Capres yang Dukung Taiwan Merdeka Menang Pilpres, Ini Tanggapan Biden

14 Januari 2024 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato di Royal Warsaw Castle Gardens di Warsawa, Polandia pada Selasa (21/2/2023). Foto: Wojtek Radwanski/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato di Royal Warsaw Castle Gardens di Warsawa, Polandia pada Selasa (21/2/2023). Foto: Wojtek Radwanski/AFP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Amerika Serikat pada Sabtu (13/1) menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Lai Ching-te sebagai Presiden Taiwan. Sosok pro-demokrasi ini dianggap 'berbahaya' oleh China lantaran tekadnya memperjuangkan kedaulatan Taiwan.
ADVERTISEMENT
Mengomentari kemenangan Lai setelah pemungutan suara, Presiden Joe Biden menegaskan bahwa Washington tidak mendukung 'kemerdekaan' Taiwan dari China.
Dikutip dari AFP, ketika ditanya para wartawan mengenai posisi AS terhadap Lai — yang mendukung demokrasi dan kemerdekaan Taiwan, Biden mengatakan: "Kami tidak mendukung kemerdekaan," ujarnya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Terpisah, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga memberikan penghormatan kepada Lai yang telah memenangkan pilpres kemarin dengan perolehan suara 40,2 persen. "Kami mengucapkan selama kepada Lai Ching-te atas kemenangannya dalam pemilihan presiden Taiwan," tulis Blinken melalui platform X, pada Sabtu (13/1).
Calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, Lai Ching-te meninggalkan bilik saat ia memegang surat suara untuk memilih dalam pemilihan presiden di tempat pemungutan suara di Tainan (13/1). Foto: Yasuyoshi CHIBA / AFP
Washington, sambung Blinken, berkomitmen menjaga perdamaian dan stabilitas lintas Selat, serta menyelesaikan perbedaan secara damai, bebas dari paksaan dan tekanan. Blinken tampak merujuk kepada China yang membayang-bayangi pelaksanaan pilpres di Taiwan kemarin.
ADVERTISEMENT
Adapun China hingga saat ini menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatan negaranya yang bakal ia rebut kembali suatu saat nanti — bahkan jika harus menggunakan kekuatan militer.
Kemarahan China atas intervensi AS bermula pada 2016, ketika eks Presiden Donald Trump berbicara melalui telepon dengan pendahulu Lai, eks Presiden Tsai Ing-wen.
Itu merupakan percakapan pertama antara pemimpin AS dan Taiwan sejak eks Presiden AS Jimmy Carter mengalihkan pengakuan diplomatik Taiwan ke China pada 1979.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meninggalkan sebuah hotel di New York, Rabu, (29/3/2023). Foto: Seth Wenig/AP PHOTO
Lai merupakan tokoh yang dianggap berbahaya oleh China karena bertekad untuk memperjuangkan kedaulatan penuh Taiwan sebagai negara independen.
Dalam pidato kemenangannya, Lai mengutarakan komitmen penuh untuk memperkuat Taiwan dari intimidasi China melalui dialog dan kerja sama. "Saya akan bertindak dengan cara seimbang demi menjaga status quo lintas selat," ujar Lai.
ADVERTISEMENT
"Saya berjanji akan menjaga Taiwan dari ancaman berkelanjutan dari China. Kami memberi tahu kepada komunitas internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami berada di sisi demokrasi," tutup dia.