Butuh 3 Sampai 4 Bulan untuk Tangani Lonjakan COVID-19 di Malaysia

31 Mei 2021 10:32 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja medis mengumpulkan sampel usap dari seorang wanita untuk diuji penyakit COVID-19 di Kuala Lumpur, Malaysia, (11/5). Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja medis mengumpulkan sampel usap dari seorang wanita untuk diuji penyakit COVID-19 di Kuala Lumpur, Malaysia, (11/5). Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah Malaysia menargetkan dapat menangani lonjakan kasus COVID-19 dalam waktu beberapa bulan.
ADVERTISEMENT
Kini, Malaysia terkepung lonjakan kasus COVID-19. Sabtu pekan lalu, dalam 24 jam muncul 9000 lebih kasus baru.
Makin meroketnya kasus COVID-19 membuat Malaysia terpaksa kembali memberlakukan lockdown. Dirjen Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah menegaskan, lockdown dan vaksinasi adalah cara agar laju kasus virus corona di Malaysia bisa terhenti.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menerima dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di sebuah klinik di Putrajaya, Malaysia, Rabu (24/2). Foto: Malaysia's Information Department/Handout via REUTERS
"Malaysia bisa meratakan kurva COVID-19 dalam waktu tiga sampai empat bulan," ujar Noor seperti dikutip dari The Star.
"Ini membutuhkan kombinasi dari kebijakan kesehatan masyarakat dan mempercepat vaksinasi," sambung dia.
Terkait vaksinasi, Noor menargetkan percepatan dilakukan pada Juni 2021. Dirinya menginginkan jutaan dosis vaksin diberikan ke masyarakat.
"Kami harus mempercepat vaksinasi dan pada Juni ini kami mesti mampu memberikan 10 juta dosis," tutur dia.
ADVERTISEMENT
"Perilaku kita adalah garis awal pertahanan. Bila kami bisa meningkatkan vaksinasi, itu akan meningkatkan perlindungan terhadap virus," tegas dia.
Per Senin 31 Mei 2021, kasus aktif di Malaysia mencapai 78 ribu lebih. Sebanyak 846 di antaranya berada di ICU.
Sementara klaster aktif di Malaysia mencapai 635. Dalam 24 jam terakhir muncul 17 klaster baru yang memperparah pandemi COVID-19 gelombang baru tersebut.