Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Astronomi BRIN Prof Thomas Djamaluddin mengatakan rukyat (pengamatan) dan hisab (perhitungan) secara astronomi dinilai setara dalam penentuan awal bulan Hijriah.
ADVERTISEMENT
"Pada 10 Maret 2024 di Indonesia, posisi Bulan di atas ufuk dan sudah positif. Di Jakarta, posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasi sudah di atas ufuk," kata Thomas dalam keterangannya, Jumat (8/3).
Sehingga belum memenuhi kriteria MABIMS terbaru. Yakni ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Ini artinya, pemerintah diprediksi bakal menetapkan awal Ramadan 2024 pada 12 Maret 2024. Berbeda dengan Muhammadiyah yang telah mengumumkan awal Ramadhan yakni 11 Maret 2024.
"Awal Ramadhan 12 Maret 2024," tutur Thomas.
"Pemerintah mengumumkan pada sidang isbat, tapi otoritas ormas dan pimpinan ormas sudah mengumumkan lebih dahulu," ujarnya.
Waktu Lebaran Sama
Meski awal Ramadhan berbeda, menurutnya Lebaran antara pemerintah dan Muhammadiyah jatuh di tanggal yang sama. Kriteria hilal sudah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Pada 9 April 2024, posisi Bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi lebih dari 6 derajat dan elongasi sekitar 8 derajat. Faktor itu secara hitung-hitungan sudah memenuhi kriteria MABIMS, yakni minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
"Saat sidang isbat tanggal 9 April 2024 akan diputuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Itu sama dengan kriteria wujudul hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas, sehingga nanti Idul Fitri akan seragam tanggal 10 April 2024," kata Thomas.