China Bangun Istana Kepresidenan di Vanuatu yang Punya Banyak Utang

2 Juli 2024 13:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan di Aula Besar Rakyat, Beijing, China pada 28 Mei 2019. Foto: FLORENCE LO / POOL / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan di Aula Besar Rakyat, Beijing, China pada 28 Mei 2019. Foto: FLORENCE LO / POOL / AFP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Vanuatu akan membangun gedung-gedung pemerintahan baru yang didanai oleh China. Salah satu proyek pembangunan adalah istana kepresidenan.
ADVERTISEMENT
Pembangunan gedung-gedung baru itu diumumkan oleh Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai pada Selasa (2/7).
Proyek itu termasuk pula pembangunan kantor Kementerian Keuangan dan renovasi gedung Kemlu Vanuatu. Kedutaan Besar China untuk Vanuatu juga mengumumkan proyek ini pada hari yang sama.
Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat, Beijing, China pada 28 Mei 2019. Foto: FLORENCE LO / POOL / AFP
Perhitungan lembaga think tank asal Australia, Lowy Institute, biaya proyek yang didanai China mencapai USD 21 juta atau setara Rp 343 miliar.
Menurut Kedutaan China, proyek pembangunan ini adalah tonggak baru kerja sama antara kedua negara, demikian dikutip dari Reuters.
Laporan sejumlah media lokal, nantinya ada ratusan orang PNS yang bekerja di gedung-gedung baru pemerintahan yang dibangun dari uang China.
Kedutaan China turut memastikan tak akan memungut biaya sewa dari setiap gedung yang mereka bangun di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Vanuatu adalah negara yang punya banyak utang pada China. Sebanyak 40 persen utang negeri China berasal dari bank Exim China.
Selama beberapa tahun terakhir China membiayai infrastruktur di Vanuatu. Negara kecil di Pasifik ini merupakan salah satu titik persaingan pengaruh Barat dan China.
Beberapa pihak pro-Barat memperingatkan Vanuatu atas ancaman diplomasi perangkap utang China.
Sementara, Dubes China untuk Vanuatu, Li Minggang, mengungkap negaranya akan semakin siap dan ingin meningkatkan kerja sama dengan Vanuatu di berbagai bidang.