Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Curhat Pengguna KRL soal Perubahan Rute: Buang Waktu dan Tenaga
31 Mei 2022 8:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Perubahan rute KRL lintas Cikarang dan Bogor sangat berdampak bagi masyarakat. Khususnya bagi warga Bekasi yang hendak menuju rute Bogor maupun Jakarta Kota. Sebab, saat ini rute dari Bekasi hanya melayani rute Sudirman-Kampung Bandan.
ADVERTISEMENT
Salah satu penumpang KRL, Anggi (24) warga Bekasi Timur, mengeluhkan perubahan rute itu. Wanita yang sejak 2016 menggunakan moda transportasi commuter line menuju Bogor itu menilai perubahan rute sangat membuang tenaga dan membingungkan.
“Menurut saya lebih membingungkan karena harus pindah jalur atas. Jarak transitnya lebih jauh,” kata Anggi kepada kumparan, Selasa (31/5).
Perubahan rute KRL juga membuat waktu keberangkatannya sedikit berubah.
“Biasanya naik [KRL] yang 05.33 WIB, sekarang jadi 05.40 WIB, ada perubahan sedikit,” kata dia.
“Mungkin kalau berangkat lebih siang akan telat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Anggi mengungkapkan perubahan rute membuat ia merasa ribet. Sebab saat ini ia perlu naik ke peron atas jika ingin ke Stasiun Tebet.
“Iya, karena sebelumnya nggak perlu naik ke jalur atas, nggak ribet turun naik. Sebelumnya, kalau saya pulang dari stasiun Tebet bisa diatur, kalau mau transit nggak di jalur atas ya naiknya yang ke arah Sudirman. Karena berhentinya di jalur 8. Kalau sekarang kan nggak bisa,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Anggi, perubahan rute tersebut sangat berdampak kepada kaum lansia yang mengharuskan pindah peron saat ingin transit dan cukup membuang waktu perjalanan.
“Lebih ribet [perubahan rute], karena perpindahan jalurnya dari jalur atas ke bawah ataupun sebaliknya. Coba kalau orang yang punya obesitas atau lansia kan kasian harus jalan lebih jauh,” ungkapnya.
Di Stasiun Manggarai terdapat lift dan eskalator untuk membantu penumpang dalam berpindah peron. Meski begitu menurut Anggi eskalator yang ada tidak efisien.
“Meskipun ada eskalator itu tidak efisien karna eskalatornya hanya satu di sebelah kiri (arah Bogor). Kalau perlu buat yang jalur bawah juga, jadi nggak perlu naik turun kayak gitu,” pungkasnya.
Penumpang lainnya, Laily (27) mengatakan perubahan rute membuang waktu dan tenaga. Sebab kini ia harus berpindah peron saat transit di Stasiun Manggarai.
ADVERTISEMENT
“Dengan adanya perubahan rute KRL ini buat saya jadi buang waktu dan tenaga untuk transit apalagi harus pindah peron yang lumayan olahraga buat jalan ke tuh peron Jakot [Jakarta Kota],” kata Laily yang mengaku sudah menggunakan KRL sejak 2013, Selasa (31/5).
Selain itu, pengguna rute Bekasi-Jakarta Kota tersebut mengatakan penumpang juga kerap dibuat kelelahan karena harus berlari mengejar kereta berikutnya jika kereta transit tiba dengan waktu yang mepet.
“Belum lagi kalau tuh kereta mau dateng kan mesti buru-buru, lari-lari buat nyamperin tuh kereta supaya nggak telat,” jelasnya.
“Jadi buat saya ini rute yang merugikan buat yang kerja di daerah Mangga Besar,” pungkasnya.
Demi Keselamatan Pengguna KRL
Sebelumnya, VP Corporate Secretary PT KAI Commuter, Anne Purba mengatakan pola transit tersebut dilakukan untuk keselamatan para pengguna jasa commuter line (KRL).
ADVERTISEMENT
“Tetap kami terus melakukan edukasi agar masyarakat paham bahwa pola transit ini untuk keselamatan,” kata Anne di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (30/5).
Anne menjelaskan bahwa situasi di Stasiun Bogor saat ini lebih terurai, sebab saat ini KRL dari arah Bogor langsung menuju ke Jakarta Kota.
Namun, Ia juga tak mengindahkan bahwa pasti tetap saja ada masyarakat yang pro dan kontra terkait penerapan pola transit ini.
“Jadi penumpang sangat mengikuti untuk arahan-arahan dan memang perubahan budaya ini datang dari penumpang Bogor yang harus transit, yang sebelumnya mereka mendapatkan kereta yang langsung ke kampung bandan, kemudian tanah abang dan sudirman, saat ini harus transit. Pasti pro dan kontra ada,” ungkapnya.