Cerita Busyro Muqoddas ke Kontrakan Naik Avanza Pribadi Selama Jadi Pimpinan KPK

16 Oktober 2020 21:48 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Busyro Muqoddas. Foto: Antara/Fanny Octavianus
zoom-in-whitePerbesar
Busyro Muqoddas. Foto: Antara/Fanny Octavianus
ADVERTISEMENT
Rencana pengadaan mobil dinas KPK pada 2021 menjadi sorotan banyak pihak. Musababnya, dengan anggaran mencapai Rp 8,9 miliar, dianggap kurang pas bagi KPK yang notabene merupakan lembaga antirasuah. Contohnya saja, untuk pimpinan KPK ditengarai akan mendapat mobil senilai Rp 1,4 miliar. Gambaran mobil mewah sudah tampak.
ADVERTISEMENT
Hal berbeda justru diperlihatkan pimpinan KPK terdahulu, Busyro Muqoddas. Busyro mengaku selama bertugas di KPK lebih banyak menggunakan Toyota Avanza milik pribadi.
Busyro bercerita, Toyota Avanza miliknya ini pernah mengalami kempes ban pada pukul 22.00 WIB. Sebenarnya, Busyro bisa saja menggunakan mobil dinas yang banyak kosong tapi dia memilih menumpang taksi.
"Kala mobil Avanza milik pribadi saya kempes bannya di kantor KPK C1 jam 22.00 akan pulang ke rumah kontrakan di Pinang Ranti. Saya dan sopir pribadi tidak bisa menggunakan mobil dinas yang banyak kosong malam itu karena melanggar kode perilaku pegawai KPK sehingga pulang dengan taksi," kata Busyro melalui pesan singkat, Jumat (16/10).
Lanjut Busyro, penggunaan mobil dinas untuk pulang ke kontrakan merupakan pelanggaran kode perilaku pegawai KPK lantaran penggunaan mobil dinas tak boleh dicampur dengan kepentingan pribadi apa pun.
ADVERTISEMENT
"Mobil dinas hanya dipakai mulai dari kantor ke lokasi dinas dan kembali lagi ke kantor. Tidak bisa campur kepentingan pribadi apa pun. Jika dilanggar akan diperiksa Pengawas Internal secara profesional," tegasnya.
Dia menjelaskan untuk memonitor ke mana pimpinan KPK pergi, dipasanglah chip di setiap mobil. Tak hanya mobil dinas tetapi juga mobil pribadi.
"Untuk monitor ke mana pimpinan pergi tiap mobil pimpinan dipasang chip yamg termonitor dari kantor. Ini sebagai langkah cegah maksimal untuk menjaga marwah pimpinan sebagai faktor utama etika pimpinan," katanya.
Pada hari libur, para pimpinan ini juga tetap terpantau. Hal itu untuk menghindari pertemuan dengan orang yang memiliki konflik kepentingan.
"Itu mobil pribadi juga. Di hari libur pun akan terpantau jika pergi menemui pihak-pihak yang dikhawatirkan menimbulkan konflik interest. Itu sangat bagus sebagai konsekuensi moral pimpinan," katanya.
ADVERTISEMENT
"Setelah selesai masa tugas 4 tahun, chip tersebut dicopot," kata Busyro.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)