Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bukti Perjuangan Ratu Kalinyamat Ditemukan di Portugal, Disimpan di Gereja Tua
10 November 2023 9:46 WIB
·
waktu baca 10 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bukti perjuangan Ratu Kalinyamat yang sempat diragukan keberadaannya itu akhirnya terungkap. Delapan sumber primer yang mengisahkan keberadaan Ratu Kalinyamat itu disimpan di gereja tua di Portugal.
Penemuan bukti primer itu merupakan hasil perjuangan panjang Tim Pakar Pakar Ratu Kalinyamat sejak 2018 silam. Tim beranggotakan ahli terkait, yaitu: Prof. Dr. Ratno Lukito (Ketua), Dr Alamsyah (anggota), Dr Chusnul Hayati (anggota), Dr Connie Rahakundini Bakrie (anggota), dan Dr Irwansyah (anggota). Selain itu juga ikut andil dalam perjuangan ini Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Lestari bersama dengan yayasan yang didirikannya, Yayasan Dharma Bakti Lestari, menjadi inisiator pengusulan Ratu Kalinyamat.
Lestari mengatakan, sumber primer tersebut didapat atas bantuan seorang WNI yang sedang menempuh pendidikan S3 di Portugal.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa tersebut bertemu dengan seorang profesor bernama Vitor Rui Gomes Teixeira, pengajar pada Sekolah Seni (School of Fine Arts) Fakultas Teologi dan Sekolah Bisnis Porto (Porto Business School) di Universidade Católica Portuguesa (UCP) Porto, Portugal, yang meneliti tentang sejarah Portugis di Malaka.
"Dengan bantuan Mas Daya (mahasiswa S3) bersama dengan Profesor Vitor, tim kami di-guide hingga mampu menemukan 8 sumber primer baru yang selama ini nggak pernah jadi referensi," ucap Lestari kepada kumparan di rumah dinasnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/11).
Dokumen-dokumen itu, kata Lestari, ditulis oleh para misionaris yang pada waktu itu bukan hanya mendampingi bangsa Portugis berlayar, tapi juga menjadi juru tulis berbagai peristiwa yang terjadi. Dalam salah satu dokumen itu dituliskan momen-momen saat para tentara Portugis ketakutan menghadapi perempuan bernama Ratu Kalinyamat.
ADVERTISEMENT
"Catatan-catatan itu ditemukan sebagai catatan sejarah, masih disimpan di gereja tua dalam bahasa Porto tua, yang dibantu juga oleh seorang mahasiswa Indonesia yang ahli bahasa. Diterjemahkan dulu ke bahasa Portugis modern dari situ diterjemahkan ke bahasa Inggris, baru dokumen inilah yang dianalisis termasuk yang oleh Ibu Connie (Connie Rahakundini Bakrie-ahli militer)," ucap Lestari.
Digambar dalam catatan itu, bagaimana tentara Portugis ketakutan saat melihat kapal perang Ratu Kalinyamat.
"Tahun 1500-an menjelang 1600-an, ada seorang pemimpin perempuan (Ratu Kalinyamat) berada di depan, mampu membuat dan melakukan mobilisasi luar biasa dengan mengajak kerajaan-kerajaan di luar wilayahnya bergabung menghadang Portugis tidak bisa masuk ke Indonesia. Portugis masuk ke Indonesia setelah beliau meninggal. Nah, dia itu, kan, memiliki kemampuan strategi, beliau memiliki visi," papar Lestari.
Keberadaan Ratu Kalinyamat dicatat sebagai 'Rainha de Japora' atau secara lengkap sebagai Rainha de Japara, senhora poderosa e rica oleh Diogo de Cout dalam buku yang berjudul Da Asia Decada da Asia yang diterbitkan pada tahun 1552.
ADVERTISEMENT
Buku itu berisi himpunan kegiatan dan perbuatan yang dilakukan oleh bangsa Portugis ketika menemukan dan menaklukkan lautan-lautan dan negara-negara Timur.
Delapan sumber primer tentang catatan penyerangan pasukan Ratu Kalinyamat ke Malaka dan Maluku dicatat oleh orang-orang Portugis. Mereka adalah:
Sejumlah catatan
Berikut sejumlah contoh bukti peran Ratu Kalinyamat yang didapat dari sumber-sumber primer dari Portugis:
ADVERTISEMENT
Serangan Jepara ke Malaka 1551
-Manuel Faria e Sousa:
Allilo moftra fpn los Reyes de Pera,Pan, Marruaz, y la Reyna de la* paraen lalava.Entrava lunio quando de todaefta liga fe vieron correr por el agua más de dozientos navios con más de diez mil hombres (Faria e Sousa, 1674:256)
Terjemahan: “…Bersekutulah para raja dari Pera, Pao, Marruas dengan Ratu Jepara dari Jawa. Persekutuan itu membentuk armada di lautan dengan 200 kapal dan lebih dari 10.000 orang…” (Faria e Sousa, 1674:256).
- Diogo do Couto, sang penulis kronik Decada da Asia, menyampaikan informasi serupa.
“...Pera ifto fe carteou com ElRey de Pera, Pao, Marruas, e outros feus vifinhos, que folgaram de entrar naquella liga, e mandou convidar pera ella, Rainha de Japora, na cofta de jaoa com quem tinha razao, comettendo-lhe feus partidos, e facilitando-lhe a jornado, pelo defeuido com que os Portugueses eftavam, e pela falta que de tudo tinham. Convocada efta liga, fizeram todos os della fuas juntas, e lancaram fuas armadas ao mar, negociado artilehria, municoes, e mantimentos…” (Couto, 1626-75:251-2).
ADVERTISEMENT
Terjemahan: “…Bersama dengan raja-raja Pera, Pao, Marruas, dan tetangga-tetangganya yang lain, serta mengundang Ratu dari Jepara yang terletak di pesisir pantai Jawa, yang merupakan sekutunya sejak lama, sembari memanfaatkan situasi armada Portugis yang sedang lemah-lemahnya dan banyak kekurangan pasukan. Berkat persekutuan itu, mereka menjadi armada laut siap tempur dengan artileri, amunisi, dan perbekalan yang lengkap…” (Couto, 1626-75:251-2).
Reys da liga, que fe foram ajuntar com cile, formando-fe huma Armada de mais de duzentos navios, em que entravam mais de quarenta juncos da Rainha de Japora, cujo Capitao mor era hum Jao muito valente homem, chamado Sangue de Pate, que trazia quatro, ou finco mil homens de peleja (Couto, 1626-75:253-4).
Terjemahan: “…(Sultan Johor) berangkat dengan 5.000 sampai 6.000 prajurit terpilih, dan di laut bergabung dengan prajurit-prajurit dari kerajaan yang bersekutu, membentuk satu armada dengan lebih dari 200 kapal laut (navios), belum lagi ditambah dengan 40 kapal besar (juncos) kiriman Ratu dari Jepara, yang kaptennya terkenal sebagai orang hebat/tangguh, ‘Sang Adipati’, yang membawa 4.000 sampai 5.000 prajurit siap tempur…” (Couto, 1626-75:253-4)
ADVERTISEMENT
- Romo Francisco Peres:
Assi que não somente nos tiverão cerquados, mas tomarão a parte da cidade onde habitavão os mercadores qeuillins e mouros e chins e outras muytas gentes, donde se se levarão (sic) grande presa de ouro e prata e çeda, sândalo, e muyta roupa, e não pouca porçelana. E dizem que levarião mais de vinte mil almas, entre as quaes, erão alguns christãos, que soma a perda que fizerão hum conto de ouro, segundo dizem os homens que disso sabem (Carta do Francisco Peres a Seus Reino, 24 de Novembro 1551, BAL (Biblioteca da Ajuda Lisboa) 49-IV-49, fl.131v - 134 (De Sa, Documentacao, Vol.II, No.9, pag.54)
Terjemahan: “…Dengan demikian, kami tak hanya dikepung, namun mereka juga menduduki bagian kota yang dihuni para pedagang Keling, Arab, dan Tiongkok, serta banyak warga lain, di mana mereka mengambil banyak muatan emas, perak, dan sutra, sandal dan banyak pakaian, serta porselen yang tidak sedikit. Konon mereka pun mengambil lebih dari dua puluh ribu jiwa, di antaranya beberapa umat Kristen yang memiliki rekening emas, demikian menurut mereka yang mengetahuinya…” (Surat dari Francisco Peres pada Raja, 24 November 1551, BAL (Biblioteca da Ajuda Lisboa) 49-IV-49, fl.131v - 134, DHMPPOI, II, No.9, 54).
Membela Bangsa Hitu Melawan Hegemoni Portugis 1564-1565.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kronik berjudul Residencia das Moluccas yang tersimpan di BNL, Fundo Geral Numero 474 menjelaskan bahwa armada Jawa itu dikirim oleh Ratu Jepara sebagaimana dapat dilihat sebagai berikut:
“de como os ittos, vemdo o socorro que lhe mandou a raynha de Japora, comecarao a fazer guerra aos christaos daquella arcepeleguo. os ittos, como homens agravados e com coracois danados, e com o socorro que lhe mamdou a raynha de Japora, em seus galeois da carreira, partimdo pera Malaca, mandarao recado aos Atives e Tavires, que davao todo o necesario aos portugueses, que logo lhe desem a obediemcia, porquanto erao seus vcallos, e assim tambem nao service, mais aos portugueses, que erao christaos, e nao os consemtisem mais em suas prayas” (A residencia das Moluccas, BM Add. 9852, BNL, Fundo Geral, Manuscrito Numero 474, DHMPPO Insulindia IV, Cap.9, 199-200).
ADVERTISEMENT
Terjemahan: “Bagaimana orang Hitu, (bersama dengan) datangnya bantuan dari Ratu Jepara, memulai serangan pada orang Kristen di kepulauan ini (Ambon). Hitu, seperti orang yang menderita dan dengan berani, dan dengan bantuan yang dikirim Ratu Jepara, di ghali-ghali pelayaran yang berangkat ke Malaka, mengirim pesan kepada Orang-Orang Atiwe dan Tavire (Nusaniwe?), yang melakukan segala hal yang dibutuhkan oleh Portugis, yang secepatnya memberikan kepatuhannya, oleh karena itu terdapat kapal-kapal milik Yang Mulia (Raja Portugis), dan ternyata tidak beroperasi, lebih (berpihak) pada Portugis, yang beragama Kristen, dan tidak ada persetujuan di pantai mereka” (A residencia das Moluccas, BM Add. 9852, BNL, Fundo Geral, Manuscrito Numero 474, DHMPPO Insulindia IV, Cap.9, 199-200).
Bantuan Jepara ke Aceh untuk Menyerang Malaka 156.
ADVERTISEMENT
Aceh juga mengirim dutanya untuk meminta bantuan pada Ratu Kalinyamat sebagaimana direkam oleh Diogo do Couto sebagai berikut:
Rey do Achem tinha mandado á Rainha de Japará a pedir-lhe ajuda: e foi João da Silva tão ditoso, que o junco em que elles vinham, veio dai com elle naquella paragem onde levava por regimento esperallos e o mandou commetter pelas galeotas; e posto que se puzeram em defensão , foram entrados, e mortos á espada quantos Achéns vinham nelle, e a fazenda roubada pelos soldados, que ainda acharam bom quinhão: e com ella vitoria, e com juncos de mantimentos se recolheo João da Silva, o que tudo o Capitão estimou muito; e D. Fernando de Monroy se tornou pera a índia como foi tempo (Couto, 1626-75:165-6)
ADVERTISEMENT
Terjemahan: “…Raja Aceh telah mengirim dutanya untuk meminta bantuannya Ratu Jepará: João da Silva sangat diberkati, sehingga kapal di mana mereka naiki, datang bersamanya di perhentian di mana dia dipimpin oleh seorang pemimpin militer dan mengiriminya seorang untuk mengendalikan kapal; dan mereka ditempatkan di daerah pertahanan, mereka dimasuki, dan dibunuh oleh pedang, berapa banyak orang-orang Aceh yang masuk ke dalamnya, dan pertanian mencuri dari para prajurit, yang masih menemukan sebagian besar, yang semuanya diperkirakan banyak oleh Kapten; dan D. Fernando de Monroy merubahnya menjadi seperti India saat itu (Couto, 1626-75:165-6)
Mengusir Portugis di Malaka 1574
Jorge De Lemos dalam karyanya yang berjudul Hystoria dos Cercos que Em Tempo de Antonio Monis Barreto Governador que foi dos Estado da India, os Achens & Jaos Poserao a Fortaleza de Malaca, Sendo Tristao Vaz da Veiga Capitao Della (1585) mengisahkan episode politik aliansi Aceh dan Jepara pada tahun 1572 sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
“...mandou reforcar fua armada, & provocar a rainha do reino de Iapara com duvidas (por poderosa en fenhorio e eftado naquella regiao de Iaoa) prohibiffe aoes feus yr com mantimentos a Malacca, & quisesse mandar o poder que lhe pareceffe pera com o feu a cercar...codefcendeo a raynha com a embxada & mandou com difsimulacam defender os mantimentos: & a voltas defta defefa comecou ordenar o que cumpria pe ra ajudar o Ache na emprefa, pera que a folicitara & grangeara…” (Lemos, 1585, fls.5v-6)
Terjemahan: “…(Sultan) Aceh memberikan instruksi untuk memperkuat armadanya dan untuk memprovokasi Ratu Kerajaan Jepara dengan hadiah-hadiah, (dia adalah ratu yang sangat berkuasa dalam kepemilikan tanah di wilayah Jawa), untuk melarang orangnya untuk pergi ke Malaka dengan pasokan (makanan) dan dia dapat mengirim orang-orangnya bersama dengan Aceh. Ratu menyetujui rencana Aceh dan dia memberikan instruksi untuk berpura-pura menghentikan pasokan, dalam rencana ini, dia memulai suatu persiapan untuk memberikan bantuan pada Aceh dan dengan alasan ini dia disambut dan dipuja…” (Lemos, 1585, fls.5v-6)
ADVERTISEMENT
Menurut Manuel Faria e Sousa dalam karyanya Asia Portuguesa (1674), pasukan Ratu Kalinyamat dipimpin oleh Jenderal Quiadaman atau Laksamana Kyai Demang. Sang laksamana memimpin 15.000 personel dengan 80 kapal besar dan lebih dari 220 perahu lengkap dengan amunisinya. Uraian Manuel Faria e Sousa dapat dilihat sebagai berikut:
“...Pero no acabava de lograr entera refpracion la India, y ultimamente Malaca de tanto, aprietos, quando a la entrada de Otubre quirer defalentar del todo aquella placa la Reyna de Iapara, fitiandola por fu Genera Quiaidaman, con quinze mil efcogidos lanos de guerra, derramados por cafi ochenta juncos, como poderofos galeones, y mas de dozientos y veinte calaluzes, o foftas, todo abundatemete municionado…” (Faria e Sousa, 1674, fls.583-4)
ADVERTISEMENT
Terjemahannya: “…Di awal bulan Oktober Ratu Jepara menebar ancaman dengan mengepung kota dipimpin Jenderal Quiaidaman, dengan 15.000 prajurit terpilih, setara dengan 80 kapal besar dan lebih dari 220 perahu lengkap dengan amunisinya…” (Faria e Sousa,