Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Agenda Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Kamis (9/3) mendadak berubah. Padahal, dua hari sebelumnya, Selasa (7/3), jadwal masih sesuai rencana. Namun, acara seketika berganti lantaran datang kabar bahwa Jokowi akan mengunjungi panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, pada waktu yang sama.
Informasi soal kedatangan Jokowi itu cukup terperinci. Jokowi akan didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Rombongan ini sudah pasti harus ditemui Ganjar selaku kepala daerah setempat.
Maka, Kamis itu, alih-alih menerima tamu di Semarang seperti jadwalnya semula, Ganjar meniti pematang sawah bersama Jokowi dan Prabowo.
Kebumen menjadi lokasi dimulainya program panen raya satu juta hektare karena padi yang subur dan melimpah di wilayah tersebut. Kabupaten ini pun dinilai Mentan paling siap panen pada periode Februari–Maret.
Jadi, pada Hari-H panen raya, rombongan Jokowi berjalan ke pematang sawah di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kebumen, untuk menemui petani yang tengah memetik padi. Ia berjalan diiringi Ganjar dan Prabowo.
Di belakang ketiganya, seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden mengiringi, diikuti Syahrul, Pramono, dan sejumlah pejabat lain.
Di tengah sawah, Jokowi, Ganjar, dan Prabowo berswafoto bersama para petani. Ketiganya tertawa ceria. Bahkan, sepulang dari sawah, Prabowo sempat menggandeng Ganjar dan mengangkat tangan keduanya.
Aksi itu diikuti teriakan warga kepada mereka: “Cocok!”
Usai panen raya, Ganjar dan Prabowo masih mendampingi Jokowi berkeliling Kebumen untuk meresmikan tambak budi daya dan mengunjungi Pasar Petanahan. Setelahnya, barulah mereka berpencar.
Prabowo singgah di Akademi Militer, Magelang, untuk memberikan ceramah pembekalan kepada para Komandan Satuan TNI AD. Sementara Ganjar masih menemani Jokowi hingga keesokannya, Jumat (10/3), dalam kunjungan kerja ke Blora untuk menyambangi Pasar Menden dan membagikan sertifikat tanah di Desa Gabusan.
Bahkan, malam sepulang dari Blora, Jokowi dan Ganjar sama-sama menonton konser Deep Purple di Edupark Universitas Muhammadiyah Surakarta, meski mereka tak datang berbarengan dan tak duduk di tribun yang sama.
Menurut Ganjar, ia izin tidak mendampingi Jokowi di tribun VIP agar bisa nonton konser lebih leluasa sambil loncat-loncat.
Sabtu sore (11/3), Jokowi mengakhiri kunjungannya ke Jawa Tengah. Ia bertolak ke Jakarta menggunakan pesawat kepresidenan. Ganjar kembali menyertai.
Dalam unggahan di akun Instagram Ganjar, tampak sang Gubernur ikut naik ke pesawat kepresidenan melalui tangga belakang. Menurut seorang sumber, itu adalah kali pertama Ganjar diajak Jokowi menaiki pesawat kepresidenan. Biasanya, keduanya hanya semobil.
Ganjar-Prabowo: Eksperimen Jokowi?
Acara panen raya yang dihadiri Jokowi di Kebumen dengan mengajak Ganjar dan Prabowo tak pelak memunculkan isu politik. Jokowi disebut-sebut tengah bereksperimen menduetkan Ganjar-Prabowo guna menyongsong Pilpres 2024. Namun, Jokowi menyebut pertemuan itu kebetulan belaka.
“Kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang, jadi saya ajak bareng [ke Kebumen],” kata Jokowi saat kunker di Bali, Senin (12/3).
Saat bertolak ke Kebumen, Prabowo tiba di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo, sepesawat dengan Jokowi dan Pramono Anung.
Tak sedikit pihak yang menganggap peristiwa di Kebumen merupakan gimik politik, sebab tugas utama Prabowo sebagai Menhan mestinya tak terkait pertanian meski ia pernah ditugasi Jokowi menangani cadangan pangan strategis dalam proyek lumbung pangan di Kalimantan Tengah.
“Acara panen raya—kalau bicara sektoral—harusnya Mentan [Syahrul Yasin Limpo] menjadi tuan rumah utama,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya kepada kumparan, Rabu (15/3).
Eksperimen politik Ganjar-Prabowo itu, kata Yunarto, bahkan bisa dilihat sampai ke level teknis seperti siapa saja yang mendampingi Jokowi saat berjalan di pematang sawah.
Dalam unggahan di YouTube Ganjar Pranowo, terlihat awalnya Jokowi berbincang dengan Prabowo, Ganjar, Syahrul, Pramono Anung, dan sejumlah pejabat lain. Jokowi kemudian berjalan menuju pematang sawah diikuti Ganjar dan Prabowo.
Di belakang mereka, Pramono dan Syahrul mengobrol sambil berjalan santai. Seorang anggota Paspampres kemudian melangkah ke depan, mendahului Pramono dan Syahrul.
Namun, ketika personel Paspampres itu hendak mendekat ke Jokowi, Pramono seperti memberi isyarat kepadanya untuk menjaga jarak. Seperti mengerti, ia kemudian melambatkan langkah, membiarkan Jokowi, Ganjar, dan Prabowo berjalan paling depan.
“Saat jalan di pematang sawah, terlihat sekali [direncanakan]. Pasti sudah diatur oleh protokoler dan biro pers—mana yang boleh menemani Pak Jokowi dan yang tidak. Terlihatnya memang hanya mereka bertiga (Jokowi, Ganjar, Prabowo) yang jadi pusat perhatian saat jalan di pematang sawah. Terlalu naif untuk dikatakan tidak ada agenda setting,” kata Yunarto.
Menurut Yunarto, ada panggung politik yang dengan sengaja dibentuk dengan Ganjar dan Prabowo sebagai tokoh utama.
“Dua nama ini (Ganjar dan Prabowo) sering kali di-endorse [Jokowi],” ujar Yunarto.
Dua sumber kumparan di kalangan politikus menyebut bahwa wacana menduetkan Ganjar dan Prabowo untuk Pilpres 2024 sudah ditabuh sejak Februari 2023. Dan peristiwa Kebumen menjadi salah satu gongnya.
Seorang sumber menyebut, Jokowi memanggil Prabowo ke Istana Negara pada Februari itu. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menyinggung soal langkah Prabowo di 2024. Prabowo diminta menjadi bakal cawapres Ganjar.
Prabowo tidak menolak permintaan tersebut. Terkait Pilpres 2024, menurut sumber itu, Prabowo menyatakan menunggu arahan Presiden. Namun, Prabowo sesungguhnya masih berkehendak menjadi calon presiden. Apalagi dari segi pengalaman, Prabowo lebih senior dari Ganjar.
Meski demikian, Prabowo kesulitan menyampaikan keinginannya itu secara terang-terangan. Menurut sumber kumparan, ia kemudian menitipkan pesan melalui pihak ketiga yang kerap memberi laporan survei ke Istana.
“Jokowi jadi tahu, tidak sebagaimana yang dibayangkan bahwa Prabowo akan manut,” kata sumber tersebut.
Rentetan peristiwa itulah yang disebut melatarbelakangi pertemuan Jokowi-Ganjar-Prabowo di Kebumen.
Namun, Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad membantah hal tersebut. Menurutnya, info itu “enggak betul.”
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman juga mengatakan, Prabowo sama sekali tidak berurusan dengan lembaga survei.
“Kita enggak ada lembaga survei juga,” kata Habiburokhman di Senayan, Kamis (16/3).
Ketua Relawan Prabowo Mania 08, Immanuel Ebenezer, menyampaikan cerita yang berbeda. Ia bertemu Prabowo pada 16 Februari di Kertanegara, Jakarta Selatan, sekitar pukul 14.00 WIB, usai sang menteri dipanggil Jokowi ke Istana.
“Hasil pertemuan antara Pak Prabowo dan Jokowi itu luar biasa. Prabowo ketemu saya gesturnya riang gembira. Saya melihat ada komunikasi politik yang tidak saya ketahui isinya apa. Yang jelas, Prabowo bertemu saya itu nyaman dan antusias sekali,” kata eks Ketum Relawan Jokowi Mania yang akrab disapa Noel itu.
Noel menyebut bahwa komunikasi yang dibangun dengan Prabowo ketika itu mengindikasikan peran Prabowo sebagai bakal capres. Menurut Noel, tak ada ucapan Prabowo kepadanya yang mengindikasikan ia akan menjadi cawapres.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara Faldo Maldini tak menjawab pertanyaan terkait hal tersebut. Kepada kumparan, Faldo mengirimi tautan soal pernyataan publiknya terkait peristiwa di Kebumen.
“Ini bukan sekadar soal jodoh-jodohan. Ini adalah seorang pemimpin, Presiden Joko Widodo, yang mengajak timnya untuk menikmati kebahagiaan setiap orang ketika panen raya dilihat oleh masyarakat,” ujar Faldo.
Sumber lain di kalangan politikus menyatakan, Jokowi sudah menyampaikan keinginannya memasangkan Ganjar dan Prabowo kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Niat tersebut disampaikan tiga hari sebelum Rapat Koordinasi Nasional PAN di Semarang, Minggu (26/2).
kumparan menanyakan lebih lanjut soal itu kepada Zulkifli Hasan, Selasa (14/3). Ia—yang sedang kunker ke India dalam kapasitasnya selaku Menteri Perdagangan—menjawab pertanyaan tersebut, namun menolak untuk dikutip.
Sementara Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi tak membantah maupun membenarkan niat Jokowi menjodohkan Ganjar-Prabowo yang disampaikan kepada Zulkifli.
“Gosip—digosok makin sip,” kata Viva, enggan menjawab terang-terangan.
Prabowo Siap Duet Asal Capres
Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyatakan, partainya terbuka bergandengan tangan dengan Ganjar asalkan Prabowo yang menjadi capres.
Menurut Hashim, Prabowo lebih senior 15 tahun ketimbang Ganjar. Pengalaman mereka pun berbeda sehingga menurut Gerindra, Prabowo-lah yang mesti menjadi capres.
Habiburokhman mengatakan, wacana Prabowo menjadi cawapres bukan persoalan mau atau tak mau, sebab hasil Rapat Pimpinan Nasional Gerindra telah memerintahkan Prabowo untuk menjadi capres.
“[Itu] ditugaskan, mengikuti amanat [partai],” kata Habiburokhman.
Posisi Gerindra yang mensyaratkan Prabowo mesti capres dalam membangun koalisi, kata Yunarto Wijaya, merupakan upaya partai tersebut untuk memberikan tawaran yang tinggi dalam negosiasi politik. Sebab, waktu untuk mendaftarkan capres ke KPU dianggap masih lama.
Terkait apakah Prabowo mematok harga mati sebagai capres hingga akhir, menurut Yunarto itu soal lain.
“Pak Prabowo pernah mengalah jadi cawapres Bu Mega. Dia bahkan mau menjadi seorang menteri ketika ditawarkan oleh Pak Jokowi. Saya melihat Pak Prabowo sebagai sosok yang fleksibel,” kata Yunarto.
Lantas, bagaimana nasib koalisi Gerindra-PKB dengan adanya wacana duet Ganjar-Prabowo?
Gerindra mengeklaim koalisi kedua partai masih solid. Sesuai kesepakatan Gerindra-PKB, pemilihan capres ada di tangan ketum masing-masing. “Pemilihan [calon] presiden ada di tangan Prabowo dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin),” kata Habiburokhman.
Cak Imin masih meyakini Prabowo paling memungkinkan diusung sebagai capres. Ia rela menjadi wakil Prabowo di kontestasi Pilpres 2024. Namun ia mewanti-wanti jika akhirnya Prabowo bersanding dengan Ganjar di 2024.
“Ya berarti koalisinya bubar dong, ya toh?” kata Cak Imin di DPP PKB, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).
Nasib Ganjar
Meski memiliki elektabilitas tertinggi dalam berbagai survei dan digadang-gadang menjadi capres potensial, Ganjar Pranowo masih terganjal restu partainya sendiri. Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, yang memiliki kewenangan penuh untuk menentukan capres hingga kini belum mengumumkan nama yang akan diusung.
Yang tampak selama ini, Ganjar acap panas-dingin dengan PDIP. Ia tercatat pernah tak diundang saat acara konsolidasi 2024 yang mengumpulkan kepala daerah dan anggota DPRD se-Jateng pada 2021 dan tak diundang saat Ketua DPP PDIP Puan Maharani memberi arahan ke ribuan kader PDIP termasuk kepala daerah pada September 2022.
Ganjar juga pernah disanksi karena menyatakan “siap” jika dicalonkan sebagai presiden dalam sebuah wawancara pada Oktober 2022. Ganjar bahkan di internal PDIP pernah disebut sebagai orang yang kemlinthi alias sok karena kerap bersafari ke berbagai daerah.
Akan tetapi, usai panen raya di Kebumen, wacana Ganjar-Prabowo justru tak terlalu mendapatkan resistensi dari internal PDIP. PDIP tak merasa terganggu meski Ganjar digadang-gadang menjadi capres oleh berbagai pihak hingga lintas partai.
“Saya kira tidak ada yang terganggu. Karena apa? [Itu bukti] bahwa kader PDIP tidak jago kandang, tapi juga dilirik partai lain,” ujar juru bicara PDIP Deddy Yevri Hanteru Sitorus kepada kumparan, Jumat (17/3).
Menurut Deddy, idealnya setiap partai punya kader untuk dicalonkan menjadi capres. Begitu pula dengan PDIP yang akan mengusung kader partai menjadi capres.
Sumber kumparan di lingkaran Ganjar mengatakan, Gubernur Jateng itu sejauh ini memposisikan diri sebagai kader PDIP. Ganjar disebut menyerahkan keputusan maju atau tidak di Pilpres 2024 kepada Megawati Soekarnoputri. Ia belum memikirkan perkara cocok-tak cocok disandingkan dengan Prabowo, begitu pula apakah lebih memilih menjadi capres atau cawapres.
“Ganjar memposisikan diri sebagai kader loyal PDIP. Enggak jadi apa-apa juga gak masalah,” kata sumber itu.
PDIP pun terbuka apabila Prabowo hendak menjadi cawapres dalam koalisi bersama PDIP. Soal siapa yang disepakati akhirnya jadi capres, itu tergantung negosiasi dan kesepahaman antarpartai.
“Kami tidak tertutup untuk apa pun, kecuali berpasangan dengan Anies Baswedan. Karena secara ideologis/platform tidak ketemu. Mereka bilang selalu antitesa Jokowi, tentu tidak mungkin bagi kita untuk berkolaborasi,” kata Deddy.
Hingga kini, Ketua Umum PDIP belum memunculkan nama capres yang akan diusung. Sinyalnya, momentum deklarasi capres akan berlangsung pada Juni 2023.
“Juni bulan yang kita hormati, ada pidato [Bung Karno] 1 Juni (Hari Kelahiran Pancasila), dan 6 Juni hari kelahiran Bung Karno. Harapan kita bulan Juni ada keputusan dari Ibu [Mega] atau bisa jadi bukan bulan itu,” ujar Deddy.
Dalam menentukan capres, kata Deddy, Megawati akan menjaring nama dari struktur terbawah PDIP di tingkat ranting hingga nasional melalui Rakernas. Selain itu ketum PDIP juga akan berdiskusi dengan sesepuh partai, ahli, dan negarawan bangsa.
Megawati juga mengajak Jokowi bertukar pikiran sebelum menentukan capres. Hal itu untuk mengetahui sebaiknya capres seperti apa yang bisa mengatasi masalah yang belum dituntaskan Jokowi.
“Karena Pak Jokowi kader terbaik kita,” katanya.
Pada Sabtu (18/3), Megawati bertemu dengan Jokowi selama tiga jam di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan salah satu pembicaraan keduanya membahas arah masa depan bangsa.
"Dalam pertemuan tersebut tentu saja dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024," tutur Hasto.
Akankah Ganjar-Prabowo terjadi? Dan mungkinkah Ganjar mendapat restu PDIP untuk nyapres?