Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Presiden Belarusia Bujuk Putin agar Tak Lenyapkan Wagner Group
28 Juni 2023 17:42 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengeklaim dirinya telah membujuk sekutu dekatnya, Presiden Rusia Vladimir Putin , untuk tidak melenyapkan Wagner Group .
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, komentar ini disampaikan Lukashenko dalam sebuah pertemuan dengan pejabat militer pada Selasa (27/6).
Di hadapan mereka, Lukashenko bercerita bahwa dirinya telah berbicara per telepon dengan Putin sehari setelah pemberontakan pada Jumat (23/6) pecah.
Ketika menggambarkan percakapannya dengan Putin, Lukashenko menggunakan frasa slang dalam Bahasa Rusia yang diartikan sebagai 'membunuh seseorang' atau 'memusnahkan'.
Pada hari ketika Prigozhin mengajak tentaranya melakukan konvoi dengan berbaris menuju Ibu Kota Moskow, Putin langsung murka dan memandang tindakan itu sebagai 'pengkhianatan'. Dia bersumpah akan menghukum dan menumpas para tentara yang terlibat dalam pemberontakan.
Namun, pemberontakan yang nyaris menghantarkan Rusia ke gerbang perang saudara ini berhasil dihentikan beberapa jam kemudian, setelah Lukashenko turun tangan dan menjadi penengah.
ADVERTISEMENT
"Saya pun memahami: sebuah keputusan brutal telah dibuat [dan itu adalah intonasi dari pidato Putin] untuk melenyapkan para pemberontak," ujar Lukashenko.
Meredam Amarah Putin
Pria yang sudah memimpin Belarusia sejak 1994 itu menambahkan, dirinya berhasil meredam amarah Putin dan mencari solusi lain selain melenyapkan Wagner Group.
"Saya menyarankan kepada Putin untuk tidak terburu-buru. 'Ayolah,' kata saya, 'Mari kita bicara dengan Prigozhin, dengan para komandannya," kata Lukashenko.
"Dia [Putin] mengatakan kepada saya: 'Dengar, Sasha, tidak ada gunanya. Dia [Prigozhin] bahkan tidak mengangkat telepon, dia tidak ingin berbicara dengan siapa pun'," jelasnya.
Putin menggunakan nama panggilan dekat 'Sasha' kepada Lukashenko sebagai singkatan dari Alexander.
Lebih lanjut, Lukashenko yang juga merupakan kenalan lama Prigozhin ini mengeklaim telah menasihati Putin agar berpikir panjang dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Kepada Putin, Lukashenko mengatakan pemusnahan Prigozhin dapat menimbulkan pemberontakan baru yang meluas dari para tentara Wagner. Dia juga berpendapat pasukannya bisa berkolaborasi dan belajar dari keahlian serta pengalaman Wagner yang kini berada dalam pengasingan di Belarusia.
Pasukan Wagner Group selama ini telah berjuang bersama-sama dengan militer nasional Rusia dan tentara bayaran itu berhasil merebut Kota Bakhmut pada Mei 2023 lalu.
"Ini adalah unit yang paling terlatih di angkatan darat," lapor media lokal BelTA, mengutip pernyataan Lukashenko. "Siapa yang akan membantah hal ini? Militer saya juga memahami hal ini, dan kami tidak memiliki orang-orang seperti itu di Belarusia," sambung dia.
Di hadapan pejabat militernya, Lukashenko mengungkapkan bahwa banyak orang telah gagal memahami tujuan dari pendekatan yang dia terapkan.
ADVERTISEMENT
"Orang-orang gagal memahami bahwa kami melakukan pendekatan dengan cara yang pragmatis. Mereka [Wagner] telah mengalaminya, mereka akan memberi tahu kami tentang persenjataan — apa yang berfungsi dengan baik, apa yang berfungsi dengan buruk," jelasnya.
Pada Jumat (23/6), Prigozhin menggelar sebuah konvoi di mana para tentara Wagner dan sejumlah tank beserta kendaraan berat berbaris untuk menuju ke Ibu Kota Moskow.
Mereka berhasil menguasai situs militer di wilayah Rostov, tetapi menghentikan perjalanannya yang tersisa 200 km lagi hingga sampai di destinasi.
Kremlin menyebut pemberontakan ini telah mendorong Rusia ke arah perang saudara dan menimbulkan krisis militer terbesar sepanjang pemerintahan Putin selama hampir dua dekade lamanya.
Prigozhin, pada gilirannya, memandang pemberontakan itu adalah sebuah bentuk protes yang bukan ditujukan untuk melengserkan pemerintahan Putin. Melainkan, guna menuntut keadilan terhadap para petinggi militer Rusia yang di matanya tidak kompeten dalam menyusun perencanaan di medan perang Ukraina.
ADVERTISEMENT