Buntut Pemukulan Siswi di Purworejo, Ganjar Evaluasi Sistem Pendidikan di Jateng

19 Februari 2020 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di SMKN 8 Surakarta. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di SMKN 8 Surakarta. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan peristiwa perundungan dan pemukulan terhadap siswi penyandang disabilitas di salah satu SMP di Purworejo menjadi momentum untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada.
ADVERTISEMENT
Ganjar tak ingin peristiwa pemukulan siswi di Purworejo itu terulang di tempat lain. Menurut dia, perundungan dan penganiayaan bakalan kembali terjadi jika sistem pendidikan tidak diubah.
Lebih lanjut Ganjar Pranowo mengatakan akan mereview seluruh sistem dan memperbaikinya dengan melibatkan semua elemen agar bisa merancang sistem pendidikan yang jauh lebih baik. Namun, dia belum menjelaskan sistem pendidikan seperti apa yang nantinya akan diterapkan untuk cegah perundungan.
Saat ini, kata Ganjar, telah dibentuk tim khusus yang melibatkan aktivis difabel dari Semarang maupun daerah lain. Tim dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan perundungan siswi SMP di Purworejo dan mereformulasi sistem pendidikan.
"Melihat dari kasus ini, saya orang yang meyakini bahwa kalau ini pasti ada di tempat lain tetapi kita tidak tahu. Saya tidak ingin ini terulang maka semua sistem sekarang kami review dan kami perbaiki agar tidak terulang," kata Ganjar, dalam keterangannya, Rabu (19/2).
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di SMKN 8 Surakarta. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana kerja tim khusus itu? Pegiat Rumah Difabel, Noviana Dibyantari yang mendapat arahan dari Ganjar, pada Sabtu (15/2) bersama timnya melakukan identifikasi ke Purworejo langsung. Ketika datang, Bunda Novi, sapaan akrab Noviana Dibyantari, disambut korban dengan tawa cerianya siswi itu, seolah seperti tak terjadi sebuah peristiwa besar dalam hidupnya.
Bunda Novi mengatakan pendampingan yang sudah dilakukan yakni dengan mengajak dialog, menghibur korban serta menemui pelaku. “Lagi-lagi saya melihat ada proses pembiaran dan ketidakdisiplinan, dan figur yang tidak baik, sehingga terjadi peristiwa itu. Harus ada sentuhan revolusi mental yang kuat kepada anak-anak untuk masa depan," kata Bunda Novi.
Terkait peristiwa itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Jumeri memastikan, korban perundungan yang terjadi di SMP Purworejo tertangani dengan baik. Ia mengatakan pihaknya sudah beberapa hari ke Purworejo melakukan penanganan dan assessment.
ADVERTISEMENT
"Penanganan dan assessment psikologi dan motivasi kita lakukan agar korban kembali giat belajar. Dua hari ini kita istirahatkan, agar tidak banyak dikunjungi. Kita telusuri jati dari pelaku maupun korban, Pemprov akan menangani dengan baik agar tidak dirugikan pendidikannya. Soal hukum ada di kepolisian," kata Jumeri saat jumpa pers OPD di Gedung A Lantai 1 Kantor Gubernur Jateng, Rabu (19/2).
Menurut Jumeri, korban perundungan masih dalam pendampingan karena belum mau diajak berbicara. Para pendamping pun mengajak berenang dan bermain agar mau membuka obrolan. Terkait keputusan akan bersekolah dimana, pihaknya masih mengkaji berbagai kemungkinan.
Jumeri juga menyebutkan, selain di Purworejo, ada beberapa sekolah lain di Jateng dengan masalah yang hampir sama, akan tetapi tingkatnya tidak besar. Hanya saja, masalah di Purworejo itu menjadi viral setelah di video dan di upload ke media sosial.
ADVERTISEMENT
"Pemprov beberapa kali koordinasi dengan kepala dinas pendidikan kabupaten kota. Awal Maret kita pastikan rapat lagi untuk memastikan agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Ada di Demak juga, tetapi tidak besar," ujarnya.
Terkait wacana merger sekolah, kata Jumeri, karena secara administrasi milik yayasan Muhammadiyah, pihaknya meminta agar sekolah itu mem-branding kembali dengan beragam kegiatan dan diintervensi berbagai program agar bangkit dan menjadi sekolah pilihan masyarakat.