Bukan Dipanggil, Dubes 3 Negara Klaim Mereka yang Minta Temui Menlu

19 April 2018 17:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serangan di Damaskus, Suriah (Foto: Lt. j.g. Matthew Daniels/U.S. Navy via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan di Damaskus, Suriah (Foto: Lt. j.g. Matthew Daniels/U.S. Navy via AP)
ADVERTISEMENT
Pertemuan Duta Besar Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, untuk membahas situasi Suriah menimbulkan pertanyaan.
ADVERTISEMENT
Tanda tanya muncul terkait siapa yang menginisasi pertemuan. Beberapa sumber menyebut, Dubes negara-negara koalisi ini dipanggil oleh Menlu Retno.
Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik. Dia mengatakan, pertemuan itu merupakan inisiatif mereka.
"Tidak (bukan Menlu yang memanggil), kami yang meminta (bertemu)," sebut Moazzam di Kementerian Luar Negeri, Kamis (19/4).
Moazzam menyebut, pertemuan dirinya bersama Dubes AS dan Prancis dengan Retno mendesak untuk dilakukan. Sebab, mereka mencoba meyakinkan Indonesia mengenai kondisi Suriah serta pemakaian senjata kimia oleh pemerintah setempat.
"Tujuan pertemuan memang untuk mendiskusikan Suriah yang sudah berulang kali menggunakan senjata kimia," jelasnya.
Dubes AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dubes AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
Dubes AS, Joseph Donovan, yang juga hadir dalam pertemuan menyebut ia telah menjelaskan kepada Retno mengapa negaranya bersama Inggris dan Prancis menyerang Suriah.
ADVERTISEMENT
"Rezim Assad (Presiden Suriah Bashar Al Assad) sudah melampui batas dengan menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri itu tak bisa diterima, jadi itu mengapa kami memutuskan untuk menyerang," jelas dia.
Sementara itu Dubes Prancis untuk RI, Jean-Charles Berthonnet, menyebut sebagai anggota konvensi pelarangan senjata kimia (OPCW) sudah kewajiban Suriah untuk menyerahkan seluruh senjata kimia yang mereka punya.