Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dari Hati untuk Bumi: Sebuah Aksi Nyata Melestarikan Ekosistem Batangtoru
22 April 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 7 menitDiperbarui 12 Juni 2024 12:02 WIB
Puluhan warga Desa Aek Ngadol, Batangtoru , Sumatera Utara, beramai-ramai menuju sungai yang juga bernama Aek Ngadol, Sabtu (18/11). Di sekitar DAS (daerah aliran sungai), mereka memunguti sampah. Akhir pekan mereka manfaatkan untuk bersih-bersih lingkungan.
Aktivitas itu bukan kali pertama dilakukan warga. Mereka secara rutin bergotong royong menjaga kebersihan Sungai Aek Ngadol. Tempat yang turun-temurun menjadi penopang kehidupan dasar warga. Sebut saja mencuci, mandi, sampai sumber air minum.
Pantauan kumparan saat berkunjung ke sana, Sungai Aek Ngadol memang tampak jernih dan minim sampah. Bahkan, di beberapa titik, ikan-ikan liar bisa dilihat dengan jelas.
"Lingkungan lestari dari sungai yang bersih itu mengundang sehat. Kalau lingkungan tidak sehat, tidak sehatlah penghuninya," ujar Abdul Rahman Situmorang, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Aek Ngadol.
Aksi warga ini menjadi bagian dari program Lestarikan Lingkungan Batangtoru 2023 dengan tema 'Dari Hati untuk Bumi' yang didukung penuh PT Agincourt Resources (PTAR ), pengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru. Program bersih desa hari itu juga dilakukan di dua lokasi lain, yakni Desa Garoga dan Desa Batuhoring.
"Secara khusus kami mendukung program pemerintah terkait keberlanjutan. Istilahnya, Sustainability Development Goals. Jadi, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan lingkungan dan secara khusus kami melakukan aksi bersih lingkungan," ujar Senior Manager Environment, Health & Safety PTAR, Hari Ananto, di Desa Aek Ngadol (18/11).
Dukungan PTAR untuk melestarikan lingkungan tidak sebatas pada edukasi kebersihan sungai. Mereka punya bentuk dukungan lain seperti penanaman pohon dan pelatihan membuat pupuk kompos dari sampah.
Seperti yang mereka lakukan usai aksi bersih sungai hari itu. Di hadapan warga, Tim Environmental PTAR mempraktikkan cara membuat pupuk kompos berbahan sampah dedaunan yang dipungut di sekitar sungai.
Warga terlihat antusias, mereka melontarkan banyak pertanyaan terutama soal jenis sampah yang bisa dipakai. Bahkan, warga juga ikut mencoba membuat kompos.
"Hal seperti ini sangat kami butuhkan karena namanya di desa kan orang sibuk bertani. Tapi, datang ke acara seperti ini pasti disempatkan. Dengan itu, kita dapat ilmu juga kan. Ilmu untuk yang enggak pernah kita dapatkan sebelumnya. Sangat bermanfaatlah untuk kita," ujar Abdullah Siregar (32), warga Aek Ngadol.
Warga juga terbantu dengan pemberian bibit pohon oleh PTAR. Ada sejumlah jenis bibit pohon yang diberikan, mayoritas buah-buahan.
"Penanaman bibit buah ini kan untuk di pinggiran aliran sungai ya untuk menghambat longsor. Terus untuk melestarikan aliran sungai di daerah Aek Ngadol gitu," jelas warga lainnya, Anton Lumban Tobing (43).
Keberadaan sungai yang bersih mendukung lestarinya sejumlah satwa, salah satunya satwa endemik ikan jurung yang dibanggakan warga Batangtoru. Di banyak wilayah, ikan jurung sangat sulit ditemukan.
Namun di Batangtoru, ikan ini mudah ditemukan hampir di setiap sungai. Ini juga tak lepas dari kearifan lokal bernama lubuk larangan yang masih diterapkan warga.
Dalam konsep lubuk larangan, setiap orang dilarang menangkap ikan selama kurun waktu tertentu yang disepakati warga. Hasilnya, ikan-ikan termasuk ikan jurung bisa berkembang biak dan tumbuh sampai dewasa.
"Saya sangat harus kasih jempol untuk masyarakat kami sendiri. Di sini kami bahu-membahu untuk bersih-bersih lingkungan, untuk saling meningkatkan lubuk larangan, sekaligus menjaga kelestarian sungai kita," terang Anton.
Berbicara soal kesehatan warga, Anton Lumban Tobing memastikan sungai di desanya sudah bebas dari aktivitas buang air besar sembarangan (BABs). Sehingga kebersihan air sungai terjamin untuk aktivitas mencuci, mandi, dan mengambil air minum.
"Buang air sembarangan (di sungai) itu juga dilarang," papar Anton.
Tak hanya di Desa Aek Ngadol, aliran sungai di desa-desa lain di Batangtoru juga bersih dan jernih. Bahkan di Desa Garoga, ikan-ikan jurung di sungai bisa dilihat dari jembatan jalan lintas kabupaten berketinggian lebih lima meter dari permukaan sungai.
Kebersihan sungai memang menjadi perhatian PTAR, termasuk pada sistem DAS Batangtoru seluas 3.300 kilometer persegi itu. Banyak upaya yang dilakukan, termasuk dari sisi pengelolaan air sisa tambang.
Menilik Fasilitas Pengolahan Air Sisa Tambang
Lima tangki besar penampung air sisa limbah berjejer di salah satu sudut kawasan PT Agincourt Resources. Dari tangki ke tangki ada sambungan pipa dan sebuah alat yang dinamai clarifier (pemisah air dan sedimen).
Di sebelahnya, berdiri tangki lain yang berfungsi sebagai wadah pengendapan. Instalasi itu dikenal sebagai Waste Water Polishing Plant (WWPP) atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Daya tampung IPAL mencapai 3.000 meter kubik air per jam.
Dengan mencampur senyawa kimia khusus, IPAL mampu menghilangkan logam berat besi, arsenik, sianida, dan merkuri kotor yang ada dalam air.
Tentunya, setelah diproses selama 6-7 jam sampai akhirnya air aman dialirkan ke Sungai Batangtoru. Saat kumparan berkunjung ke lokasi, air olahan ini tampak jernih. Kontras dengan air di Sungai Batangtoru yang memang berwarna cokelat dari tahun ke tahun.
"Di IPAL itu yang diolah pertama sianida karena di sini pengolahannya menggunakan sianida. Kedua pH, yang ketiga logam-logam sesuai batas baku mutu yang ditentukan," terang Superintendent Metallurgy Technical Project PTAR Fedrick Kembaren saat ditemui kumparan di Tambang Emas Martabe.
"Kemudian ada juga jumlah-jumlah padatan yang ada di situ. Kami juga mengikuti kualitas kejernihannya, itu yang kami kelola di sini," imbuhnya.
Fedrick memastikan kualitas air hasil olahan di IPAL harus di bawah kriteria air yang ditetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 202/2004 mengenai kualitas air kotor untuk industri pertambangan emas dan tembaga.
Oleh karena itu, PTAR memasang alat khusus untuk membaca pH volume (derajat keasaman) dan jumlah padatan air olahan sebelum dialirkan ke sungai.
“Itu dibaca secara online dan setiap 2 menit sekali itu datanya dikirimkan ke KLHK," sebut Fedrick.
KLHK akan langsung menghubungi jika ditemukan data yang tidak memenuhi batas baku mutu. Tak hanya itu, pengawasan juga dilakukan tim terpadu yang beranggotakan pemerintah provinsi, pemerintah daerah, akademisi, hingga perwakilan warga dari 15 desa di lingkar tambang.
"Pemantauan sebulan sekali dan pemantauannya yang dilakukan secara bersama-sama oleh dengan tim terpadu dilakukan setiap tiga bulan, serta setiap enam bulan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di 15 desa lingkar tambang," kata Superintendent Environmental Monitoring PTAR, Bayu Ariyanto.
Camat Batangtoru, Mara Tinggi, memastikan selama ini tak ada masalah dengan proses pemantauan air tersebut. Dia mengapresiasi semua upaya PTAR dalam menjaga kebersihan dan kelestarian DAS Batangtoru.
Menghijaukan Bibir Sungai dan Lahan Reklamasi Tambang
PTAR selalu mengajak warga sekitar tambang untuk menghijaukan area sekitar sungai. Seperti saat aksi bersih lingkungan pada 18 November lalu, PTAR menyerahkan bibit tanaman buah-buahan untuk ditanam di sisi-sisi sungai. Bibit tanaman itu berasal dari fasilitas Nursery PTAR.
Supervisor Environmental Technical Support PTAR Joko Tri Atmojo menjelaskan bibit tanaman yang disemai di nursery tidak semuanya untuk kebutuhan reklamasi lahan tambang.
Namun, sebagian bisa digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan pemda dalam menghijaukan area sekitar tambang, seperti di bibir sungai.
"Sesuai dengan fungsinya juga nursery ini tidak hanya untuk yang di dalam (tambang) Martabe tapi juga sudah kita rencanakan pemenuhannya, perbantukan untuk kegiatan yang di luar itu, jadi beberapa sudah kita lakukan ya terkait permintaan dari pemerintah atau dari masyarakat," terang Joko.
"Sebagai contoh dalam melakukan penanaman bibit tanaman, total sekitar 150 ya di tiga desa Kami tanam di area kanan kiri sungai ya," imbuhnya.
Joko mengatakan, ada sekitar 54 jenis tanaman yang disemai di Nursery PTAR, meliputi tanaman fast growing dan lokal. Kategori fast growing adalah tanaman yang memiliki kemampuan bertumbuh secara cepat, seperti Trembesi, Lamtoro, hingga Waru.
Sementara kategori tanaman lokal adalah tanaman endemik di area Tambang Martabe, seperti Simarbaliding, Petai/Jengkol Hutan, dan Jambu Hutan.
"Karena tambang itu nanti tanah dikembalikan, pasti kesuburannya berkurang, jadi kami butuh tanaman-tanaman yang cepat tumbuh. Harapannya, dalam setahun-dua tahun bisa memulihkan iklim mikro di area tersebut," kata Joko.
"Setelah itu terbentuk tajuk dari tanaman fast growing. Nah, kami akan kembangkan atau tumbuhkan tanaman-tanaman lokal sekitar situ. Jadi tanaman lokal yang kami dapatkan dari area pertambangan nanti akan kami bibitkan dan ditanam kembali di area-area reklamasi," pungkas Joko.
Upaya menanam kembali di area reklamasi hingga menjaga kualitas air di sekitar tambang menjadi komitmen PTAR terhadap kelestarian ekosistem sungai di Batangtoru, sehingga tercipta pertambangan yang berkelanjutan.