Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Butet Kartaredjasa soal Polemik Terawan: Berkat Beliau Saya Bisa Melukis Lagi
6 April 2022 19:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sejumlah pasien stroke merasakan manfaat Digital Subtraction Angiography (DSA) atau cuci otak ala Terawan Agus Putranto, mantan menkes yang direkomendasikan dipecat dari keanggotaan IDI oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI.
ADVERTISEMENT
Salah satu pasien yang tertolong oleh metode DSA yang oleh Terawan dimodifikasi menjadi Intra Arterial Heparin Flushing (IAHF) itu adalah seniman dan budayawan Butet Kartaredjasa. Butet menggunakan jasa Terawan pada 2015 silam setelah merasa sering lupa ingatan.
"Jadi tahun 2015 saya itu sering hang. Sering lupa, kan, menyebut ini masker aja enggak ingat. Terus beberapa tahun sebelum itu saya pernah membaca laporan di Majalah Tempo mengenai Benny Panbers stroke ditolong Terawan, itu saya catat nama dokternya," kata Butet kepada wartawan di kediamannya di Kasihan di sela-sela kunjungan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Rabu (6/4).
Ketika itu, Butet meminta anak dan istrinya mencatat nama Terawan. Butet menyampaikan apabila dirinya mengalami stroke, maka dokter itulah yang dihubungi.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada 2015, Butet merasa memorinya hang. Dia mencoba mencari Terawan. Butet saat itu tak mengenal Terawan. Kontak Terawan pun didapat karena ternyata Terawan ikut paguyuban keluarga Yogyakarta di Jakarta.
"Akhirnya kenal, saya datang ke dia, saya minta tolong. Nah, saat itulah saya di-DSA. Ternyata memang di otak saya ada noktah-noktah di memori otak. Itu dibersihin, sehingga saya fresh lagi, tidak pelupa," katanya.
Dengan pengobatan dari Terawan itu, Butet mengaku memorinya kembali, bahkan dia bisa mengingat masa lalu. Berkat pengobatan itu juga, Butet bisa kembali melukis. Sampai saat ini, jumlah lukisannya mencapai ratusan.
"Saya dulu, kan, sejak SMA saya melukis sampai perguruan tinggi seni rupa juga. Tapi saya sudah jarang melakukan aktivitas seni rupa saya, lebih banyak ke teater. Tahun 2015 itu semangat saya melukis, wah, berkobar-kobar. Akhirnya melukis lagi sampai saat ini, itu karena Terawan. Karena Terawan membangkitkan memori-memori saya yang ada di otak," katanya.
ADVERTISEMENT
"Dikateter lalu disemprot oksigen empat kali ada rasa mint, jahe, seger, fresh. Lalu kaca mata saya minusnya berkurang dari 4 jadi 3," katanya mengenang pengobatan yang dia jalani.
Karya lukisan Butet dipamerkan pada tahun 2017 silam. Bagi Butet, Terawan telah bermanfaat bagi kesehatannya.
Terkait polemik Terawan belakangan ini, Butet tidak mau berkomentar banyak.
"Saran ke IDI enggak tahu udu (bukan) urusanku. Nengke wae (diamkan saja), pokoke aku percaya Terawan," pungkasnya.
Terawan dianggap melanggar etik kedokteran karena penggunaan metode DSA. DSA yang dia pakai sebenarnya merupakan teknik menggambar pembuluh darah dengan menyemprotkan zat kontras agar bisa dideteksi oleh alat X-ray melalui film. Namun, oleh terawan alat diagnostik ini digunakan untuk terapi penyembuhan pasien stroke.
ADVERTISEMENT
Belum Sesuai EBM
Meski banyak testimoni para tokoh yang tertolong, namun metode Terawan oleh IDI dianggap belum terbukti secara ilmiah atau belum sesuai evidence-based medicine (EBM), syarat yang harus dipenuhi dalam riset kedokteran.
Terawan telah dipanggil IDI berkali-kali untuk menjelaskan metodenya, namun hanya memenuhi panggilan sekali.