Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sigit menyampaikan beberapa strategi untuk menumpaskan persoalan terorisme di Indonesia jika nanti sudah resmi menjabat sebagai Kapolri.
Apa saja rencananya?
1. Gandung Pesantren dan Tokoh Agama
Sigit menuturkan, ia bakal melibatkan pesantren, ulama, dan tokoh agama dalam program deradikalisasi para narapidana terorisme (napiter)
"Penahanan merupakan sarana edukasi (deradikalisasi) melalui pendidikan, pendidikan dengan melibatkan pesantren-pesantren dan tokoh-tokoh agama untuk ikut terlibat di dalamnya," ujar Listyo.
Di sisi lain, ia akan memastikan penegakan hukum tindakan terorisme dilakukan tegas, namun dengan mengedepankan HAM.
"Penegakan hukum tindak pidana terorisme dilakukan secara tegas dan terukur namun tentunya dengan tetap menghormati hak asasi manusia (HAM)," terangnya.
2. Polisi Wajib Belajar Kitab Kuning
Cara lainnya yang tidak biasa akan dilakukannya adalah mewajibkan polisi mempelajari kitab kuning. Cara ini didapat saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Banten.
ADVERTISEMENT
"Di Banten, anggota polisi di sana kami wajibkan belajar kitab kuning untuk mencegah terorisme. Ini adalah ajaran ulama salah satunya kitab kuning. Oleh karena itu akan kami lanjutkan," tutur dia.
Kitab kuning, dalam pendidikan agama Islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran agama Islam yang diajarkan pada pondok-pondok Pesantren, mulai dari fiqih, aqidah, akhlaq, tata bahasa Arab, hadits, tafsir, ilmu Alquran, hingga ilmu sosial dan kemasyarakatan.
"Kerja sama dengan tokoh agama, ulama, untuk pencegahan memberikan pencegahan supaya masyarakat tidak mudah terpapar dengan ajaran seperti itu," ucap Sigit.
3. Ingatkan Terorisme Tak Diajarkan dalam Semua Agama
Sigit menyatakan terorisme harus diperangi bersama, termasuk oleh seluruh unsur masyarakat. Menurut Sigit, tak ada agama, termasuk Islam, yang mengajarkan soal terorisme. Ia menilai seluruh agama pasti mengajarkan toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada satu agama pun yang ajarkan masalah terrorism, semua agama ajarkan kasih sayang, termasuk Islam di dalamnya yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin," ujar Sigit.
Terorisme, menurut Sigit, hanya menjadikan agama sebagai alat untuk membenarkan aksinya. Namun, tidak ada satu pun yang membenarkan dan mengajarkan aksi terorisme.
Maka dari itu, perlu ada kerja bersama seluruh masyarakat untuk memerangi tumbuhnya terorisme di Indonesia.
"Artinya, terrorism itu adalah cara dengan memanfaatkan ajaran-ajaran, yang tentunya tidak tahu itu ajaran dari mana. Dan tentunya kita semuanya wajib memerangi," kata dia.
"Sekali lagi, terrorism itu ada musuh bersama kita semua. Jadi wajib bagi kita untuk mencekal, mencegah, dan memerangi," lanjut Sigit.
4. Tanggapi Teroris di Poso
Sigit sempat mendapatkan pertanyaan dari anggota Komisi III DPR, Ahmad Ali, soal penanganan teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Seperti diketahui, kelompok teroris pimpinan Ali Kalora yang kini masih diburu di Poso.
ADVERTISEMENT
"Kalau bicara Sulteng ada terorisme, ada Poso. Hari ini saya ingin bilang begini persoalan terorisme di Poso sudah terjadi sekian tahun. Dan polisi seperti gagap menangani, itu artinya dari Mabes sampai Polda beraksi," kata Ali kepada Listyo Sigit.
Politikus NasDem itu pun meminta Sigit mampu menyelesaikan persoalan terorisme di Sigi secara komprehensif. Sebab, gerombolan teroris tidak hanya menyerang fasilitas negara, tetapi juga perkampungan warga, yang turut menyebabkan mengganggu keamanan dan kondusivitas masyarakat.
"Ini selalu yang ditanyakan masyarakat kepada, rumornya hanya 11 orang, kenapa tidak selesai?" ujar Ali.
"Kalau bapak jadi Kapolri, yang saya minta pertama tolong tarik Kapolda Sulteng dari sana. Karena masalah di Sulteng banyak," tegas dia.
ADVERTISEMENT
Merespons keresahan Ali, Sigit menawarkan penyelesaian versinya. Meski tidak dirinci secara spesifik, secara garis besar Sigit ingin menekan jumlah pengikut kelompok teroris di Poso sedini mungkin. Salah satu caranya yakni bekerja sama dengan Kominfo untuk menghapus konten-konten berbau terorisme di dunia maya.
"Teroris kita harus berpikir, mulai dari tahapan bagaimana mencegah konsep pemaparan melalui teknologi informasi. Kerja sama kami dengan Kemenkominfo, (jika) ajaran-ajaran terdeteksi ajaran-ajaran mengarah ke teroris, maka itu jangan sampai muncul, di-takedown," tutup Sigit.