Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Curah Hujan di Gurun Sahara Meningkat 5 Kali Lipat Akibat Siklon Ekstratropis
30 Oktober 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Wilayah Gurun Sahara di Maroko dilanda banjir pada Kamis (24/10) lalu. Banjir ini disebabkan hujan lebat selama 2 hari yang melanda wilayah tersebut. Bahkan, di Tagounite, desa sejauh 450 km di selatan Kota Rabat, curah hujan tercatat mencapai lebih dari 200 mm dalam 48 jam.
ADVERTISEMENT
Volume curah hujan itu setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun. Danau Iriqui yang terletak di antara Kota Zagora dan Tata pun kembali terisi padahal sudah 50 tahun kering.
Sebelum banjir Kamis lalu, sudah ada badai dan banjir yang melanda wilayah paling kering di Gurun Sahara, yaitu Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Walaupun sebagian besar wilayah yang terguyur hujan bukan wilayah yang banyak penghuninya, beberapa desa di Maroko menghadapi banjir bandang yang sampai merusak jalan dan mengganggu pasokan listrik dan air.
Lantas, mengapa guru sahara bisa banjir?
Siklon Ekstratropis Jadi Penyebab Banjir di Sahara
Menurut ilmuwan Atmosfer dan Ilmu Iklim di ETH Zurich, Moshe Armon, banjir di Sahara tepatnya di wilayah Maroko sejak September disebabkan oleh adanya siklon ekstratropis. Siklon ekstratropis ini tidak hanya melanda Maroko, tetapi juga Aljazair, Tunisia, dan Libya.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari website resmi United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), siklon ekstratropis adalah sistem badai yang memperoleh energinya dari perbedaan suhu di garis lintang yang ada di atmosfer. Siklon ekstratropis disebut juga badai lintang tengah atau badai baroklinik.
Siklon ekstratropis merupakan sistem cuaca yang terjadi di daerah ekstratropis (umumnya lebih dari 30° lintang dari ekuator). Ada sebuah wilayah yang disebut Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ) atau Zona Konvergensi Intertropis. Posisi zona ini berubah-ubah sesuai musim. Namun, dalam keadaan normal ITCZ bergerak hanya sampai 17,8° lintang utara. Ketika musim panas, zona ini akan bergerak ke arah utara dan ke arah selatan saat musim dingin.
Namun, akhir-akhir ini, ITCZ berada pada 20° lintang utara atau berjarak 244 km lebih utara dibanding jarak normal. Maka, wilayah-wilayah yang biasanya tidak terkena hujan jadi terguyur hujan.
Tahun ini, musim panas di belahan bumi utara yang mencakup Gurun Sahara telah terjadi sejak Juni lalu. Akibatnya, pola cuaca secara di wilayah tersebut berubah drastis dan memengaruhi Musim Badai Atlantik. Dampak langsung dari pergeseran Zona Konvergensi Intertropis ke arah utara ini adalah membawa peristiwa hujan langka ke Gurun Sahara.
ADVERTISEMENT
Melihat Data Curah Hujan di Sahara Barat
Beberapa bagian Gurun Sahara diprediksi mengalami kenaikan curah hujan hingga 5 kali lipat pada September 2024. Angka itu merupakan perbandingkan curah hujan pada periode yang sama di tahun lalu. Berdasarkan data weatherandclimate.com, curah hujan rata-rata di Tagounite berada di puncaknya di bulan September. Curah hujan rata-ratanya ada di angka 51,94 mm.
Sedangkan di dua kota yang mengapit Danau Iriqui, Tata dan Zagora, curah hujan idealnya berturut-turut sebesar 7,62 mm dan 5,08 mm pada bulan September. Adapun angka November dan Desember adalah prediksi.
Efek Banjir Sahara
Banjir September dan Oktober lalu mengakibatkan konsekuensi tragis bagi penduduk Maroko dan Aljazair. Di Maroko, badai dua hari itu telah melewati batas rata-rata yang telah ada selama ini. Badai pada September lalu ini membunuh 11 orang dan 9 orang hilang. Selain itu, ada 24 rumah hancur, infrastruktur listrik, air, dan jalan rusak.
ADVERTISEMENT
Di Aljazair, ada 5 orang tewas akibat bencana ini. Fasilitas umum seperti jembatan dan kereta turut rusak.
Selain itu, banjir di Gurun Sahara memiliki dampak yang signifikan terhadap komposisi tanah dan juga kehidupan satwa di wilayah yang terdampak. Area yang rusak karena banjir juga bisa mengganggu pola migrasi hewan di gurun.
Apakah Akan Terjadi Banjir Lagi?
Berdasarkan penelitian University of Southern California yang menyoroti Sahara, kondisi yang semakin gersang dikombinasikan dengan hujan badai yang intens akan lebih sering terjadi karena perubahan iklim.
Namun, seorang ilmuwan iklim Maroko, Fatima Driouech, mengatakan meskipun fenomena ini telah mengindikasikan tanda-tanda perubahan iklim, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang pasti terkait fenomena hujan badai di Gurun Sahara ini.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menyarankan pemerintah untuk segera membuat solusi dan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya banjir lagi di masa yang akan datang.
Reporter: Aliya R Putri