akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 7,4 di Desa Sambali, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (15/12/2021).  Foto: Basarnas via Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah rumah rusak akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 7,4 di Desa Sambali, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (15/12/2021). Foto: Basarnas via Antara Foto
ADVERTISEMENT
BPBD Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, mencatat masih ada 16.593 orang yang mengungsi akibat terdampak gempa 7,4 magnitudo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi Selasa (14/12) lalu. Warga yang mengungsi tersebar di 104 titik pengungsian.
ADVERTISEMENT
Misalnya, untuk di Kecamatan Pasimarannu, total warga yang mengungsi berjumlah 10.188 jiwa di delapan desa.
Mereka tersebar di Desa Bonerate 6 titik dengan jumlah warga mengungsi 1.497 jiwa, Desa Majapahit 4 titik dengan 2.391 jiwa, Desa Lamantu 5 titik (1.502 jiwa), Desa Batubingkung 3 titik (1.331 jiwa), Desa Bonea 7 titik (1.158 jiwa), Desa Lambego 3 titik (920 jiwa), Desa Sambali 12 titik (810 jiwa) dan Desa Komba-Komba 3 titik (579 jiwa).
Pada Kecamatan Pasilambena, total warga mengungsi berjumlah 6.405 jiwa, yang tersebar di 61 titik pengungsian.
BPBD mencatat di Desa Karumpa sebanyak 11 titik pengungsian dengan 1.855 jiwa, Desa Pulo Madu 5 titik (1.260 jiwa), Desa Kalaotoa 28 titik (978 jiwa), Desa Garaupa 6 titik (826 jiwa), Desa Lembangmatene 7 titik (822 jiwa), dan Desa Garaupa Raya 4 titik (664 jiwa).
Penyerahan bantuan kepada korban gempa di Selayar, Sulawesi Selatan. Foto: BNPB
"Selain berdampak pada pengungsian, gempa memicu terjadinya kerusakan bangunan rumah warga. Data BPBD mencatat rumah rusak berat 361 unit dan rusak ringan 800 unit, sedangkan untuk fasilitas umum berupa fasilitas pendidikan rusak berat 2 unit, tempat ibadah rusak berat 4 unit dan rusak ringan 1 unit," jelas Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Sabtu (18/12).
ADVERTISEMENT
"Di samping itu, rumah jabatan kepala desa rusak berat 1 dan pelabuhan rakyat rusak berat 1. Demikian juga gedung pemerintah 7 unit, fasilitas pendidikan 1 unit dan gudang 2 unit masih dilakukan verifikasi tingkat kerusakan," imbuh dia.
Pemerintah Kabupaten Selayar juga masih dalam status tanggap darurat bencana hingga 27 Desember 2021.

Ratusan Jiwa di NTT Masih Mengungsi

Abdul Muhari mengungkapkan, pengungsian juga masih teridentifikasi di NTT, yakni di Kabupaten Sikka dan Flores Timur. Meski begitu, jumlah warga yang mengungsi tidak sebanyak di Kepulauan Selayar.
"BPBD Kabupaten Sikka menginformasikan 226 jiwa mengungsi di aula rumah jabatan Bupati Sikka. Sedangkan di Kabupaten Flores Timur, terdapat 390 jiwa mengungsi di Desa Lawebele dan 97 di Desa Ile Padung," kata Abdul.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, tidak semua warga yang masih bertahan di pengungsian disebabkan kerusakan bangunan tempat tinggalnya. Mereka mengungsi sementara waktu untuk mengantisipasi gempa susulan.
Sebab, dalam catatan BMKG menunjukkan sebanyak 713 kali gempa susulan di atas skala 5 M masih terjadi hingga Sabtu (18/12) pukul 07.00 WIB.
Gempa yang terjadi pada 14 Desember 2021 lalu berpusat pada 112 km arah barat laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km. Guncangan kuat dirasakan masyarakat di beberapa kabupaten di Provinsi NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
"Hingga kini, BNPB terus memonitor penanganan darurat yang dilakukan pemerintah daerah serta memastikan pelayanan dasar masyarakat di desa-desa terdampak terselenggara secara optimal," ujar Abdul.
"BNPB telah mengirimkan bantuan logistik ke Kepulauan Selayar, seperti makanan siap saji, lauk pauk, makanan tambahan gizi, selimut, matras dan tenda keluarga," pungkasnya.
ADVERTISEMENT