Cak Imin Bicara Pengeroyokan Ade Armando: Pukulannya Urusan Pemilu 2019

26 April 2022 5:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar di DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/3/2020). Foto: Jacko Ryan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar di DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/3/2020). Foto: Jacko Ryan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PKB sekaligus Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar (Cak Imin) masih menyesalkan peristiwa pengeroyokan Dosen UI Ade Armando dalam Demo 11 April lalu. Menurutnya, ini bukti masih adanya residu Pemilu 2019 yang perlu diselesaikan.
ADVERTISEMENT
"Kita masih dihadapi ancaman konflik horizontal, residu Pemilu 2019. Peristiwa depan gedung ini (DPR) menolak penundaan pemilu tapi pukul-pukulannya urusan pemilu yang lama," kata Cak Imin dalam acara silaturahmi bersama pemuka agama non Islam di Gedung DPR RI, Senin (25/4).
"Ade Armando dihajar massa. Ini seperti api dalam sekam yang masih jadi tantangan kita," tambahnya.
Cak Imin menyayangkan bahwa saat ini masih banyak kelompok yang merasa paling nasionalis dan paling Islamis. Padahal menurutnya, agama tak seharusnya dibenturkan dengan negara.
"Dua-duanya jujur tidak menarik. Atas nama Islam tunjukkan keislaman yang salah karena dangkalnya pemahaman Islam. Dan yang merasa paling nasionalis dengan residu pemilu capres," ujarnya.
Polisi membawa Ade Armando yang terluka saat demo 11 April di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (11/4/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Cak Imin mengingatkan semua pihak, persoalan residu Pemilu 2019 dan singgungan agama dan nasionalisme harus terus diurai melalui dialog. Apabila tidak, maka akan semakin mengancam jelang Pemilu 2024 mendatang.
ADVERTISEMENT
"Saya beberapa waktu lalu ketemu Pak Wapres, bilang ini harus diberhentikan. [Sebab] lama-lama bukan konflik personal tapi kelompok. Alhamdulillah kelompoknya Ade Armando tidak galang kekuatan fisik," jelasnya.
"Tapi di medsos panas bahkan mau adu tinju. Jelang Pemilu 2024 sangat nyata. Saya sadar memang 2 tahun pandemi semua aspek kehidupan kita tak efektif. Pemerintah, hubungan sosial, kegiatan kita stagnansi. Sehingga jelang pemilu kita tidak punya napas belajar supaya residu lama teratasi," pungkasnya.