Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Lulusan STM yang Tetap Harus Jadi Sarjana Agar Dapat Kerja di Perusahaan
30 Mei 2023 19:25 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Cuitan orang yang mengaku lulusan Teknis Mesin Universitas Indonesia (UI) kalah bersaing dengan lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) dalam mendapatkan pekerjaan di PT PAL Indonesia viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Seorang warganet mengeluh dia yang merupakan lulusan Teknik Mesin UI 2022, dikalahkan oleh pendaftar yang merupakan lulusan STM berusia 30 tahun.
Lantas bagaimana dengan perjalanan anak-anak STM lain dalam mendapatkan pekerjaan? Apakah benar mereka saingannya adalah anak lulusan sarjana?
Meta, alumni STM yang kini telah bekerja, membagikan pengalamannya kepada kumparan.
Lulusan dari SMK YP Fatahillah 1 Kramatwatu jurusan Teknik Pemeliharaan Mesin Industri ini mengaku awalnya fokus untuk lulus STM dan langsung bekerja, bukan melanjutkan pendidikan.
"Dulu waktu saya sekolah, saya adalah salah satu pelajar yang fokus untuk bekerja tidak untuk kuliah, jadi saya fokus untuk mencari tahu industri kerja seperti apa dan bagaimana untuk lolos saat test agar menjadi karyawan," ujar Meta kepada kumparan, Selasa (30/5).
ADVERTISEMENT
Meta mengaku selain belajar di kelas, ia juga aktif mengikuti berbagai kegiatan di dalam dan luar sekolah. Mulai dari OSIS, Duta Anti Nakotika Kabupaten Serang, hingga training dunia usaha dan dunia industri.
Meta menjelaskan sistem pembelajaran di sekolahnya mengajarkan 70 persen teori dan 30 praktik. Contoh praktik diberikan untuk membuat sebuah produk dan barang yang bisa memiliki nilai jual.
"Kita belajar bagaimana cara mengoperasikan mesin. Contohnya mesin frais, mesin bubut, mesin bor, cara mengelas yang baik, benar dan aman. Jenis-jenis mesin las, posisi pengelasan dan masih banyak lagi," jelasnya.
Tetapi meski sudah sekolah dengan baik hingga aktif berkegiatan, Meta mengaku tak mudah untuk memperoleh kerja bila lulus dari STM. Ia akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan D1 di salah satu universitas swasta.
ADVERTISEMENT
"Setelah lulus saya mencoba melamar Di PT Krakatau Posco akan tetapi saya gagal, setelah gagal lalu saya melanjutkan pendidikan beasiswa Teknik Kimia D1 AMC//CMA Unitirta," ujarnya.
Usai selesai belajar D1, Meta mengaku dapat diterima di perusahaan yang cukup besar. Tapi tak cukup dengan D1, usai 7 tahun bekerja Meta lanjut mengejar S1 Teknik Industri.
Meta menyebut ia melanjutkan pendidikan hingga sarjana karena ingin membanggakan orang tua dan membutuhkan ilmu dasar mengenai mesin dan desain optimal manajemen perusahaan. Ia juga mengaku bila melanjutkan pendidikan hingga S1 kesempatan kerjanya bisa lebih besar.
"Alasan ketiga saya melihat peluang karier jika saya hanya lulusan STM/D1 maka prospek untuk karier akan lama sehingga saya memilih untuk lanjut kuliah S1 teknik industri," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Anang Ristanto menyebut pihaknya sudah berupaya agar lulusan STM maupun vokasi dapat bersaing di dunia kerja.
Ada berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan skill dan kemampuan pelajar dan mahasiswa. Misalnya Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memungkinkan mahasiswa untuk melakukan riset, magang, serta pertukaran pelajar yang mendekatkan mahasiswa dengan dunia kerja dan dunia industri.
Serta program lain seperti Kampus Merdeka Vokasi dan SMK Pusat Keunggulan.
"Untuk menyiapkan SDM memasuki dunia kerja Kemendikbudristek telah melakukan transformasi pendidikan di antaranya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Kampus Merdeka Vokasi dan SMK Pusat Keunggulan," ujar Anang kepada kumparan, Selasa (30/5) sore.