Debat Panas Luluk, Khofifah, Risma soal Nasib Madura

18 Oktober 2024 23:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur menjalani debat perdana Pilgub Jatim 2024. Foto:  Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur menjalani debat perdana Pilgub Jatim 2024. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Tiga calon gubernur Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah, Khofifah Indar Parawansa, dan Tri Rismaharini debat panas soal Pulau Madura, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Luluk mendapat kesempatan pertanyaan dengan sub-tema 'Demografi, Kemiskinan, dan Kesenjangan' kepada dua paslon Khofifah dan Risma. Luluk pun bertanya soal kesejahteraan dan ekonomi warga Madura.
"Apa langkah-langkah yang Ibu lakukan untuk bisa meningkatkan posisi status kesejahteraan dan juga ekonomi bagi masyarakat Madura?" tanya Luluk kepada Khofifah dan Risma saat debat perdana Pilgub Jatim 2024 di Graha Unesa, Surabaya, Jumat (18/10).

Khofifah Sebut Sudah Muliakan Masyarakat Madura

Debat perdana tiga pasangan calon Pilgub Jatim 2024 di Graha Unesa, Surabaya, Jumat (18/10/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Khofifah mengaku bahwa dirinya telah melakukan langkah-langkah untuk memuliakan masyarakat Madura dengan cara pembangunan pelabuhan.
"Pelabuhan Jangkar ini memang di Situbondo, tapi melayani wilayah-wilayah kepulauan yang ada di Madura. Kami juga kemudian membangun pelabuhan di Tungkai. Kami juga membangun pelabuhan di Gili Iyang. Kami juga melakukan renovasi pelabuhan di Masalembu. Semuanya adalah untuk membangun koneksitas masyarakat Madura kepulauan," ujar Khofifah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Khofifah, ia juga bekerja sama dengan PLN untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 22 pulau di Sumenep, Madura.
"Harapan kami adalah mereka terkoneksi power plan, mereka terkoneksi berhubungan lewat laut dan untuk kesehatan kami ingin menyampaikan bahwa kami, setiap tahun, 4 kali kami kirim kapal dengan dokter-dokter spesialis kemudian mereka memberikan layanan-layanan kesehatan di pulau-pulau yang ada di Madura," jelasnya.
Ia berharap, cara yang dilakukan selama ini bisa memuliakan membangun masyarakat Madura, terlebih di musim kemarau saat ini.
"Dulu ketika masih kami aktif bersama Mas Emil kami harus kontak dengan KSAL. Kami pinjam KRI untuk memberikan bantuan air bersih kepada mereka yang ada di kepulauan," ungkapnya.
Luluk dan Khofifah. Dok: KPU

Luluk: garam dan jagung bisa tingkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Madura

Luluk kemudian memberikan tanggapan terkait pernyataan Khofifah soal kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Madura.
ADVERTISEMENT
Menurut Luluk, Jembatan Suramadu masih sebatas jembatan yang menyambungkan antara masyarakat Madura ke Pulau Jawa. Jembatan itu, kata Luluk, masih belum menjadi jembatan ekonomi.
"Penting untuk memastikan hilirisasi pertanian, peternakan, lalu juga perikanan itu bisa didongkrak dan didorong. Di sana ada garam, kenapa tidak kita dukung? Ekosistem pergaraman yang membuat garam di Madura memiliki kandungan NACL 97 sehingga bisa diserap industri dan kita tidak perlu lagi impor garam," jelas Luluk.
Luluk menyampaikan, pemanfaatan garam di Madura merupakan cara untuk menolong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Madura.
Tak hanya itu, menurut Luluk, Madura juga bisa menjadi lumbung jagung yang besar untuk meningkatkan ekonomi pertanian Madura.
"Di sana dulu tempatnya jagung. Tapi kita impor jagung juga triliunan. Andaikan kita mendukung ekosistem di sana maka Madura sumber pangan jagung terdepan di Indonesia," ungkapnya.
ADVERTISEMENT

Risma: Madura kekurangan air, pengolahan garam, dan banyak Pekerja Migran Ilegal

Debat perdana tiga pasangan calon Pilgub Jatim 2024 di Graha Unesa, Surabaya, Jumat (18/10/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Di sisi lain, Risma menyoroti terkait sulitnya mendapatkan air untuk pertanian hingga kehidupan sehari-hari.
"Yang pertama adalah masalah air. Di mana beberapa titik yang saya kunjungi semua kekurangan air. Jangankan untuk pertanian, untuk kehidupan sehari-hari saja tidak ada," kata Risma.
Kemudian, Risma juga menyoroti terkait pengolahan garam seperti halnya yang diungkapkan oleh Luluk.
"Yang kedua, ada lagi di sana yang disampaikan Bu Luluk sudah betul bahwa ada garam di sana. Kenapa nggak kita ubah menjadi garam industri," ucapnya.
Terakhir, permasalahan terkait Pekerja Migran Ilegal (PMI) juga masih tinggi di masyarakat Madura.
"Kemudian ketiga, ada masalah tembakau. Di sana juga ada. Kenapa kita tidak bisa tingkatkan mereka untuk hidup mereka lebih sejahtera. Kemudian, banyak sekali mereka pekerja-pekerja migran yang berasal dari Madura yang selama ini mereka kebetulan saya yang nangani pekerja migran ilegal tersebut," jelasnya.
ADVERTISEMENT