Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pernyataan Menag Fachrul Razi terkait penggunaan celana cingkrang dan cadar di kalangan ASN menjadi polemik. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii pun angkat bicara terkait hal itu.
ADVERTISEMENT
“Kalau saya mari pakai pakaian yang nasional saja. Tidak macam-macam itu,” kata Buya di sela-sela peresmian patung Panglima Besar Jenderal Soedirman di Jalan Ringroad Barat, Dusun Terusan, Banyuraden, Gamping, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (10/11).
Buya mengatakan, masyarakat Indonesia telah memiliki kultur serta tradisi sendiri dalam hal berpakaian. Menurutnya, masyarakat tidak perlu meniru gaya berpakaian negara lain. Meski begitu, berpakaian dengan model tertentu merupakan hak asasi setiap orang.
“Kita kan sudah punya kultur sendiri tradisi sendiri, ndak usah tiru orang lainlah,” ucap Buya.
“Itu memang sesungguhnya dari sudut hak asasi biasa saja, ya. Tapi kan itu sebuah simbol dari sebuah paham yang kalau nggak hati-hati bisa berbahaya,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Buya menilai, pakaian dan ideologi tidak dapat dihubungkan seperti kasus yang sempat menimpa mantan Menko Polhukam Wiranto. Banyak masyarakat yang berpakaian celana cingkrang yang memiliki perilaku baik.
"Karena ada ideologi di belakang itu. Ideologi itu bisa macam-macam tapi ndak semua yang celana cingkrang, sebagaian juga damai juga. Tapi sebagian lagi seperti yang menikam Pak Wiranto itu kan sudah teror. Jadi memang kita harus hati-hati,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi mengaku sesekali juga bercelana cingkrang. Namun, celana yang tidak menutup mata kaki itu hanya dipakainya saat pergi untuk salat berjemaah di masjid.
"Kalau ke masjid atau main ke masjid pasti saya pakai celana cingkrang," kata Fachrul dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Kamis (7/11).
ADVERTISEMENT